Part 1

1.5K 173 10
                                    

Seperti tersambar petir di siang bolong, Ariel merasa kehidupan damai yang selama ini di jalaninya tiba-tiba harus berubah seratus delapan puluh derajat.

Ariel yang baru saja pulang ke Indonesia hanya demi sebuah pertunjukan akhirnya harus menetap lebih lama di negara yang penuh kenangan pahit untuknya.

Hari demi hari Ariel lalui dengan beribu penyesalan, menyesal karena harus kembali terlibat dengan keluarga Arkananta dan menyesal karena telah bertemu dengan mantan keluarganya.

Entah saat itu apa yang membuat Ariel menyetujui permintaan managernya untuk ikut dalam acara kompetisi balet internasional yang kebetulan diadakan di Bali, indonesia.

Jika saja dia tau akan terjebak di sini dengan keadaan paling buruk seperti ini, pasti Ariel akan menolak mentah-mentah tawaran itu

Waktu menunjukan pukul sebelas malam saat Ariel baru saja memasuki rumah mewah yang kini ditempatinya.

Kaki perempuan itu terus melangkah tanpa memperhatikan sosok yang sedari tadi telah menunggu kedatangannya.

"Masih hapal jalan pulang?" tanpa memperdulikan pertanyaan yang baru saja terlontar dari mulut suaminya, Ariel terus berjalan melewati laki-laki itu.

"Sepertinya Lama tinggal di Amerika membuatmu lupa arti bahasa indonesia!"

Ariel menghentikan langkahnya saat suara tegas dan dingin itu kembali mengusik pendengarannya."Bukan urusanmu!"

"Aku masih suamimu, jadi aku berhak bertanya darimana saja kamu seharian ini"

"Nggak usah sok perduli dan nggak usah ngelewatin batas!" Ucapnya angkuh menatap sengit pada lawan bicaranya

Ariel kembali berjalan melewati senopati begitu saja sebelum laki-laki itu menarik paksa lengannya.

"Kamu memang menjijikan! apa kamu lupa dengan nama belakang yang kamu pakai, jangan sampai kamu membuat kegaduhan dengan perilaku gilamu itu"

"Namaku Ariel widjaja kalau kamu lupa, dan aku nggak pernah pengen coba ganti nama belakangku dengan apapun."

Ariel berjalan semakin mendekat di hadapan Senopati, bersidekap dada memperhatikan raut kaku laki-laki yang ada di hadapannya

"...oh ya, sekalian ngasih tau, kalau aku nggak pernah ngaku-ngaku ataupun mengklaim Arkananta menjadi nama belakangku. Baik di depan teman-temanku atau media manapun. kamu nggak perlu berfikir kalau aku akan mencoreng nama Arkananta seperti yang kamu takutkan, jadi mulai sekarang berhenti mengurusi urusanku!" dengan angkuh Ariel mengetukan jari telunjuknya pada dada bidang Senopati, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan senopati yang masih berdiri di tempatnya.

"Kamu membuatku muak Ariel!, ingat dengan siapa kamu berurusan sekarang dan bersikaplah seperti perempuan yang punya martabat!" Ujar Seno membuat Ariel mengepalkan tangannya kuat tanpa mau menghentikan langkah kakinya

Kehidupan mewah yang Senopati sediakan untuk Ariel ternyata tidak bisa mengubah cara berpikirnya.

Bukan berarti Ariel tidak menerima sepeserpun kemewahan itu. Perempuan cerdik seperti Ariel tentu memanfaatkan apa yang telah didapatkannya tanpa menghitung lagi berapa rupiah bahkan dolar yang telah dibelanjakannya.

Menurutnya rugi jika dia tidak menikmati apa yang sudah menjadi hak nya saat ini.

"Dasar perempuan kepala batu!"

Begitu kira- kira keseharian keluarga kecil mereka. Pernikahan yang didasari atas keterpaksaan dan perjanjian di masa lalu.

The In Between [Re pulish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang