19. IAH - Kewajiban Seorang Istri?

Start from the beginning
                                    

"Tidak sempat."

"Ya sempatin dong."

"Sempatnya mencintaimu."

Alisha memutar bola matanya malas dan menatap ke arah lain. Padahal, hatinya kini sudah seperti taman bunga yang dipenuhi kupu-kupu. Sangat, sangat salah tingkah.

"Nggak baper!" jangan percaya, ucapan Alisha ini hanya dari luarnya. Padahal di dalamnya, ia sudah senyum-senyum sendiri namun ia tahan agar tidak diketahui oleh suaminya.

"Saya tidak menyuruh kamu untuk baper sedari tadi, Na...."

"Ih. Yaudah, Nana juga nggak baper tuh."

"Tapi kok pipinya merah?"

Deg!

Begitu ketahuan. Alisha semakin memalingkan wajahnya. Malu, perempuan itu sangat malu sekarang.

"Udah, dong. Malu tauuu."

"Iya, maaf. Tapi saya suka kamu gitu."

"Gitu gimana?"

"Gemesinnnn."

Sungguh, Alisha saat ini benar-benar ingin berjingkrak-jingkrak sampai jungkir balik akibat sangat gembiranya hatinya saat ini. Bagaimana bisa Alisha akan marah, jika perlakuan suaminya terus seperti ini?

Benar saja, saat tadi pagi ia bangun dan tak menemukan suaminya di mana pun, alias ia ditinggal sendiri. Alisha sudah mempersiapkan segala usaha untuk marah dan mendiamkan suaminya. Tapi ujung-ujungnya? Suaminya telah mengacaukannya. Cair, dirinya mencair.

Selain untaian tutur katanya, suara parau yang begitu lembut juga sangat Alisha hindari sampai saat ini. Sehingga pernah Alisha memutuskan untuk phobia dengan suara dan senyuman lelaki itu. Takut, dan tidak aman untuk kesehatan jantungnya.

•••

"Adik ipar yang baik hati. Tolong keluarin barang gue yang di bagasi dong? Kaki gue masih sakit...." Iqbal beralasan.

Imam yang baru saja membuka pintu mobil itu pun keluar. Ia menatap tajam ke arah Iqbal. "Apa yang kamu katakan?"

"Keluarin barang gue di bagasi."

Alisha tersentak ketika melihat Kakak lelakinya begitu sangat tidak sopan terhadap suaminya. "Sopan banget, ya. Sama adik ipar?"

"Iya, dong." Iqbal tersenyum bangga.

Alisha mendengus kesal. Ia pun mendekat ke suaminya. "Nana bantu, ya."

"Tidak usah, Na. Kamu masuk aja."

"Tapi..."

"Tidak apa-apa."

Alisha menarik napasnya dalam-dalam. Tak ada yang bisa dilakukannya selain menurut. Dia meninggalkan Imam yang mengeluarkan barang Iqbal dan kembali berdiri di samping Iqbal.

"Nah, gitu dong jadi adik ipar," puji Iqbal memasang raut bangga. "Ntar gue kasih piring cantik buat lo!" lanjutnya lagi, membuat Imam hanya menggeleng pelan di sana.

"Piring juga pasti punya Umi," timpal Alisha, membuat Iqbal tergelak tawa.

"Tuh, pinter." Puji Iqbal. Iqbal pun terdiam sejenak seraya menatap lekat Imam yang sudah mengangkat barangnya ke dalam rumah. Alisha ingin menyusul, namun terhalang oleh seseorang.

"Bentar, Al."

Alisha menoleh. Ternyata Kakak lelakinya yang menghalanginya.

IMAMA AL-HAFIDZHWhere stories live. Discover now