Memperbaiki Kembali (1)

1.4K 136 17
                                    

Kematian. Satu hal yang pasti akan dialami oleh setiap mahkluk hidup. Rasa kehilangan, tangisan, kesedihan, dan jerit pilu selalu menyertainya. Salah satu takdir Tuhan yang mutlak tidak bisa dihindari, terlebih disiasati.

Berdiri di tempat pemakaman, seorang wanita berambut pirang panjang menunduk sesegukan di depan batu nisan bertuliskan nama suaminya.

Uchiha Sasuke.

Batu nisan itu tampak masih bersih dan baru dibandingkan batu-batu nisan lain yang ada di sana. Wajar karena seseorang dimakamkan di sana beberapa jam yang lalu.

"Kenapa?" Bibir wanita itu bergumam, lirih. Kenapa kau tidak pernah bilang padaku? Kenapa aku harus mendengarnya dari orang lain?"

Wanita itu jatuh bersimpuh, tangannya membelai batu nisan seolah itu adalah wajah suaminya. "Kenapa kau tidak jujur kalau kau sangat mencintaiku? Kenapa kau membiarkanku merasakan penyesalan ini?" Suara parau terus keluar dari bibir pucatnya. "Kenapa kau meninggalkanku begitu saja? Kau tidak kasihan padaku? Kau tidak kasihan pada Menma?"

Wanita itu menangis lebih keras, kedua tangannya menutupi wajah. Dia berucap dengan nada pilu. "Kembalilah, Sasuke. Kumohon kembali padaku dan Menma." Bibirnya digigit kuat, napasnya tersendat. "Maafkan aku."

Awan mendung bagai kumpulan kapas menyelimuti kota. Rintik hujan mulai turun. Wanita itu tidak lekas berteduh, justru berdiam diri dan mendongak membiarkan air langit membasahi wajahnya kemudian menyatu dengan air matanya. Pikirannya melayang pada ucapan Itachi beberapa jam setelah acara pemakaman Sasuke berakhir.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dan Sasuke belakangan ini, aku hanya mengira hubungan kalian renggang karena pertengkaran khas suami-istri. Jika Sasuke berbuat kesalahan, maafkanlah dia, Naruto. Adikku mencintaimu lebih dari dirinya sendiri."

"Kau tahu? Dia sebenarnya sangat bahagia bisa menikah denganmu, apalagi memiliki anak bersamamu. Dulu dia memang keterlaluan karena membuat masa kuliahmu hancur, tapi aku memahaminya. Sasuke terlalu lama memendam perasaannya untukmu sampai dia hilang kendali. Namun, dia mau bertanggungjawab dan menikahimu."

"Sasuke selalu bersemangat saat menceritakan kehamilanmu, dia bahkan menangis lama saat Menma lahir. Semoga dia tidak marah karena aku memberitahumu soal ini."

"Dia sebenarnya tidak suka menginap di kantor, setiap malam selalu memandangi fotomu bersama Menma, tidak ada hari tanpa bayangan kalian di kepalanya."

"Lima bulan yang lalu ada kejadian lucu di kantor. Sasuke memecat 10 orang karyawan beserta sekretarisnya sendiri karena mereka ketahuan menjelekkan namamu. Alasannya simpel, tapi dari situ aku tahu seberapa besar dia mencintaimu."

"Maka dari itu, kumohon maafkan Sasuke jika dia melakukan kesalahan. Kau juga tenang saja, semua biaya untuk kehidupan Menma akan aku tanggung. Bagaimanapun juga dia tetap keponakanku, darah adikku mengalir dalam dirinya."

Naruto kembali menunduk, melihat makam Sasuke untuk terakhir kalinya sebelum beranjak pergi dengan langkah gontai.

Naruto yang selalu dikenal ramah dan murah senyum akan berubah drastis ketika bersama Sasuke. Benci. Bahkan setelah Menma lahir, kebenciannya pada pria itu belum juga berkurang. Namun, semua kebenciannya yang menumpuk itu sekarang sirna, dilindas habis oleh kesungguhan hati Sasuke yang tidak pernah ia ketahui sampai hari ini.

Mengingat kembali perlakuannya pada Sasuke selama pernikahan mereka hanya membuat dadanya semakin sesak dan menyakitkan. Dia membenci Sasuke dan selalu menghindari pria itu. Dia lebih banyak diam dan tidak menanggapi keberadaan suaminya disetiap hari liburnya. Bahkan juga tidak pernah menyiapkan sarapan, baju kerja, atau kebutuhan Sasuke yang lainnya. Mereka tinggal bersama, tapi sebenarnya tidak lebih dari dua orang asing. Pernikahan mereka hanyalah status semata.

Terlambat Mencintaimu (END versi PDF)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora