02.

146 30 0
                                    

Arjuna Tamara
27 Oktober 2019

Seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini aku kembali datang untuk menjenguknya. Saat aku membuka pintu, netraku langsung tertuju pada Niskala yang sedang duduk di atas ranjang, iris coklatnya menatap fokus ke jendela.

Menyadari kedatanganku, ia menoleh seraya mengusap pipinya yang basah kemudian menunjukkan senyum yang terlihat dipaksakan. Aku tersenyum getir melihat kondisinya yang semakin hari terlihat semakin memburuk. Tubuhnya yang semakin kurus, kantung mata yang menghitam dan kepalanya yang sudah hampir botak. Kanker otak membuat Nala hampir kehilangan segalanya.

"Tamara ...." Suara itu terdengar parau. Aku mendekat dan memeluknya untuk beberapa saat. Namun, gadis itu kembali menangis.

"Niskala sudah makan belum?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan dan pura-pura tak tahu bahwa ia sedang menangis. Bukannya aku tak peduli, aku hanya ingin berusaha terlihat kuat di hadapannya, agar Nala juga bisa merasa kuat dan memiliki harapan hidup kembali.

Aku merasakan ia menggeleng di dalam dekapanku. Akhirnya aku meraih nampan berisi makanan yang berada di atas meja.

"Makan dulu, La. Biar cepat sembuh," ucapku dengan suara bergetar.

"Aku gak akan pernah bisa sembuh, Tama. Tinggal nunggu waktu buat aku mening-"

"Aku suapin nih, ayo buka mulutnya ...." Dengan cepat aku memotong ucapan Nala. Sungguh, aku tidak ingin dia berbicara mengenai hal yang tidak-tidak.

Akhirnya gadis itu mengalah, ia menghela napas panjang kemudian membuka mulut kecilnya untuk menerima suapan dariku.

"Aku udah jelek, ya, Tam." Nala kembali berujar. Aku tahu maksudnya, dia sedang insecure dengan kondisi fisiknya saat ini.

"Siapa yang bilang begitu? Kamu masih cantik kok, dan akan selalu begitu." Aku tak berbohong saat mengatakan itu, karena di mataku gadis itu memang selalu cantik. Bagaimanapun kondisi fisiknya, yang namanya Niskala Nalini akan tetap cantik di mataku.

Yakinlah, jika kamu benar-benar telah jatuh cinta pada seseorang, fisik bukanlah hal yang penting. Karena menurutku, yang namanya mencintai dengan tulus adalah disaat kamu bisa mencintai seseorang bukan hanya dari kecantikan atau ketampanannya, melainkan dari hatinya, sikapnya, sifatnya, atau perilakunya yang bisa membuatmu nyaman bersamanya, selamanya.

 Karena menurutku, yang namanya mencintai dengan tulus adalah disaat kamu bisa mencintai seseorang bukan hanya dari kecantikan atau ketampanannya, melainkan dari hatinya, sikapnya, sifatnya, atau perilakunya yang bisa membuatmu nyaman bersamanya, ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sampai Jadi DebuWhere stories live. Discover now