Kamar Kos 01 (Part 1)

15.6K 317 12
                                    


Karena saya enggak suka bacot, saya jelaskan dengan straight to the point. Boleh?

Pertama, saya Romeo. Umur 37 tahun, punya tujuh toko kue dan tiga tempat fitnes yang omset hariannya selalu nembus 1 miliar. Jadi saya enggak miskin, ya. Saya belum menikah, dan enggak akan menikah. Karena ....

Dua, saya homo. Dari lahir. Tapi, kebetulan, saya enggak ngondek, jadi banyak yang enggak percaya saya homo. Penampilan saya kayak sugar daddy. Versi kekar karena nge-gym, kulit mulus karena merawat diri, setelan branded dan fashionable. Facial hair dicukur setiap hari, tapi bekasnya udah jadi fitur maskulin saya di wajah. Alis tebal, hidung mancung, tinggi badan 185 cm, pokoknya kamu enggak bakal ngira saya homo. Kemungkinan kamu ngira saya jenderal dari angkatan militer mana.

Tiga, saya punya kos-kosan di daerah Jakarta Selatan. Jenisnya kosan sultan, tiga belas kamar, setiap kamar ada AC, kasur spring bed ukuran double, dapur mini, kamar mandi dalam, balkon, dan lemari es mini.

Harga per bulannya berapa? Apakah mahal? Tergantung.

Bisa mahal kalau kamu bayar pakai uang.

Bisa murah kalau kamu bayar pakai yang lain.

Apa itu yang lain?

Balik lagi ke poin nomor dua. Saya homo.

Jadi kalau kamu adalah laki-laki ganteng yang bisa memuaskan saya, harga kosan bisa turun drastis, bahkan gratis.

Atau, even better, saya yang bayar kamu buat ngekos di situ.

Menarik?

Pastinya. Sebab yang daftar untuk ngekos di sini lumayan banyak. Tapi saya tolak-tolakin semua. Saya enggak butuh pemasukan dari kos-kosan ini. Balik lagi ke poin nomor satu, omset harian saya satu miliar dari toko-toko saya.

Yang saya butuhkan dari kos-kosan ini adalah ... penghuninya.

Empat, fetish saya, nomor satu, dan enggak bisa dikalahin dengan fetish lain, adalah ketek.

Kamu bisa punya pantat paling menggemaskan, kontol paling besar dan tebal, body paling kekar, tapi kalau keteknya saya enggak suka ... saya enggak akan suka. Kadang saya enggak butuh disepong sama kamu. Atau puting saya kamu jilat-jilatin. Enggak. Saya butuh lihat ketek kamu, dan biarkan saya main sama ketek kamu. Selesai. Uang kosanmu bisa berkurang beberapa ratus ribu.

Paham, ya?

Oke, gimana sistem ngekos di tempat saya?

Nama kosan saya Romeo—nama saya sendiri. Harga per bulan 3 juta rupiah. Enggak termasuk listrik. Tapi air, sampah, dan laundry (per tiga hari) sudah include. Jangan komplain dulu, Bro. Tiga juta tuh untuk sebuah kamar ber-AC ukuran 5 x 5 meter. Lumayan gede, itu. Ada kamar mandi dalam, dapur mini, satu meja kecil untuk makan dengan dua kursi tinggi, ada juga area duduk-duduk berupa satu sofa ukuran medium.

Wajar ya 3 juta rupiah enggak termasuk biaya listrik?

Tapi itu pun enggak bisa kamu dapatin kalau kamu bukan cowok ganteng dengan umur di bawah 37 tahun (harus di bawah umur saya). Dan standar kegantengan pun harus sesuai standar saya. Kalau saya suka, maka boleh apply. Kalau saya enggak suka, misal muka kamu kayak Reza Rahardian pun, kamu enggak bisa ngekos di sini.

Oke, anggap kamu berhasil book satu kamar di Kosan Romeo.

Kalau kamu, sebelum masuk area kosan, pake baju sleeveless yang bisa mamerin ketek kamu dengan mudah, biaya listrik jadi include ke tiga juta rupiah itu. Jadi, hanya dengan keliaran dalam kosan pakai kaus sleeveless, kamu udah gratis listrik bebas pakai.

Apa kabarnya kalau kamu selama sebulan selalu telanjang dada di area kosan? Biaya kosanmu dikurangi 50 ribu. Kalau kamu berani pake sempak doang selama sebulan, enggak pake apa-apa lagi dari mulai pagar kosan sampai balik lagi ke pagar kosan kalau mau keluar, kurangi lagi 50 ribu.

Menarik?

Ada yang lebih menarik.

Kalau kamu memberikan bulu ketek kamu kanan dan kiri ke saya, di mana panjang minimalnya adalah tiga sentimeter ... biaya kosanmu berkurang 300 ribu. Untuk jembut, saya hargai 50 ribu. Sekali lagi, fetish nomor satu saya ketek. Bukan yang lain.

Lalu, kalau kamu membolehkan saya nge-worship ketek kamu, dalam artian saya boleh endus, jilat, benamkan muka saya, dan lain-lain, per harinya harga kosan berkurang 10 ribu. Kalau kamu lakukan selama 30 hari, berarti kamu bisa berkurang 300 ribu.

Kalau kamu dengan sengaja olahraga di area fitnes yang saya sediakan di lantai tiga kosan, lalu keringat dari ketekmu dikumpulkan supaya bisa saya minum, kurang 100 ribu lagi dari biaya kosanmu.

Dan percaya, deh, masih banyak cara untuk ngurangin biaya Kosan Romeo sampai kamu enggak bayar sama sekali, atau saya yang bayar kamu buat ngekos kalau kamu berhasil tukar harga kosan di atas tiga juta rupiah.

Tenang aja, dientot sama saya juga bisa berkurang 100 ribu, kok. Cuddling semalaman ama saya bisa berkurang 50 ribu. Menyajikan sperma kamu pagi-pagi untuk sarapan saya, bisa dihargai 75 ribu. Macam-macam lah diskonnya.

Masalahnya, enggak setiap hari saya akan nerima tawaran dari kamu.

Pertama, ada tiga belas kamar kosan. Yang artinya, kamu harus berkompetisi dengan dua belas laki-laki lain.

Kedua, enggak selamanya saya mood buat begituan. Kalau saya lagi sibuk dan enggak bisa diganggu, bisa-bisa dalam satu hari enggak ada penghuni kosan yang berhasil dapat diskon buat ngurangin biaya kosan.

Paham ya sampai sini?

Nah, kisah ini, adalah kisah saya menikmati tiga belas penghuni Kosan Romeo. Mereka tahu soal peraturan tersebut. Mereka tahu saya homo, dan mereka berani "menukar" ketek dan tubuhnya demi diskon di kosan saya. Setiap orang berbeda cara, dan berbeda jumlah diskonnya. Tapi saya akan menceritakan kesemuanya. Satu per satu dari kamar pertama.

Dan oh, terakhir, omong-omong, tiga belas kamar yang ada di Kosan Romeo, sudah penuh. Kamu belum bisa apply untuk ngekos di sini. Maaf, ya.

/ /'''\ .   |   . /'''\ \

Kosan KetekWhere stories live. Discover now