4. Terlanjur cinta

182 9 0
                                    

Vaden memasuki pekarangan rumahnya dengan Carina yang mengikuti belakangnya.

"Mau kemana?"

"Aku mau buang air kecil kamu ngikut mulu, mau liat?!" Carina langsung berlari menuju ruang makan dan menunggu Vaden.

Seketika pikiran Carina teringat pada gadis cantik dengan anak yang digandengnya, namun wajah anak itu sama sekali tak mendapati kemiripan dengan Vaden. Lantas, mengapa gadis itu mengaku-ngaku bahwa Vaden pernah menghamilinya? Ah sudahlah, Vaden laki-laki paling tampan, tak jarang banyak gadis yang berusaha menggaet hatinya.

"Ngelamunin apa sih?" Carina langsung menggeleng dan menatap Vaden.

"Kamu yakin gak kenal dia?"

"Sayang, aku tau nama dia aja enggak, muka anaknya aja gak ada mirip-miripnya sama aku, dari ujung kepala sampe kaki, mana ada yang mirip?" Carina mengangguk dan pergi dari situ.

"Kamu percaya gak? Kalau misal belum semua yang udah direncanakan dapat dengan mudah dihancurkan dengan hadirnya pihak ketiga?"

"Aku percaya, tapi kok kamu ngomong gitu?"

"Bukan maksud aku mau ninggalin kamu, tapi ada sesuatu yang bilang ke aku kalo kamu lagi nyimpen sesuatu" Carina menunduk dan Vaden menghampirinya.

Vaden ingin menolak tapi memang benar ada yang ia sembunyikan dari Carina, bahkan dirinya juga tidak tahu bagaimana caranya agar ia bisa melepaskan itu.

"Kok diem? Aku bener?" Carina tersenyum dan beranjak dari sana.

"Aku pulang duluan" ucap Carina sambil mengusap rambut Vaden.

"Hum... By..." Carina tersenyum dan mencium pipi laki-laki itu.

"Bobo siang gih" Vaden menggeleng dan menarik tangan Carina hingga gadis itu terduduk dipangkuannya.

"Kamu bantuin aku, kayaknya aku dipelet"

"Siapa yang mau pelet kamu?" Vaden mengangkat bahunya dan tersenyum.

Carina lantas mencubit perut Vaden dan berdiri.

"Dah aku mau pulang" Vaden mengikuti gadis itu, berharap gadis itu tak meninggalkannya.

"Wow, main dari rumah pacar nih? 'main' lah sama kita-kita" Carina menatap 3 laki-laki dan bersandar pada pintu gerbang milik Vaden.

"Mau lo pada?" Vaden datang dari arah pintu masuk setelah melepaskan kaosnya, menghampiri 3 laki-laki tersebut.

"Main dulu lah yok kita, mau main dimana nih?" Tanya Vaden yang sesekali melirik kearah ruangan dengan pintu besi didekat gudang.

"Cabut goblok" ucap salah satunya lalu pergi.

"Kok pada mau sih sama kamu?"

"Karna aku cantik, kalo aku ganteng mana mau mereka?"

"Iya juga sih, jangan pulang, mama sama papa gak pulang hari ini, temenin aku disini, nginep aja ayo" Carina sebenarnya ingin menyuruh Vaden untuk membawa teman-temannya tapi setelah dipikir-pikir, Vaden sering sesat akibat teman-temannya yang kekurangan akhlak itu. Masih jelas di otak Carina bagaimana polosnya seorang Vaden saat disuruh menghitung hewan-hewan kecil yang mati didepan terasnya, dan Vaden melakukannya, tak ingin itu terjadi lagi Carina menyetujuinya.

"Pulang dulu, sekalian ijin ya?" Vaden tersenyum senang dan mencium pipi gadis cantik itu.

Di rumah Carina, Vaden duduk di teras sambil memainkan ponselnya. Banyak pesan masuk dari para gadis-gadis dari sekolahnya yang membagikan sesuatu kepadanya.

Bahkan Rega pun sampai vn sambil berteriak-teriak.

"Apaan deh?" Saat Vaden membuka salah satu room chat gadis itu Vaden melihat gambar Carina dengan Daniel sepulang sekolah kemarin, bukannya marah laki-laki itu malah tersenyum meremehkan.

Perfect coupleWhere stories live. Discover now