25. IAH - Pengakuan sebenarnya

Start from the beginning
                                    

Anak lelaki itu menunduk saat ia merasa Imam akan marah padanya. "Apa kami melakukan kesalahan? Kak Raden pergi karena lelah mengajar kami? Atau kami murid yang nakal?"

Imam memejamkan matanya. Mulutnya terkunci tak mampu membuka suara. Karena tak mendapat jawaban apapun, anak lelaki itu mulai mengambil tangan Imam.

"Gus Raden, Jawab...." anak kecil itu terus mendesak Imam dengan menarik-narik tangannya untuk membuka suara menjawab pertanyaannya.

Helaan napas keluar dari lelaki itu. Ketika sudah merasa tak tega, ia pun berlutut menyetarakan dirinya dengan anak lelaki itu. Ia memang sudah sangat melarang para muridnya untuk menyebutnya dengan gelaran itu. Namun apa boleh buat jika itu memang harus terjadi untuknya.

"Jangan marah, Kak...." air matanya mengalir saat ia tak mendapatkan Imam membuka suara.

Imam pun menggeleng pelan. "Saya tidak marah..., sungguh."

"Kalau nggak marah kenapa pergi...."

Imam tersenyum seraya menepuk pundak anak lelaki itu. "Ini? Siapa yang kamu lihat sekarang, hm? Ini saya.... Raden."

Anak kecil itu terkekeh dalam tangisnya, secepat saja ia memeluk Imam dengan erat. Rasanya rindu yang selama ini ia pendam telah berhasil pudar akan pertemuan ini.

"Janji jangan pergi?"

Ucapan anak lelaki itu membuat Imam melepas pelukannya dan kembali beranjak berdiri. Sorotannya menatap mengawasi sekitar. Rasa takutnya pun kembali muncul.

"Gus Den cari siapa?" tanya anak lelaki itu heran saat Imam begitu sangat tidak tenang.

Imam menggeleng, ia menunduk menatap anak lelaki itu seperti ingin berucap..

"Hafizma?"

Satu kalimat itu mampu Imam ucapkan setelah sekian lama ia tak pernah menyebutnya. Namun dalam hati dan doanya, nama itu selalu ia langitkan.

"Mereka?" tanya anak itu balik. "Mereka baik-baik aja."

Imam menghela napas lega. Begitu bersyukurnya saat ia mendengar kabar tentang mereka. Baik-baik saja.

"Gus Den?"

"Iya?"

"Mereka cari Gus Raden... Sampai buat poster kehilangan, lho?"

Imam tersenyum. "Oh, iya?"

"Iya," jawabnya. Yang kini ia mulai berlari masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Imam begitu saja. Imam pun hanya menunggu dia kembali seraya menatap sekelilingnya berhati-hati.

Beberapa menit kemudian..

Anak lelaki itu pun kembali dan mendekat ke Imam. "Ini," katanya seraya memberikan sebuah poster kepada Imam.

"Ayo, baca...." lanjutnya lagi. Saat ia melihat Imam tak mengambil poster itu.

Imam pun dengan tenang mengambilnya dan mulai membacanya.

••••••••••••••••••••

HILANGNYA PUTRA SULUNG
AL-AYYUBI

•••••••••••

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.....

IMAMA AL-HAFIDZHWhere stories live. Discover now