6. Bareng Abang

4 1 0
                                    

Hari ini Ghana bersyukur bisa lahir dari keluarga penyanyi yang kerap wira-wiri di layar televisi. Sepulang dari acara perpisahan hatinya kacau, dan rumah yang sepi tentu akan sangat membantunya meluapkan apa yang sedari tadi ia tahan.

Ghana mengunci kembali pintu rumah, lalu masuk ke dalam kamarnya yang berantakan. Tak peduli dengan ganti baju dan semua rutinitas yang biasa ia lakukan, Ghana memutuskan untuk merebahkan dirinya di atas ranjang.

Saat Cakra dan Maya berdiri di atas panggung, Ghana mencoba tersenyum dan terlihat menyukai penampilan kedua remaja itu. Saat Cakra menghampirinya dengan senyum senang, Ghana memberinya selamat dengan sebuah senyuman. Saat acara selesai dan Ghana hendak bertemu Bu Gayatri untuk mengucapkan terima kasih, Ghana melihat Cakra dan Maya sedang tertawa bersama. Ghana tetap tersenyum di sepanjang jalan ketika ia pulang bersama Cakra yang katanya hendak menemui sang ayah.

Dan entah mengapa, hari ini banyak tersenyum membuat Ghana lelah. Hari ini bertemu Cakra rasanya tak menyenangkan. Hari ini, pulang bersama Cakra dan bercanda sepanjang jalan bukanlah hal yang ingin Ghana ulang.

Ghana tahu, mungkin ini cemburu. Mungkin pula ia sedang merasa rendah diri.

Tak dapat dipungkiri bahwa Maya lebih cantik dan menarik dari dirinya. Maya memiliki tubuh yang tinggi dan berat badan ideal. Sangat cocok jika disandingkan dengan tubuh Cakra yang tinggi tegap dan sedikit berisi. Maya juga pandai menyanyi seperti Cakra. Kalau sudah seperti ini, apalah daya Ghana yang pendek, kurus, dan tak mampu bernyanyi?

Ghana menghela napas. Memang tak baik menjelek-jelekkan diiri sendiri. Tapi dia juga tak tahu apa yang harus dilakukan. Pikirannya saat ini hany berisi tentang merasa tak cocok dengan Cakra, kemudian mmemusnahkan rasa suka untuk pemuda itu secepatnya.

Oh ya, jangan lupa untuk menghapus lagu "Melukis Senja" dari daftar lagu favoritnya.

***

Hari ini hari pertama liburan kenaikan kelas. Ghana menonaktifkan ponselnya sejak penerimaan rapot dua hari yang lalu, dan lebih memilih untuk menggunakan laptopnya untuk bermain sosial media. Ghana sedang tidak ingin dihubungi oleh siapa punn, khususnya Cakra yang sedang Ghana jauhi demi hilangnya rasa suka.

Lagi pula, sepertinya Cakra tidak akan satu kelas lagi dengannya di kelas sembilan. Semoga saja. Ghana tak mau ia makin dekat dengan Cakra, hingga sulit melupakan perasaannya.

"Oi, ngebo aja kerjannya. Main kuy, ke Padhepokan."

Ghana menunjukkan ekspresi jengah. Ia kembali menonton animasi di laptopnya, tanpa memedulikan Raden yang berdiri di depan pintu kamar.

"Heh, enggak tuli 'kan?" tanya Raden dengan nada khawatir yang dibuat-buat.

Ghana berdecak. "Mau ngapain ke Padhepokan? Bukannya libur ya?"

Raden meringis. "Ya enggak apa-apa. Nanti main aja berdua."

Ghana menggeleng, masih fokus menonton adegan demi adegan yang ditayangkan.

"Ya udah, jalan-jalan ke Mal deh. Ayo, uang bensin pakai punyaku," ajak Raden, dengan nada pasrah di kahir kalimat.

Ghana menghentikan film animasi yang ia tonton. Kini berbalik menatap Raden dengan tatapan berbinar. "Serius? Tumben."

Raden mengangguk. Seketika ekspresi Ghana berubah menjadi sangat gembira. Lekas ia mematikan laptop dan meminta Raden ke luar sementara ia berganti pakaian. Tak sampai sepuluh menit, Ghana sudah menemui Raden di ruang tamu dalam keadaan rapi dan wangi. Sangat menutupi fakta bahwa gadis itu sejatinya belum mandi.

"Semangat banget, Neng," sindir Raden.

"Iya, dong. Kali-kali melorotin Abang sendiri." Ghana berseru senang.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Feb 20, 2022 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Atensi IramaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt