1 Day

55 31 122
                                    

Ayana Leonor merupakan seorang gadis 19 tahun, yang begitu cinta dengan dunia literasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayana Leonor merupakan seorang gadis 19 tahun, yang begitu cinta dengan dunia literasi. Ayana adalah anak kedua, dari dua bersaudara. Meski begitu, bukan berarti Ayana anak manja dan selalu dimanja. Kehidupan ekonomi yang pas-pasan membuat Ayana terpaksa bekerja pasca kelulusannya dari sekolah umum tahun lalu, dan beruntung ada beasiswa yang membantunya untuk melanjutkan pendidikan.

Ayana tinggal di sebuah desa kecil bersama keluarganya dan letaknya cukup jauh dari kota. Sehingga untuk bisa sampai di kota, Ayana harus menggunakan bus, dan menempuh perjalanan sekitar 8 jam.

Hari ini, Ayana akan meninggalkan desa tercintanya itu. Awal perkuliahan akan berlangsung mulai lusa. Berat rasanya, ketika harus berpisah dengan orang-orang tercinta. Namun, semua harus dilakukan demi tercapainya suatu cita dan harapan.

Di depan rumah Ayana, tengah duduk Ayana dan kedua orang tuanya untuk menunggu Fadil–kakak laki-laki Ayana, yang sedang pergi meminjam sepeda motor tetangga agar bisa mengantar Ayana ke terminal bus.

"Nanti kalau sudah di sana, jangan lupa sholat 5 waktunya dijaga. Jangan pacaran, kalau memang saling suka, lebih baik nikah. Jaga diri di sana," jelas Sholeh–ayahnya Ayana.

Ayana tersenyum haru dengan mata berkaca-kaca, kala Sholeh mengusap lembut puncak kepalanya. Pasalnya sejak kelas XI lalu, Ayana sudah memutuskan untuk tidak berpacaran hingga saat ini. Jadi, mana mungkin bagi Ayana untuk suka terlebih menikah dalam waktu dekat. Ayana begitu menjaga dirinya. Jangankan berpacaran, untuk memandang lawan jenis pun dia enggan.

"Kalo sudah sampai di sana, kuliah yang benar. Jangan aneh-aneh, pokoknya kamu balik ke sini harus sudah jadi orang sukses. Bisa merubah ekonomi keluarga kita. Bisa beli rumah, kebun, dan bisa buka usaha sendiri. Biar enggak sia-sia orang tua kasih makan kamu," sambung Layla–ibunya Ayana.

Kalimat yang keluar dari bibir Layla begitu berat, bagi Ayana. Banyak sekali harapan yang Layla gantungkan pada si bungsu Ayana, sebab putra pertamanya sudah putus sekolah dan baginya tidak akan bisa merubah ekonomi keluarganya.

***

Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Ayana tiba di kota, tepatnya di terminal bus. Ayana merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya, kemudian memesan ojek online agar bisa sampai ke asramanya. Tak lama menit berselang, ojek online yang dipesannya pun tiba.

"Mbak Ayana?" tanya tukang ojek di depan Ayana itu dan dijawab Ayana dengan anggukkan.

"Ayok Mbak," ajak tukang ojek itu ramah dan lagi-lagi hanya dijawab dengan anggukkan oleh Ayana.

Ayana pun ke motor dengan rasa canggung dan tidak sengaja memegang pundang tukang ojek itu.

"Maaf!" ucap Ayana pelan.

"Aman Mbak ... santai aja," sahut tukang ojek itu. "Sesuai titik ya Mbak," lanjutnya seraya menjalankan sepeda motornya.

Ayana hanya diam sambil mengedar pandangannya ke kiri dan ke kanan. Suasana bising dan panasnya kota, membuat Ayana merasa kurang nyaman. Namun, cepat atau lambat Ayana harus bisa beradaptasi dengan kehidupan kota.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 28, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

90 Hari Yang Lalu - On GoingWhere stories live. Discover now