part 4--end

20.8K 997 45
                                    

Vira masih tampak santai mendengar semua cerita Rendra tentang kejadian Ravina sampai datang kekantornya hari ini.

“Aku tau, ” Jawab Vira setelah Rendra mengakhiri ceritanya.

“Kamu udah tau?”Tanya Rendra heran.

Vira mengangguk, “Kemarin lusa kita ketemu. Dia cerita semuanya, jadi aku sarankan ketemu sama kamu,”

Rendra mengernyitkan dahinya. Udah ketemu? Tapi kenapa Ravina ngga tau kalau sebentar lagi Rendra dan Vira akan menikah? Dan Vira justru terlihat santai. Hey…ayolah, tidakkah dia ingat posisinya saat ini? seorang calon istri dan mantan pacar yang ehm-mungkin-masih-Rendra-cintai. Bukannya seharusnya Vira cemburu? Ehm, oke mungkin seharusnya memang tidak.

“Kalian masih saling cinta, kan?” tanya Vira menatap Rendra lembut.

“Maksud kamu?”

“Apalagi? Kalian masih saling cinta, kan? Dia bahkan rela bercerai dengan suaminya supaya bisa balikan sama kamu. Jadi tunggu apalagi, Ndra. Kita tinggal membatalkan pernikahan kita. Dan kamu bisa kembali ke Ravina,”

Apa? Membatalkan pernikahan? Yang tinggal menghitung hari?Rendra benar-benar tak habis pikir dengan cara pemikiran Vira.

“Maksud kamu apa sih, Vir? Batal? Apanya yang batal?” tanya Rendra sedikit kesal. Tapi Vira justru menangkap lain kekesalan Rendra.

“Tentang semua persiapan pernikahan kita, kamu nggak perlu khawatir. Kita bisa batalkan, Santai saja, Ndra, okey?” kata Vira lalu menepuk pundak Rendra dan beranjak pergi. Rendra menyetabilkan emosi, sebelum dengan sedikit kasar menarik lengan Vira, sehingga Vira menghentikan langkahnya.

“Batal? Apanya yang batal? Pernikahan kita? jangan bercanda, Vira! Kita sudah berpikir jauh sebelum mengambil keputusan ini!” Rendra sedikit menghela nafasnya.

“…dengar Vira! aku sudah membiarkanmu memasuki pintu gerbangku. Membiarkanmu sedikit menunggu di teras sebelum memasuki rumahku. Dan sekarang? apa menurutmu aku akan membiarkanmu pergi sebelum memasuki rumahku?”

Vira tersenyum getir sekaligus geli. Bisa bisanya Rendra beranalogi sekarang? Ia melepaskan cengkraman tangan Rendra.

“Ya, aku memang sudah menunggu diterasmu. aku juga berharap bisa memasuki rumahmu, meskipun sebenarnya bukan itu yang aku, maupun kamu inginkan. Jika itu karna kesopanan, lupakan! Biarkan aku menyinggahi rumah lain yang akan benar-benar membukakan pintu untukku, ”

Rendra frustasi, darimana gadis lemot didepannya itu sekarang pandai bermain kata-kata bahkan membalas analoginya?

“Ini bukan sekedar tentang kesopanan.  Kamu tau akan banyak orang terluka jika pernikahan kita dihentikan? Dan apa kamu bisa menjamin hubungan kita akan baik-baik saja kalau pernikahan ini benar benar gagal? aku nggak  bisa jamin! Rasa bersalahku mungkin akan membuat hubungan persahabatan kita tak bisa seperti dulu maupun sekarang? apalagi kalau kenyataannya nanti kamu nggak nikah-nikah……”

Vira menendang tulang kering Rendra, sedikit kesal dengan dengan kalimat terakhir Rendra.

“Emangnya aku se enggak laku itu?” balas Vira sengit. Sementara Rendra masih meringis memegangi tulang keringnya yang ditendang Vira. Tapi ia merasa kalau ketegangan di antara mereka sudah berakhir, seperti biasa, mereka tak bisa berlama-lama bersikap serius.

Rendra terkekeh. “Makanya jangan macem-macem. Nggak ada pembatalan nikah. Nggak ada. Oke?”

“Tapi Ravina?”

“Itu hanya masalah waktu, percayalah, dia bisa melewati ini semua. Aku lebih baik jauh darinya seperti dulu, daripada menjauhimu,”

Vira mengangguk pelan. Rasanya canggung juga tiba tiba berbicara serius seperti ini dengan Rendra, mereka sekarang benar-benar seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

9 END 2 OUTS [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя