-06 Punishment 🧃

105 10 5
                                    

–––– Happy Reading ♡ ––––

"Selamat datang kembali, gadis kecil." sambutnya dengan nada yang penuh penekanan.

"Glek!" sontak gadis itu menelan salivanya. Peluhnya keluar melewati pelipisnya. Kini saatnya ia berurusan dengan singa jantan.

"S-s-sensei... A-ada ap–"ucapannya terpotong seketika lantaran sang guru mencekram kepalanya seakan akan ingin meremukkan tengkorak kepala muridnya.

"Mengapa kau kembali?Bersenang-senanglah di luar. Kenapa? Apa kau tidak menikmatinya? Bila perlu kau tidak harus kembali ke sekolah ini, bukan?" geramnya dengan urat-urat terukir di pelipisnya.

Gadis itu hanya diam. Menggigit bibir bawahnya dan memainkan jarinya. Tak tahu apa yang bisa dilakukan demi menghadapi singa jantan di depannya.

Tak lama cekramannya melemah, ide aneh terbesit di kepalanya. Senyum iblis terpampang di wajahnya. Gadis itu semakin menjauh. Ia bagaikan semut mungil di depan gurunya.

Shinazugawa melihat arlojinya sembari mengatakan...

"Ah, hukuman yang spesial untukmu telah tiba."

"TI-TIDAAKKKKK!!"

Gadis itu berlari sekencangnya meninggalkan Shinazugawa. Pria mengejarnya, tak ingin gadis itu lolos darinya dengan mudah.

Mengapa aku harus berurusan dengannya lagi? batin Watson kesal.

"KEMARI KAU BANGSATT!! BERHENTI KAU!! AKU TAKKAN SELESAI DENGANMU SEBELUM AKU MEMBAWA KEPALAMU!!!"

"M-M-M-M-M-M-MAAFKAN AKU SENSEI! AKU TIDAK SENGAJA! AKU AKAN TOBAT SETELAH DI RUMAHHHH. JANGAN BAWA KEPALAKU, AKU MASIH INGIN MENIKAHH... HUAAA"

"DIAM KAU!! SEKARANG BERHENTILAH!KALAU TIDAK AKU AKAN MELIPATGANDAKAN HUKUMANMU!" ancam Shinazugawa.

"BAGAIMANA BISA AKU BERHENTI BEGITU SAJA! MAU HUKUMAN AWAL ATAUPUN DILIPATGANDAKAN, ITU SAMA SAJA! SENSEI MENAKUTKAN." rengek gadis itu. Air matanya berterbangan seiring ia berlari.

"BAIKLAH AKU TIDAK AKAN MENGHUKUMMU! BERHENTILAH!!" bujuknya. Orang bodoh mana yang percaya dengan perkataan maling.

"BOHONG!! HUAAA IBUNDA TOLONG ANAKMU INI!! HUAA HUAAA HUWAA!"

Secepat apapun Watson berlari, Shinazugawa pasti akan menyusulnya. Itu fakta yang tidak bisa dipungkiri.

Kesalahan yang sama terulang kembali. Watson tersandung oleh kakinya sendiri.  Dirinya sendirilah yang memasukkannya ke dalam neraka.

Ia hampir terjatuh. Namun, Shinazugawa menangkapnya dari belakang dan mengunci kedua tangan Watson di belakang.

"Dapat juga kau, gadis nakal." ucapnya dengan santai.

Yang tertawan hanya bisa bergerak kesana kemari guna melepaskan kuncian dari Shinazugawa. Hal tersebut tidak mengefek apapun pada Shinazugawa. Ia semakin menguatkan kunciannya sehingga gadis itu merintih kesakitan.

"Semakin kau mencoba untuk kabur, semakin keras kuncian yang kubuat." gertaknya. Kini gadis itu mulai merasa ia berada didalam mulut singa.

"Hah... Baiklah baiklah. Aku kalah. Tolong lepaskan tanganku. Aku tidak akan lari lagi." jengkelnya.

Yang memegangnya memasang wajah iseng. Ia tersenyum jahat, dengan sorot mata yang terkesan bengis.

"Mengapa wajah sensei seperti mengatakan kau pikir aku akan menurutimu?" tebaknya.

Tak membalas perkataan lawannya, ia menarik Watson turun ke lapangan.

Watson mulai menyadari apa yang akan diperbuat Shinazugawa padanya.

Hei hei, jangan jangan?!

• • •

"Lima kali lagi."

"Hahh... Ini bohong kan'? Yang benar saja, aku menghitungnya dengan benar!Sudah cukup ya!" teriaknya sembari berlari.

"Tidak tidak. Kau memang menghitungnya dengan benar, tetapi melihat wajahmu itu membuatku semakin kesal. Jadi, kutambahkan saja sesukaku."

"Uso, jangan begitulah sensei. Aku tadi me–"

"Semakin kau meracau, semakin banyak putaran yang kau dapat."

Watson bergidik ngeri. Ia terpaksa mengelilingi lapangan sebanyak lima belas kali sebagai hukumannya. Sedangkan gurunya, ia hanya menikmati pemandangan itu sembari bersandar pada dinding.

Putaran terakhir berhasil dilalui Watson. Tubuhnya ia jatuhkan pada tanah. Tempo detak jantungnya sangat cepat, napasnya tidak beraturan. Banjir peluh membaluri pelipisnya yang halus.

Untuk minum saja, ia terlalu lelah melakukannya. Tiba-tiba saja Shinazugawa berdiri menghalangi sorot mentari yang tertuju pada Watson.

Ia menyodorkan sebuah air minum kemasan. Sempat diterima oleh Watson, Shinazugawa malah meminumnya sendiri hingga menyisakan kemasannya saja.

Watson terbodoh melihat kelakuan gurunya itu.

"Jika kau ingin berolahraga, boloslah pada mata pelajaranku. Kau dapat mengendarai roda dua pemberian rumah sakit tanpa harus mengurus SIM."
ledek Shinazugawa.

Watson menggeram. Ia langsung berdiri dan berjalan guna meninggalkan guru gilanya itu. Untuk berdiri saja sulit, apalagi berjalan. Ia sempoyongan saat berjalan.

Gadis konyol.

———————————————————

07.00 P.M.

Wedding Hall, Tokyo

"Mengapa kau disini?"

"Se-se-sensei juga, me-mengapa disini?"

Kini dua insan itu hanya bertatapan bingung. Perempatan muncul di dahi mereka masing-masing. Pertemuan yang tidak disangka, di tempat yang tak disangka juga terjadi disini.

Continue?

➝ Yes.
No.

The Detective Girl | Sanemi x ReaderWhere stories live. Discover now