O2

66 31 35
                                    

Kamu adalah hadiah terbaik yang pernah senja berikan untukku.

Kamu adalah hadiah terbaik yang pernah senja berikan untukku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.























Shan dibuat beku; terikat oleh afsun baswara dari gadis yang baru menyatakan namanya beberapa saat lalu.

Hingga tenggorokannya terasa kering; menyatakan keinginan lebih untuk membasahinya dengan air dingin yang menyegarkan. Shan masih enggan beranjak.

"Rasanya aneh, aku senang bisa bertemu seorang pelukis yang ku suka disini. Tapi sedih juga karena pastinya ini hanya pertemuan singkat." ujar Sasa—Shan, memutuskan untuk memanggilnya begitu. Kemudian dia mengalihkan pandangannya kembali pada pemuda di samping diri.

"Setahuku, jadwal kamu sibuk. Terlebih hari ini adalah peresmian tempat pameran yang kamu buat. Bagaimana kamu bisa disini?"

"Hei, sesekali aku juga butuh waktu santai. Tadinya ingin ke kafe, tapi terpikat dengan suasana lembayung disini."

Bila Shan adalah seseorang yang mudah mengatakan alasan sebenarnya, dengan mengucap kalimat 'aku disini karena kamu'.

Sudah dipastikan gadis berparas anindya itu akan menertawai serta menyebutnya dengan lelaki tukang gombal. Atau mungkin, persepsi yang lebih dalam lagi. Gadis itu akan mengatainya sebagai laki-laki dengan sejuta kekasih.

"Jika kamu tidak ingin mengangkat telpon itu, bisakah kamu diamkan handphone mu?"

Shan menggaruk tengkuknya, merasa tidak enak hati karena telah mengusik kenyamanan gadis itu. 'Lagian Tara kenapa sih harus telpon terus?! Ganggu banget!'  ia beranjak dari tempatnya dengan terpaksa.

"Aku mau mengangkat telpon ini sebentar dan membeli minum, mau menitip sesuatu? Mungkin snack?"

Sabrina menggeleng pelan, menjadi jawaban jelas bagi ajuan tanya Shan. Akhirnya, Shan melangkahkan tungkai. Menjauh dari tempatnya berdiam diri selama berjam-jam hanya untuk mengagumi si gadis lokawigna.

Segera, Shan menghentikan dering ponsel dengan menggeser tombol hijau yang tertera dan mendekatkan benda pipih berbentuk persegi tersebut ke telinganya.

"Shankara! Kamu gila apa?! Dari tadi aku telpon tapi gak kamu angkat-angkat!"

sapa seberang dengan tidak ramahnya, Shan memijat pangkal hidungnya. Sedikit pusing selepas mendengar suara yang luar biasa kencang dari si penelpon.

"Iya maaf, kenapa?"

"Kapan kamu kesini? Acara mau dimulai, dan kamu masih belum balik dari acara semedi mu? Kamu ini ngelakuin apa sih di kamar mandi?!"

Shan menjauhkan handphone miliknya, lelaki itu mengeluarkan selembar kertas bernilai dari kantung jaketnya. Memasukkannya ke dalam mesin minuman kaleng, guna mendapat apa yang diinginkan.

"Melarikan diri sebentar Wis, aku lagi di pantai." ujarnya.

Setelah mendapat minuman yang dikehendaki, Shan melangkahkan kembali tungkainya untuk menuju tempat semula.

"Pantai katamu?! Cepat kembali atau aku batalkan acaranya!"

Shan menghela nafas panjang, "manager berisik banget sih, nanti aku kembali kok. Tapi mungkin agak telat, posisinya lagi nyaman banget. Kalau mau dibatalin boleh deh, lumayan biar kamu bisa istirahat juga."

"Apa?! Hei──"

tut..

Shan memutus panggilan, tidak ingin mendengarkan celotehan dari sahabat yang juga menjabat sebagai managernya lebih lama. Segera ia menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, berlari kecil untuk mengisi tempat kosong di samping gadis senja yang baru dikenalnya.

"Dari pak manager ya?"

Shan mengangguk pelan, ia duduk bersila di tempat yang sama. Menggeser tas, meletakkannya di tempat sembarang.

"Jangan dipanggil pak, dia belum setua itu. Bahasannya sama, soal jadwal. Dia itu memang gila dengan dunia kerja, tidak ada santai-santai nya." Shan menyempatkan diri untuk tertawa ringan di akhir kalimat. Berujar sedikit hal tentang sahabat sekaligus managernya itu.

Sabrina memposisikan dirinya menghadap Shan, gadis itu menatap sekaleng minuman yang berada di genggaman tangan Shan.

"Suka bir?"

"Hm?" San melirik minumannya lalu mengangguk tapi juga menggeleng setelahnya, "sepertinya salah ambil tadi, ku pikir ini soda. Ternyata bir ya?"

Sabrina terkekeh, tawa kecil yang menimbulkan senyum sumringah di wajah Shan.

"Shan, kamu lucu."










TBC

lumayan panjang ya, haha.
sebenarnya kalau mau pun kemarin juga udah tamat.
karena ini cerita sudah diketik sampai tamatㅎ ㅎ
publish satu-satu dulu deh, sekalian revisiㅋㅋ

© aesthetichwaa

[✓] 𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭𝐞𝐬𝐭 𝐬𝐮𝐧𝐬𝐞𝐭Where stories live. Discover now