The Devil

1.5K 98 2
                                    

Sisi berjalan terus ke depan,ia benar-benar tak menghiraukan perkataan zedric tentang bahaya apa saja yang akan mengancamnya jika masih melanjutkan perjalanan. Digo masih setia mengikuti langkah mungil peri itu,dia sangat kagum dengan gadis di depannya itu. Terlihat jelas pancaran sosok pejuang yang tangguh dan tak pernah takut dengan rintangan yang akan di tempuhnya. Digo tersenyum menyadari bahwa ia sangat kagum dengan peri sisi.

Sisi menebang ranting-ranting pohon yang menganggu jalan nya. Sesekali ia menengok ke belakang apakah pria itu masih berada dibelakangnya.

"Cepatlah digo. Aku tak ingin kau kenapa-kenapa"

Digo berjalan menyamai langkah peri sisi.

"Sebentar lagi kita akan keluar dari hutan ini"

Digo hanya mengangguk. Kian jauh dari fairytale. Awan pekat kian menghitam dan awan hitam itu mulai berarak menuju fairytale. Yah kegelapan akan menyelubungi kerajaan indah itu secara perlahan. Jika 14 hari peri sisi tak berhasil mengembalikan krystal itu maka bukan fairytale saja yang akan berada pada kegelapan namun juga semesta jagad raya. Digo menyeka peluh di keningnya. Ini adalah perjalanan terberat yang ia alami.

"Kau tak apa-apa?"tanya peri sisi sambil menghentikan langkahnya.

Digo mendongakkan kepala nya,dia menatap lekat wajah peri sisi.

"Hanya haus"ucap digo dengan suara terlampau pelan.

"Saat kita keluar dari sini akan ada sungai dan air terjun. Bertahanlah--"

Peri sisi menyelipkan jemarinya pada jemari digo. Mereka berjalan beriringan. Peri sisi masih siaga, ia melirik tajam sekitar. Berjaga-jaga jika ada serangan tak terduga ataupun jebakan jebakan dari ratu zora.

Bunyi gemricik air sudah terdengar di telinga nya. Ia menatap digo intens ,membuat jantung pria itu kian berpacu dengan cepat, perasaan hangat menjalar ke tubuh nya, sengatan aneh menghujam hatinya.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu?" tanya digo dengan tergugup.

Alih-alih mengalihkan pandangannya,peri sisi justru tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putih nya. Digo semakin bingung dengan sikap gadis itu.

"Pipi mu lucu sekali digo.merah merona"ucap peri sisi sambil mencubit gemas pipi pria itu.

Digo menggelengkan kepalanya, ia mengutuk dirinya habis-habisan. Bisa bisa nya dia blushing hanya dengan satu tatapan gadis itu.

"Ah ini karena aku terlalu lama di hutan. Tentu saja banyak serangga-serangga yang membuat tubuh ku memerah karena gatal"

For God Sake Digo, kau sekarang pandai bersilat lidah. Digo terus membatin.

"Seperti itukah? Ya sudah ayo jalan lagi, aku sudah bisa mendengar suara gemricik air"

Kedua nya melanjutkan perjalanan. Sisi tengah asyik memainkan flute nya, mengalunkan harmoni-harmoni menenangkan. Digo tak hanya diam, dia memetik gitar yang ia bawa. Mencoba menyamakan harmonisasi.

Sisi menyibak dahan panjang yang menjuntai ke tanah. Mata nya membulat sempurna. Keadaan seratus delapan puluh derajat berbeda dengan hutan mati. Tempat di depannya adalah sebuah air terjun indah dengan sungai yang mengalir dibawahnya. Kontras kecerahannya sangat berbeda. Tempat di depannya ini jauh lebih terang.

"Air--"

Digo berjalan dengan terburu-buru. Ia mengadahkan tangannya di bawah air terjun. Meneguk air jernih itu. Dahaga nya terpuaskan. Ia merasa lebih segar. Peri sisi masih diam termangu, tempat ini memang indah tapi ia sudah mencium hawa yang tidak beres. Tepat saja, sebuah tombak melesat dengan cepat ke arah digo. Peri sisi berlari dan menjorokkan badan digo hingga keduanya tersungkur. Tombak itu menancap di salah satu batang kayu yang tumbang. Digo masih bingung dengan semua. Ia menelan ludah susah payah mendapati kenyataan bahwa ia hampir celaka. Peri sisi menghembuskan nafas lega, ia bangkit dari tempatnya. Matanya  memencar. Bunyi kaki terdengar di balik semak.

"Berhenti di tempat atau ku pastikan kau mati dengan tombak yang tertancap di otak mu"desis peri sisi

Bayangan hitam dari semak itu mulai menjauh dari tempat sisi. Dengan kekuatan penuh gadis itu melesatkan tombak yang tertancap di batang pohon itu dengan satu hentakan. Tombak itu melesat dengan sempurna membuat bayangan hitam itu diam sejenak dan kemudian roboh di tempat. Peri sisi berlari menuju bayangan hitam itu ,diikuti dengan digo dari belakangnya.

"Sudah ku duga"desis peri sisi dengan seringai nya.

"Siapa dia?" tanya digo.

"Atnan, kaki tangan ratu zora"

"Kau membunuhnya?"

Peri sisi tersenyum datar menanggapi pertanyaan digo.

"Sudah hukum alam. Salah satu dari aku atau atnan pasti akan ada yang mati dengan pertarungan ini. Dan aku sudah memperingatkannya tadi tapi dia memilih mati."

"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan mayatnya?"

"Biarkan saja. Zora akan menyuruh orang untuk menjemput mayat atnan"

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku sudah hafal betul perilaku ratu kejam itu"

Peri sisi menarik tangan digo menuju air terjun tadi. Gadis itu membasuh mukanya dan detik kemudian ia duduk di atas batu besar. Bunyi lonceng membuyarkan lamunan sisi. Digo mengernyitkan dahi, siapa yang ada di tempat ini selain mereka berdua. Keduanya berjalan mengikuti arus air. Digo tercekat ketika melihat seekor unicorn sedang kesusahan. Peri sisi mendekat ke arah unicorn itu, kaki unicorn itu terjepit batang kayu. Dengan tenaga yang tersisa ia menggeser batang kayu besar itu. Namun hasilnya nihil. Kekuatannya melemah, digo mendekat ke arahnya. Kedua nya menggeser batang itu dengan susah payah hingga akhirnya unicorn itu mampu melepaskan kakinya dari jepitan kayu.

"Terimakasih--"

"Kau bisa bicara?" tanya digo masih belum bisa mempercayai apa yang ia lihat.

"Tentu saja tuan--"

"Ini bukan dunia mu digo"gumam sisi.

Digo mengutuk kebodohannya. Bahkan ia lupa jika sekarang dia berada jauh dari rumahnya.

"Kaki mu luka. Siapa nama mu?"tanya sisi

"Maurina."

" Biar ku sembuhkan luka mu maurina"

Peri sisi merobek gaun putihnya sedikit. Membalut luka maurina dengan sehelai kain berharap darah dari kaki maurina bisa berhenti mengalir.

"Seperti nya kalian sedang melakukan perjalanan jauh?"tanya maurina

"Sangat jauh"desis sisi

"Kami akan menemui Ratu zora"

Maurina menatap tak percaya kedua nya. Mereka berdua adalah orang pertama yang berani menemui ratu kegelapan itu. 

"Kau bercanda?"tanya maurina memastikan.

"Apa aku seperti sedang bercanda. Aku sangat serius. Aku ingin mengambil kembali krystal kehidupan fairytale"

"Perjalanan yang melelahkan"gumam maurina

"Sangat melelahkan"ucap digo sambil membasuh muka nya dengan air sungai jernih itu.

"Baiklah. Aku akan ikut dengan  kalian"ucap maurina dengan nada tegas.

Digo dan sisi terdiam menatap maurina. Unicorn ini  mau mengikuti perjalanan mereka.

"Kau yakin maurina?"tanya sisi

"Aku tak pernah seyakin ini sebelum nya"

"Tapi perjalanan ini sangat berbahaya"

"Hei aku seekor unicorn .. Langkah kaki ku jauh lebih cepat dari kalian. Dan aku memiliki tanduk indah ku ini. Aku bisa melindungi diri. Kecuali kalau terjepit"

Peri sisi tampak terkikik begitupun juga digo. Maurina ternyata adalah seekor unicorn yang menyenangkan. Ketiga nya pun membawa cadangan air secukupnya untuk melepas dahaga saat di perjalanan nanti.

----------***-----------

Finally apdet juga wkwk..
Maaf ya baru apdet.. Imajinasi gue lagi mampet. Makasih buat coment & vote nya. Haduh author yang unyu ini sampe terharu :')

Selalu di tunggu koment-koment nya..

Tha....

FairyTaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang