37

4.8K 678 68
                                    

Awas ada typo.



Di kediaman Sunghoon, semua orang sudah tertidur, mungkin karena jam telah menunjukkan pukul 00.10 malam, meskipun semua orang telah tertidur tak terkecuali dengan Sunghoon. Berjalan dengan langkah kecil menuju ke rooftop rumahnya, membawa sebuah selimut tebal yang akan ia gunakan sebagai penghangat di malam yang dingin ini. Cakrawala tengah dihiasi dengan jutaan bintang yang bersinar terang, menyesap susu pisangnya sambil menatap ke arah langit malam.

"Kak Heeseung.."

Sebuah nama asing terucap dari bibir Sunghoon, tidak itu bukanlah sebuah nama yang asing, hanya saja sebuah nama yang selalu hadir di dalam benaknya begitu ia melihat ke arah hutan terkutuk itu. Seakan-akan Sunghoon memiliki sebuah ikatan sakral dengan orang yang ia panggil 'kak Heeseung' itu, tatonya bersinar kembali di tengah malam yang sangat dingin dan sunyi, seperti ada sebuah gerbang magis yang terbuka dan memperlihatkan seorang pemuda yang tengah menunduk sambil menangis.

Berjalan memasuki gerbang magis itu hingga dirinya berada di sebuah tempat yang sedikit tidak asing baginya, sebuah kamar dengan interior yang sangat menenangkan dan jangan lupakan, pemuda tadi yang masih menangis di ujung kamarnya.

"Hei, kenapa kau menangis?"

Menengok ke sampingnya, matanya terbelalak begitu melihat matenya berdiri di depannya sambil membawa sebuah selimut dan juga sebotol susu pisang. Bangkit dari posisinya lalu berlari untuk bisa memeluk tubuh Sunghoon, sayangnya begitu ia ingin memeluk tubuh mungil itu, Sunghoon seperti tembus pandang. Tak bisa di peluk ataupun di sentuh, Heeseung dan Sunghoon saling berbalik badan, memberikan tatapan tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

"Tidak tidak, ini tidak mungkin"

Heeseung berusaha untuk bisa memeluk ataupun menyentuh tubuh Sunghoon, tapi hanya angin saja yang bisa telapak tangannya gapai, Sunghoon benar-benar tembus pandang, tak bisa disentuh sama sekali. Menjatuhkan tubuhnya di depan pintu kamarnya, menatap wajah Sunghoon yang kini dipenuhi rasa cemas, kembali menangis dalam dinginnya malam. Tapi, tubuhnya seperti merasakan kehangatan, seperti ada seseorang yang tengah memeluk tubuhnya, dan benar saja, Sunghoon tengah memeluk tubuhnya dengan erat.

Tubuh yang semula tembus pandang itu perlahan-lahan mulai berubah hingga Heeseung kini bisa menyentuh kembali tubuh Sunghoon. Tidak, Heeseung tidak melakukan hal yang aneh-aneh, dirinya masih terus menangis sambil memeluk erat tubuh Sunghoon. Ia tak ingin hal yang lain, cukup Sunghoon yang berada di sisinya saja sambil memeluk tubuhnya, semua itu sudah cukup bagi Heeseung.

"Kak Heeseung kenapa nangis? Bukannya waktu itu kakak pernah bilang ke aku kalau aku nggak boleh nangis, tapi sekarang kenapa kakak yang nangis?"

Menarik kedua ujung bibir Heeseung hingga membentuk sebuah senyuman yang manis, tersenyum hangat sambil menghapus air mata Heeseung yang masih mengalir di kedua sisi pipinya. Duduk di samping tubuh Heeseung lalu menyelimuti tubuh mereka berdua, Sunghoon menyenderkan kepalanya di bahu lebar sang mate, rasa kantuk mulai menyerang dirinya begitu masuk kedalam kamar Heeseung.

"Ayo tidur kak, udah malem"

Menutup kedua matanya sambil memeluk tubuh Sunghoon, Heeseung tidak peduli jika mereka masih berada di lantai, ia hanya ingin memeluk tubuh Sunghoon semalaman penuh. Itupun sebelum nantinya Sunghoon akan menghilang dari hadapannya.



Prang!

"KENAPA KEDUA PUTRAKU TIDAK PERNAH KEMBALI LAGI KE ISTANA?!!"

Suara barang-barang yang terlempar seperti menjadi hal biasa sekarang, tidak sang ratu tidak gila, hanya berubah menjadi lebih overprotektif kepada kedua putranya. Tapi nyatanya, keduanya seperti tidak mempedulikan ibunya yang kini telah berubah menjadi seperti monster, mungkin itu adalah karma yang ia dapatkan dari Moon Goddess akibat telah menjauhkan mate anaknya.

My Luna//Jaywon Ft. HeehoonWhere stories live. Discover now