14: Lebih canggung dari kucing dan ayam

26 3 6
                                    

Cha Hun yang selama ini hidup menyendiri dan tidak pernah berteman dengan siapapun selain Jaehyun―bahkan tidak pernah berkencan seumur hidupnya―pada sore ini melihat seseorang di sekitarnya dengan tatapan kosong. Ia tidak pernah mengajak seorang gadis berkencan karena tidak ada yang bisa menarik perhatiannya bahkan tidak ada yang bisa meruntuhkan pertahanannya.

Tetapi kehadiran seorang gadis berambut seatas pinggang dan menggunakan dress krim polos di hadapannya berhasil menarik atensinya. Pertahanannya tiba-tiba runtuh akibat senyum ramah gadis itu. Ia terdiam di tempat dan mendadak membungkam mulutnya rapat-rapat. Pandangannya tetap mengarah ke gadis itu.

Sangah yang melihat lelaki yang ia yakini sebagai Cha Hun tampak kebingungan. Pasalnya lelaki itu sampai saat ini belum menjawab pertanyaannya dan hanya diam mematung. Ia bingung bagaimana untuk bereaksi melihat pemandangan ini.

Untuk menjawab rasa penasarannya, Sangah mengulurkan tangannya ke hadapan wajah lelaki itu. Ia melambai-lambaikan tangannya untuk mengalihkan atensinya.

Sementara itu, Hun yang diserbu dengan pertanyaan beruntun perlahan mulai kehilangan raganya. Suara-suara kendaraan yang melintas di sekitarnya semakin meredam dari indera pendengarannya. Suara gadis itu juga perlahan menghilang dari telinganya. Raganya semakin dibawa terbang ke angkasa lepas. Ia melamun.

"Permisi! Benarkah kamu bernama Cha Hun-ssi?" tanya Sangah yang bertanya lagi. Sejak tadi, ia mengulangi pertanyaan yang sama karena belum mendapatkan jawaban. Pertanyaan itu telah diulangi sebanyak 3 kali

Di waktu yang sama, raga Hun seolah ditarik kembali ke tubuhnya. Ia kemudian sadar sekarang ia berada di depan 38 Avenue. Gadis itu sedang bertanya kepadanya, namun ia tidak mendengar apapun pertanyaannya. "Ha?" gumam lelaki itu singkat yang kemudian bersuara.

Jawaban singkat itu membuat Sangah semakin kebingungan. Karena tidak ingin ambil pusing dengan kejadian ini, ia kembali memperlihatkan senyum ramahnya. "Apakah kamu bernama Cha Hun-ssi?" tanya Sangah mengulangi lagi pertanyaannya.

Hun yang saat ini ditanya tentang namanya tampak kaku. Ia juga tidak mengalihkan pandangannya dari wajah gadis yang tidak ia kenali. "Be ... benar," jawabnya terbata-bata dan terdengar singkat.

"Oh," gumam Sangah yang tidak menduga situasi ini. Ia kembali mengembangkan senyum ramahnya dan sorot matanya tampak berbinar-binar. "Perkenalkan aku Jin Sangah yang ada di chatting tadi," ucapnya yang kemudian memperkenalkan diri.

"Salam kenal, Sangah-ssi," balas Hun kembali dengan singkat. Suaranya terdengar pelan dan nada bicaranya juga masih kaku.

"Sebelumnya aku meminta maaf karena sedikit terlambat datang ke sini. Ada kemacetan di jalan tadi," ujar Sangah yang mencoba membiasakan diri di depan lelaki kaku itu kemudian meminta maaf. Sebelumnya, mereka merencanakan untuk bertemu tepat jam 4 sore. Tetapi sekarang jam menunjukkan pukul 4:11 sore. Hal itu berarti ia sudah terlambat 11 menit dari waktu yang direncanakan.

"Tidak apa-apa," jawab Hun yang kembali bersuara pelan. Suara kendaraan darat yang melintas di jalan nyaris meredam suaranya, namun Sangah masih bisa mendengarnya dengan baik.

"Kalau begitu," ujar Sangah yang kemudian mengedarkan pandangannya ke jalan, "mari kita lanjutkan pembicaraan ini di kafe. Kebetulan aku tahu kafenya di mana."

Sangah lalu mengajak Hun melanjutkan pembicaraan mereka di kafe yang direkomendasikannya karena ia mengenal tempat ini dengan baik. Ia lalu mengusulkan sebuah kafe yang ia tahu di mana tempatnya. Kemungkinan tempat itu bisa digunakan untuk berteduh sementara dari sinar mentari terbenam di ufuk barat.

Tanpa bersuara, Hun berbalik badan dan melangkah lurus ke depan. Lelaki itu masih saja kelihatan kikuk ketika berhadapan dengan Sangah.

"Tapi―"

✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying FanfictionWhere stories live. Discover now