Perlahan mata Taehyung tertutup, dan dia pun tertidur.
Cukup lama Taehyung tertidur di bawah pohon rindang itu, bahkan langit yang tadinya siang dan cerah berubah menjadi gelap dengan di penuhi bintang-bintang dan bulan yang memecah kegelapan itu.
"Taehyung-ah, bangunlah,"
Taehyung membuka mata nya perlahan saat dia merasakan sentuhan lembut di kepalanya dan mendengar suara suster yang mengurusnya selama ini.
"Suster ..." Lirihnya, "Taehyung-ah, maafkan aku karena tak memberitahukan yang sebenarnya padamu, aku sungguh tak ingin bermaksud apapun, aku hanya tak ingin kau membenci kedua orang tua mu saat kau tahu kau di tinggalkan oleh mereka,"
"Lalu Ayahku, dimana Ayahku? Dan arti-"
"Taehyung-ah ... Suatu saat nanti kau pasti mengerti artinya, aku tak bisa memberitahukan artinya saat ini, kau harus menunggu hingga usia mu 19 tahun agar kau mengerti itu,"
"Apa kau tidak membaca kalimat terakhir dalam surat itu? Ibumu mengatakan bahwa dirinya akan selalu menyayangimu bukan?"
"Lalu kenapa dia meninggalkanku? ... Kenapa dia menelantarkan aku? ...." Tanya Taehyung yang kembali meneteskan air matanya.
"Ibumu tak ingin menyakitimu, ketika kau tiba di sini tubuhmu dipenuhi luka lebam, tapi percayalah padanya, dia tak mungkin meninggalkanmu tanpa sebuah alasan yang jelas, aku yakin suatu hari nanti saat kalian bertemu satu sama lain dia akan menjelaskannya padamu," jelas suster itu lalu memeluk tubuh Taehyung.
"Ayo, sekarang kita pulang, yang lain sudah menunggumu, kita makan malam bersama," ucap suster itu.
Taehyung yang masih sesegukan hanya bisa menganggukkan kepalanya di dekapan suster yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri.
Mereka pun kini kembali ke panti asuhan, banyak saudara-saudaranya yang menanyakan kenapa Taehyung menangis? Dan kemana dia selama itu?
Para suster yang tahu hanya mengatakan jika Taehyung hanya berdebat dengan anak di luar panti dan itu bukanlah masalah yang besar.
Mereka pun akhirnya menghabiskan malam yang bahagia bersama, hingga saat mereka semua sudah tertidur Taehyung masih terjaga di kasurnya, dia hanya membaring kan tubuhnya namun tidak tertidur.
Saat suster yang Taehyung anggap seperti ibunya itu sedang mengecek setiap kamar, dia terkejut ketika melihat Taehyung yang masih belum tertidur, "Taehyung-ah, ada apa? Kenapa kau belum tidur? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Suster, bisakah aku ... Bisakah aku menyimpan isi kotak itu?" Tanya Taehyung yang membuat suster itu sedikit membelalakan matanya, namun tak lama suster itu tersenyum.
"Itu barang-barangmu dan berhubung kau sudah mengetahuinya kau bisa menyimpannya bersamamu jika kau ingin, dan ini." Suster itu memberikan kalung liontin yang sudah dia lempar di gudang tadi bersama suratnya.
"Suster ... Terima kasih ...." ujar Taehyung pelan dan kini wajahnya hendak kembali menangis.
"Aku tahu kau menginginkan barang yang ada di dalam kotak itu, jadi aku sudah simpan semuanya ke dalam tas di dalam lemari bawah tangga dekat toilet," ujar suster itu.
"Suster lain tak mengetahui jika aku memasukannya kedalam tas, jadi aku harap kau bisa merahasiakan ini dari suster lain dan pak kepala panti,"
Taehyung memandangi wajah suster itu yang kini tengah tersenyum sambil meletakan telunjuknya di depan bibir, perlahan Taehyung tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, "Suster ... Kau memang yang terbaik, kau adalah Ibu keduaku," ujar Taehyung sambil memeluk suster itu.
"Janganlah benci kedua orang tuamu, aku sudah berjanji pada Ibumu untuk menjadikanmu pria bijaksana dan kuat, aku juga ingin suatu saat nanti kebaikan dan kejujuranmu tak hilang seiring bertambahnya usiamu, simpanlah baik-baik barang berharga pemberian ibumu, aku selalu berdoa agar suatu hari nanti kalian di pertemukan kembali," ujar suster itu.
"Terimakasih, Suster ... Aku menyayangimu ..." ujar Taehyung, "Aku juga, sekarang tidurlah, besok adalah ulang tahun Kinho yang ke-9, kau selalu ingin membantu membuatkan kue untuk setiap saudara-saudaramu yang berulang tahun bukan?"
Taehyung mengangguk dengan senang lalu kembali berbaring di atas kasurnya dan menutup matanya, "Kalau begitu istirahatlah malam ini, agar besok kau tidak kelelahan," titah suster itu lalu mengecup kening Taehyung singkat dan keluar dari kamar itu.
Baru saja Taehyung hendak mencapai mimpi di dalam tidur nya tiba-tiba saja dia terbangun karena kebisingan dari luar dan tak lama setelah itu para suster masuk kedalam kamar.
"Semuanya bangun lah, kira harus pergi dari sini," ujar suster yang masuk ke dalam kamar Taehyung, "Suster, ada apa? Kenapa diluar ribut sekali?" Tanya salah satu anak laki-laki yang seusia dengan Taehyung.
"Jeongmin-ah, Taehyung-ah, ayo kita pergi dari sini, bangun kan Kinho,"
"Kinho bangun lah,"
"Aku masih mengantuk ...."
"Kita sudah tidak mempunyai waktu lagi, lebih baik anak-anak bersembunyi saja, para gangster itu sudah ada di halaman dan pak kepala sedang berhadapan dengan mereka,"
Suster yang sangat dekat dengan Taehyung memasuki kamar itu dengan wajah yang panik. Taehyung tanpa pikir panjang dia berlari keluar dan saat hendak menghampiri pak kepala panti tiba-tiba dia terhenti.
Matanya membelalak dan raut wajahnya kini berubah menjadi kesal saat melihat pak kepala panti yang sudah seperti ayah untuk nya itu sedang dipukuli oleh beberapa pria berbadan besar.
"Hentikan! Jangan pukuli Pak Kepala!" Teriak Taehyung sambil menghampiri pak kepala yang kini membelalakan mata nya karena Taehyung yang tanpa takut keluar dari rumah.
"Untuk apa kau kemari?! Pergilah bersama suster! Aku tak ap- Argh!"
"Ho ... Seorang bocah kecil mencoba menjadi seorang pahlawan dan mencoba menolong kakek tua ini? Pergilah, aku tak akan membunuhmu asal kau menurut untuk tinggalkan panti ini, ah tidak, maksudku desa ini,"
"Hei, lihatlah dia adalah kepala desa ini, aku menangkapnya saat dia dan keluarganya hendak kabur lewat hutan di belakang," celetuk pria yang baru saja datang dengan membawa seorang pria paruh baya yang tak lain kepala desa ini yang sudah babak belur.
"Sebenarnya siapa kalian ini?! Mau apa kalian merusak desa tempatku tinggal?! Dasar pria tua berandal!" Teriak Taehyung dengan berani di hadapan beberapa pria berbadan besar itu.
"Kim Taehyung!! Tutup mulutmu dan pergilah!" Bentak pak kepala panti karena dia takut Taehyung akan dipukuli juga, "Aku tak bisa diam saat kau dipukuli seperti ini! Kau sudah seperti Ayahku!" Teriak Taehyung sambil meneteskan air matanya.
Pak kepala panti terdiam, dia menatap Taehyung dengan mata yang berkaca-kaca, "Taehyung-ah ... Kumohon pergilah ... Tak ada yang bisa kau lakukan dengan badan kecilmu itu, pergilah bersama yang lainnya,"
"Aku bilang tidak! Kau sendiri yang mengatakannya jika seorang pria tidak boleh menangis," ujar Taehyung sambil menghapus air matanya,.
"Seorang pria tak boleh ketakutan, seorang pria tidak boleh lemah, seorang pria harus menepati janjinya, seorang pria harus bijaksana, dan seorang pria harus tidak boleh menyakiti orang lemah, wanita dan anak-anak! Seorang pria haruslah baik dan kuat!"
"Itu hanya omong kosongku saja! Kau masih kecil per- Argh!"
.
.
.
To be continued prolog 3 ....
Jangan lupa vote dan komen yaa ...
Dana/Gopay : 083116782179
Oh iya kalo ada yang mau ngasih aku traktiran boleh bangett hehe, seikhlasnya aja juga gpp buat bantu aku beli kuota dan biar makin semangat nulis ceritanyaa😔🙏🏻 ... Makasih banyak yaaa udah baca dan dukung cerita akuu🥺🤗
YOU ARE READING
Search | VSOO | (HIATUS)
FanfictionSeorang pria bernama Kim Taehyung yang mencari keberadaan kedua orang tua kandung yang sudah menelantarkannya dan juga seorang gadis bernama Kim Jisoo yang dulu pernah bersama nya. PERINGATAN : ⚠️21+ mohon dibaca dengan bijak🙏🏻⚠️ 📍STATUS : HIATUS
Prolog 2
Start from the beginning
