Kara.

Awal kembali

Selamat pagi permisa. Bertemu lagi bersama saya Nadira Putri..

Pembawa acara menyapa dirinya kepada penonton melalui saluran televisi.

Televisi yang sejak tadi menyala berganti acara menontoni seorang gadis yang sibuk dengan lamunannya sambil merapihkan kamarnya yang akan ia tinggali.

Mulai hari ini Kara seorang gadis yang sibuk melamun akan tinggal bersama kakak-kakaknya. Sudah seminggu semenjak kepergian omanya. Orang yang paling dekat dengannya harus pergi meninggalkannya. Oma meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya.

Rumah yang sekarang ia berada terasa sangat dingin, hampa dan bahkan sangat sepi untuknya. Tidak lagi ia mendengar suara oma yang menyuruhnya untuk bangun, makan dan lain sebagainya.

Sebelum pergi meninggalkan cucunya itu, oma berpesan kepada kakak-kakaknya Kara untuk menjaga Kara. Kakak-kakaknya bersepakat memutuskan untuk membawa Kara tinggal di rumah orangtua mereka.

Karenina Aurora Monica nama gadis yang sedang sibuk tenggelam dalam pikirannya. Ia biasa dipanggil Kara.

Kara gadis cantik yang memiliki warna bola mata hitam, rambut lurus sedikit melengkung bawahnya dengan panjang sedada.

Kara manusia yang banyak diam dalam hal apapun. Ia tidak suka bercerita mengenai dirinya. Ia selalu menyimpan apapun sendiri. Papi, Mami dan Oma adalah orang terdekat yang sangat mengenalnya. Kara dapat bercerita dengan mereka yang selalu menanyakan hal-hal yang baik atau buruk, senang atau sedih bersama ketiga orang tersebut. Namun kini orang-orang yang dekat dengannya itu sudah tiada. Hanya ada dia, sendiri di dunia yang sangat luas ini.

Kara memiliki kakak-kakak yang selalu mengabaikan dan membenci Kara setelah kepergian Papi. Karrel dan Kerral nama kakak-kakaknya Kara.

Karel nama kakak pertamanya. Karel berbeda usia 10 tahun dengan Kara. Ia seorang dokter ortopedi atau bedah tulang di rumah sakit swasta ternama di Jakarta. Karel sibuk mengurus pasien-pasiennya. Ia jarang berada di rumah. Ia selalu menghabiskan waktunya di rumah sakit.

Kerral, Orang yang paling belum bisa menerima kepergian Papi. Ia benci ketika melihat Kara karena Kara selalu mengingatkannya pada Papi. Kerral berbeda usia 5 tahun dari Kara. Ia sedang sibuk memulai bisnis dan melanjutkan kuliah S2-nya.

Mereka tinggal di rumah yang berbeda dengan Kara. Kara tinggal bersama Oma setelah Mami meninggal dunia sedangkan kakak-kakaknya tetap tinggal di rumah orang tua-nya.

Kara berjongkok teringat kepergian orang-orang yang ia sayangi dari Papi, Mami dan kini Oma-nya. Ia merasa sangat sedih tidak ada orang yang menjadi tempat berpengang tangan dengannya lagi. Kara ingin sekali menangis untuk melepaskan rasa sesak yang tidak tahu harus bagaimana ia keluarkan.

Disaat pemakaman Papi, Mami dan Oma, Karel dan Kerral tidak melihat Kara menangis sedikitpun. Kara terlihat seperti tidak kehilangan orang yang ia sayangi. Namun sebenarnya Kara merasa sangat sedih di dalam hatinya, hanya saja ia tidak dapat meneteskan air matanya. Menurut Kara, Papi adalah sosok ayah yang sangat pengertian dan dekat dengan anak-anaknya. Bukan hanya Kara, Papi juga sangat perhatian dan dekat dengan Karel dan Kerral. Namun Papi harus pergi meninggalkan mereka selama-lamanya. Papi terjatuh dari tangga, kepalanya terbentur keras ujung tangga saat menyelamatkan Kara yang hampir terpeleset. Kejadian itu membuat kakak-kakaknya menyalahkan apa yang terjadi pada papi pada Kara dan mereka mulai membenci Kara. Setelah kejadian itu Kara terus merasa bersalah. Kara yang saat itu masih berusia 5 tahun memeluk lututnya di pojok rumah sakit dengan tatapan kosong. Hatinya menangis mendengar dokter mengatakan bahwa Papi telah tiada. Mami dan Oma selalu memberikan pengertian pada Kara saat Kara termenung.

Karel dan Kerral yang saat itu lebih mengerti daripada Kara merasa sangat sedih sekali harus kehilangan sosok ayah. Mereka benci pada Kara namun sesungguhnya sulit bagi mereka untuk benar-benar membenci Kara ketika mereka menatap Kara. Mereka bingung dan memilih mengabaikan Kara setiap kali berada di dekat Kara.