"Tolong suruh Jaehyun oppa kabari aku setelah rapat ya? Harus."
"Oke bos. Kututup."
Bip-
Mark dengan cepat berlari menuju ruang kerja ayahnya. Ia segera memakai kaca mata saat menghadap komputer. Tangannya bergerak lincah pada keyboard di depannya. Pekerjaan Mark pertama mengunci semua web milik Keluarganya. Kemudian berlanjut melakukan apa yang ia bisa lakukan guna membungkam publik internet agar tidak melanjutkan isu tidak jelas itu. Jangan khawatir, cara Mark tidak pernah salah dalam mengatasi hal seperti ini.
"Eomma?" tanya Yeri setelah mendekat pada Taeyeon lagi.
"Tidak perlu khawatir sayang. Eomma sama appa sudah banyak bertemu bermacam-macam orang. Yang berusaha menjatuhkan kami di dunia pekerjaan juga banyak. Tapi yang baik juga banyak." ujar Taeyeon.
Yeri sudah sangat khawatir. Ia menghela napas kemudian memeluk Taeyeon. Benar, ia selalu ingat kalau orang tua angkatnya ini tidak pernah jahat pada orang lain. Meski di dunia pekerjaan yang berisi banyak sekali orang picik, keduanya tetap tidak pilih-pilih untuk berbuat baik pada orang lain.
*****
Dan benar, Perusahaan milik Byun sempat menggemparkan sebab berita Baekhyun sendiri yang jatuh sakit menyusul. Bukan fokus pada Yeri yang datang ke kediaman Byun dengan tersenyum lebar seolah-olah tidak tahu kalau ayahnya sakit karena keributan berita Jaehyun pagi tadi.
Dampak buruknya hanya terus berangsur ke perusahaan Im alias yang dipegang Jaehyun. Sahamnya terus turun sedikit demi sedikit semakin waktu berjalan. Hal itu menjadi masalah baru. Jaehyun harus segera bekerja sama dengan perusahaan luar negeri agar menutup isu-isu tidak jelas ini.
Sore itu Jaehyun datang ke kediaman Byun setelah jam kerja kantor selesai. Ya meski masih separuh masalah beres. Namun, Jaehyun ingin pulang. Ia ingin memeluk Yeri dan menghela napas panjang.
Sebelum bel dibunyikan, pintu utama dibuka. Mark sepertinya sudah waktunya pulang. Ah, kabar Mark yang sudah pisah rumah dengan orangtuanya juga baru Jaehyun tahu malam itu. Ia sudah merasa bersalah karena menyeret perusahaan besar Byun dalam isu tidak jelasnya, sekarang ia merasa seperti ipar yang kurang memperhatikan keluarga istrinya.
"Masuklah hyung. Tidak ada yang menyalahkanmu disini. Kau masih diterima sebagai pria paling keren-- pekerja keras yang juga merupakan suami dari adikku." kata Mark.
Jaehyun dari dulu memang merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga hangat ini. Tapi ia masih merasa bersalah-- benar kata Yeri tadi.
Jaehyun mulai menegakkan punggungnya. Ia masih ragu melangkah yang membuat Mark gemas melihatnya. Hal itu membuat Mark berkata, "Chaeyun-ie sudah tidur sepertinya. Dia banyak bermain dengan eomma appa tadi, sepertinya dia kelelahan."
"Gomabda Mark." kata Jaehyun sebelum melangkah masuk ke halaman kediaman Byun.
Ya sebenarnya Yeri juga memperhatikan Jaehyun dari layar televisi tidak besar yang menampilkan gambar dari kamera pengawas rumah yang ada di kamar Mark -yang sudah tidak terpakai- sejak tadi. Saat sudah memastikan Jaehyun memasuki rumah, Yeri mulai beranjak turun.
Ia tersenyum hangat kala melihat Jaehyun memasuki rumah dengan raut tidak percaya diri. Ia hapal betul Jaehyun bagaimana. Pasti di bawah saja Jaehyun benar-benar menyalahkan dirinya.
"Eoh? Jaehyun-a? Akhirnya kau datang. Lihat, makanan di dapur sampai dingin karena kau tidak datang-datang." sapa Taeyeon. "Yerim-a! Turunlah. Bagaimana bisa kau ada di dalam saat suamimu pulang kerja." seru Taeyeon selanjutnya.
"Eommonim-"
"Iya Jae?"
"Maaf karena membuat kekacauan sampai menyeret-"
"Hmm, apa orang tuamu baik-baik saja Jae? Maksudku, apa orang tuamu sehat?" sahut Taeyeon cepat.
Taeyeon mengangguk pelan mendapati Jaehyun yang semakin menunduk. Sebenarnya Jaehyun sudah menghubungi orang tuanya guna menjelaskan kerusuhan pagi tadi. Namun, ia baru ingat kalau dirinya bahkan tidak sempat menanyakan kabar orang tuanya.
"Pasti karena sudah lama berpisah dengan orang tua ya Jae? Tapi kau harus sering berbicara dengan orang tuamu. Minimal tanya kabar. Kita disini sangat suka padamu sejak pertama melihatmu dulu. Kalau kau menghormati kita sebagai keluarga istrimu, tapi jangan pernah lupa untuk berbicara pada orangtuamu lebih dulu. Lagian pasti kalau ada masalah pekerjaan orang tuamu lebih tahu solusinya, pasti." ujar Taeyeon.
Yeri menatap punggung Jaehyun dari kejauhan. Tanpa menunggu lama-lama lagi ia mulai mendekat dan mengejutkan Jaehyun dengan menggenggam tangannya.
"Yeri-ya." gumam Jaehyun yang akhirnya dapat melihat wajah istri tercintanya.
Yeri tersenyum, kemudian berjalan memasuki dapur. Menggantikan Taeyeon yang menyiapkan makanan untuk Jaehyun. Taeyeon tanpa berbicara menjauhi ruang makan- memberi tempat dan waktu pada anak dan menantunya itu.
Beberapa detik kemudian Yeri menuju tempat Jaehyun seraya membawa makanan di nampan. Ia tersenyum hangat. "Ini aku sendiri yang memasak." ucapnya.
Jaehyun tidak melepas tatapannya dari manik Yeri. Sampai Yeri duduk di sampingnya, ia masih terperangkap dalam matanya. Yeri yang tahu itu segera balas menatap Jaehyun. Kemudian paham apa yang Jaehyun butuhkan, ia segera mendekat guna memberi Jaehyun pelukan.
Tangan Jaehyun langsung mengeratkan pelukan. Ia menyamankan kepalanya di ceruk leher Yeri. Matanya tertutup, kemudian ia menghela napas panjang. "Masalahnya memburuk. Aku tidak suka bagaimana orang-orang membicarakanmu. Wajahmu muncul dengan tidak etis di internet, aku kesal."
Yeri mengusap punggung Jaehyun. "Tidak apa-apa. Yang penting wajah Chaeyun tidak terlihat." jawabnya.
Jaehyun kembali menghela napas. "Lima menit biarkan begini." ujarnya.
Yeri mengangguk, "Iya."
Lima menit kemudian berlalu. Beberapa detik sebelumnya hanya terisi oleh helaan napas Jaehyun yang terdengar begitu putus asa.
"Sekarang makan ya oppa. Sepertinya kita harus segera ke agenda berikutnya. Sudah berhari-hari periksa ke dokter tertunda kan? Aku tadi sudah membuat janji dengan dokter. Ayo kita periksa setelah ini." ujarnya.
*****
Kalau ga jelas maaf bangett yaa
Selamat membacaaa
Sampai ketemu lagii di ujung cerita
~zaa
YOU ARE READING
Unrequited, Jaeri (END)
Fanfiction"Maukah kau mengisi posisi ibu untuk Chaeyun, Yeri-ssi?" Yeri menolehkan kepalanya menatap pria itu. Ia terdiam begitu lama. Otak dan hatinya masih sangat tidak tenang sekarang. Membuatnya hanya bisa menatap wajah Jaehyun dalam diam karena tak tahu...
40. Wish Tree
Start from the beginning
