"Kuliahkah Mbak di sini?" tanya tukang ojek itu yang samar terdengar di kuping Ayana.

"Hah?" tanya Ayana balik, karena suara yang terbawa angin hingga tidak terdengar jelas. "Kenapa Kak?" lanjut Ayana sedikit berteriak.

"Kuliahkah Mbak di sini atau kerja!" ulang tukang ojek itu dengan suara keras.

"Iya ... kuliah!" jawab Ayana.

Sepanjang jalan, Ayana dan tukang ojek itu terus mengobrol. Bertukar cerita satu sama lain, hingga mereka terkejut bahwa keduanya berasal dari desa yang sama dan pernah menjadi tetangga. Mereka terus mengobrol dan bercanda. Entah mengapa? Sikap dingin Ayana terhadap lawan jenisnya mendadak berubah menjadi friendly.

***

Setibanya di asrama, Ayana langsung masuk dan berjalan menuju kamarnya. Ayana mengetuk pintu kamar, kemudian masuk dengan mengucap salam. Di dalam kamar, terdapat Sina–teman sekamar Ayana yang tidak lain adalah sahabatnya sejak di sekolah menengah atas dulu.

"Jam berapa dari sana Ay?" tanya Sina dari meja belajarnya tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.

Ayana merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Jam 14.30 Sin ... aku ngantuk banget seriusan."

"Mandi dulu sana terus sarapan,"titah Sina.

"Iya aku tidur dulu sebentar. Minta tolong bangunin aku sebelum dzuhur yah," tutur Ayana dengan mata terpejam.

Hanya dalam hitungan detik, Ayana pun terlelap begitu pulas. Sementara Sina kembali melanjutkan tugasnya yang belum selesai.

Waktu menunjukkan pukul 12.00. Sina menoleh ke arah Ayana yang masih tertidur dan memutuskan untuk membangunkannya, sesuai pesan Ayana tadi.

"Ay ... bangun," kata Sina sambil menepuk pelan pundak Ayana.

"Iya, sebentar. Lima menit lagi yah," sahut Ayana dengan mata terpejam.

Sina menggeleng berat melihat Ayana dan berusaha untuk membangunkannya lagi. "Sudah jam 12.00. Kamu belum mandi, belum makan juga. Nanti keburu waktu sholat dzuhur. Mama sama Ayah kamu udah dikabarin belum, kalo kamu sudah sampai di sini?"

Tak ada jawaban dari Ayana, sebab Ayana sudah kembali ke alam mimpinya dengan begitu khidmat. Sina tampak iba melihat wajah lelah Ayana dan memutuskan untuk membangunkan Ayana nanti.

***

Adzan berkumandang dan Ayana pun terbangun dari tidurnya. Ayana duduk di atas tempat tidur dengan mata yang masih terpejam, guna mengumpulkan nyawanya sebelum beraktifitas. Di ranjang atas, tampak Sina pun tertidur pulas hingga mendengkur. Ayana mengucek kedua matanya, kemudian memfokuskan pandangannya ke arah jam dinding.

Ayana terkejut. "Astaghfirullahaladzim! Bisa-bisanya aku tidur dari jam 09.00 pagi, sampe maghrib gini."

Segera Ayana membongkar isi tasnya, lalu mengeluarkan handuk, baju, dan peralatan mandinya. Ayana mendongak ke atas ranja, ketika mendengar suara dengkuran dari Sina.

"Sina ... bangun dong," tutur Ayana pelan dengan menepuk pelan kaki Sina. "Aku mau mandi, kamar mandinya di mana?" lanjut Ayana.

"Lurus aja terus belok kiri terus lurus lagi terus belok kanan mentok belok kiri naik tangga lurus belok kanan masuk belok kiri lagi," jelas Sina dengan suara seraknya dan mata terpejam.

Mata Ayana membulat mendengar penjelasan Sina mengenai letak kamar mandi. Wajah Ayana benar-benar tampak kebingungan. Ayana pun keluar dari kamar dan mengedar pandangannya.

Lorong asrama cukup sepi, tak ada satu orang pun yang bisa ditanya mengenai letak kamar mandi. Ayana terus berjalan hingga sampai di pintu utama dan tampak di seberang asrama, terdapat sebuah masjid.

Ayana mempercepat langkahnya menuju masjid dan mandi. Kebetulan, suasana tengah sunyi, karena orang-orang sedang menunaikan ibadah sholat maghrib berjamaah.

Mandi kilat, bisa disebut begitu, karena Ayana mandi sangat cepat. Setelah mandi, Ayana pun langsung masuk ke masjid dan menunaikan sholat.

***

"Assalamualaikum," ucap Ayana mengetuk pintu kamar dan masuk.

"Waalaikumsallam," sahut Sina yang sudah bangun dan tengah menikmati segelas susu. "Mandi di mana? Kok lama?" tanya Sina.

"Di masjid Sin. Soalnya aku enggak ngerti pas kamu jelasin letak kamar mandi tadi," ujar Ayana duduk di dekat nakas dan mengambil ponselnya.

Sina tertawa mendengar ucapan Ayana. Ayana memutuskan untuk menelpon orang rumah, guna mengabari bahwa dirinya telah sampai dengan selamat.

TING!
Sebuah notifikasi pesan masuk dari nomor tak dikenal, usai Ayana menelpon orang rumah.

____________________________________________

+62853*******
Online
____________________________________________

Barangnya ketinggalan nih Ay
____________________________________________

Membaca isi pesan itu, Ayana pun terdiam sejenak. Mencoba mengingat sesuatu.

 Mencoba mengingat sesuatu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.












You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

90 Hari Yang Lalu - On GoingWhere stories live. Discover now