| chapter 27

3.4K 351 30
                                    

"AWOO!"

Liviania mendongak mencari pemilik suara yang sangat dikenali itu. Kemudian, dia melihat Rhea sedang berdiri di hadapan pintu palace sambil menggendong Jaen dan Jay.

Jaen kemudian melompat turun dan berlari ke arahnya.

Wolve putih itu menghampiri Liviania dengan langkah yang lebar sehingga membuatkan bulu lebat itu beralun indah di bawah sinaran mentari. Matanya yang berwarna keemasan, berkilat bak permata memandang gadis itu tepat sambil berlari riang mendekatinya.

Jay yang masih ditangan Rhea hanya diam melihat gelagat adiknya yang masih tidak matang itu. Namun jauh di sudut hatinya perasaan gembira menjentik apabila gadis berambut putih yang sudah beberapa hari tidak dijumpai kini sudah dihadapan mata.

".........."

"Come here, Jay." Panggil Liviania. Tangan didepakan sebelum gadis itu membawa tubuh kecil wolve tersebut kedalam pelukan.

Jaen yang sudah sedia berada di tangan Liviania kini menggigit-gigit manja tangan gadis itu. Manakala Jay di tangan sebelah lagi hanya duduk diam seperti selalu.

Senyuman di bibir Rhea semakin melebar apabila melihat keakraban mereka antara satu sama lain.

"Rhea."

"Y-yeah?" Sahutnya mendadak apabila Liviania memanggilnya dengan suara yang serius.

"Let's talk."

"Yes, Your Highness." Jawabnya seraya menuntun jalan menuju ke ruang tamu palace dan diekori oleh Liviania dari belakang.

Sampai sahaja disitu, mereka melabuhkan duduk di sofa mewah yang terdapat di tengah-tengah ruangan tersebut. Jaen dan Jay juga turut duduk bersama Liviania dan enggan beredar dari situ. Liviania hanya membiarkan mereka sambil sesekali membelai bulu lebat yang lembut itu.

"Apa yang Your Highness ingin bicarakan?" Soal Rhea bernada sopan. Sabar menanti apa yang akan keluar daripada mulut Liviania yang saat ini sangat serius.

"..........."

"Saya bercadang untuk pergi dari palace."

Terpukul dengan kenyataan yang dia masih lagi sangat lemah, Liviania tekad membuat keputusan untuk pergi membawa diri ke dunia yang jauh lebih besar di luar sana.

Dia yang gemarkan kebebasan, menganggap palace ini hanyalah seperti penjara emas. Dan selama masih disini, dia tidak dapat menggunakan elementalnya dengan bebas.

"But before that, Im ready to tell you my secrets." Tambah Liviania lagi.

Rhea tersentak. Kali ini dia tidak terkedu seperti tadi namun matanya terbuntang besar memandang Liviania di hadapan.

"P-princess, awak berguraukan?"

Senyap. Suasana hening menyelubungi mereka.

Liviania kemudian mengeluh perlahan sebelum kembali bersuara. "Listen, Rhea."

Jay yang daripada tadi hanya menjadi pemerhati di angkat. "My first secret. Jay dan Jaen berasal daripada ras Human-Beast."

".....???...."

"Hai, sister Rhea!" Ujar Jaen pula yang sedang duduk di pangkuan Liviania.

Jatuh rahang gadis itu setelah mendengar wolve kecil yang sering dimandikannya sedang berbicara dengan menggunakan bahasa manusia.

Unreachable PrincessWhere stories live. Discover now