2. Separuh Jiwa Ayah

10 2 0
                                    

"Si-siapa yang pacaran?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Si-siapa yang pacaran?"

"Itu, berdirinya deketan. Jauhan dikit dong!" Baik Ghana maupun Cakra, keduanya lekas memperlebar jarak di antara mereka.

"Apaan sih? Orang cuma temenan. Ya kan, Cak?" Ghana menyangkal, dengan sedikit melirik Cakra yang malah diam dengan ekspresi heran.

"Kalau mau pacaran juga boleh," ujar Cakra, lima detik sebelum kakinya menjadi sasaran empuk bagi injakan kaki Ghana.

"Matamu!" sungut Ghana terdengar begitu kesal. Meski tentu saja gadis itu merasa senang.

"Mataku dua," sahut Cakra, seraya meringis akibat perlakuan Ghana.

Sementara pemuda yang sedari tadi hanya bertengger di atas motronya langsung menghela napas. "Oke, naik!" titahnya pada Ghana yang lekas bergegas naik ke atas motor.

Sebelum melenggang pergi, Ghana terlebih dahulu melambaikan tangan kepada Cakra seraya meminta maaf dengan bahasa isyarat. Bagaimana pun juga, Ghana sedikit merasa bersalah karena telah menginjak kaki Cakra begitu saja.

Sementara pemuda yang mengendarai motor menyunggingkan senyum kemenangan. Karena sekarang, diam-diam ia tahu apa yang tak orang lain ketahui tentang nama yang berputar-putar di kepala Ghana.

***

Udara sejuk perbukitan Ghana hirup sebanyak-banyaknya, kemudian ia buang dengan perasaan lega.

Hal menyenangkan di hari Senin selain pulang bersama Cakra, adalah bermain ke Padhepokan Swara Gautama. Bukan karena ingin mempelajari musik tradisional jawa seperti remaja lainnya yang datang ke mari. Ghana lebih suka duduk di teras sembari menikmati udara segar dan mendengar irama-irama tembang yang dinyanyikan.

Lagi pula ini Padhepokan milik Pakdhe nya, jadi Ghana sedikit bebas melakukan apa saja. Kecuali jika ada pemuda yang dengan segera menarik paksa dirinya untuk masuk ke dalam ruangan, menyaksikan anak-anak yang lain membunyikan gamelan. Pelakunya tentu saja pria yang sama dengan yang tadi menjauhkan dirinya dari Cakra.

Raden, namanya. Raden Nanda Gautama. Sepupu, yang terpaksa menjadi kakaknya karena air susu di masa lalu. Seorang dalang kondang di daerahnya meski masih remaja, anggota terbaik di Padhepokan ayahnya, dan bercita-cita mewarisi Padhepokan Swara Gautama, meski terhalang oleh kakaknya yang lebih dahulu datang ke dunia.

"Aku mau di luar aja!" seru Ghana seraya menarik kembali tangannya.

"Main saron aja sini. Mumpung orangnya lagi kurang."

"Males."

"Main atau aku antar pulang?" Ghana berakhir dengan berdecak sebal seraya duduk dengan saron di hadapannya, dan buku lagu di tangan kirinya. Sementara Raden di depannya, bermain kendang.

Meski sangat mudah menjabarkan prestasi dari Raden di usianya yang bahkan belum boleh memiliki KTP, Ghana juga sangat mudah menjabarkan sifat negatif dari pemuda itu. Seperti Raden yang pemaksa, terlalu berlebihan dalam menjaganya, keras kepala, terlalu taat pada pemikirannya, dan masih banyak hal yang membuatnya tak nyaman berada di dekat Raden.

Atensi IramaOn viuen les histories. Descobreix ara