"Gimana?" Tanya Shofia panik.

Ale menggeleng frustasi.
"Gak ada, anj!"

"Maafin aku.. harusnya tadi aku temenin afi.."

"Nanti aja minta maafnya. Sekarang lo telfon jevan sama samuel."

Shofia mengangguk patuh lagi. Ale tentu tak tinggal diam, ia juga menelfon Jovan, Mahen dan Enzi.

"Halo kak,"

"Kenapa, naa? Tumben nelfon?"

"Kak, bisa ke Helly Moll? Afi ilang.."

"APA?!──okeh!"

Tutt ...!

Drrrt..

"Halo lang, tumben?"

"Ke Helly Moll, buruan. Afi ilang"

"ANJING! KOK BISA?!"

"Buruan asu."

Tuttt..!

Shofia terduduk lemas dilantai. Melihat itu Ale jadi kasihan, bagaimana pun juga ini bukan sepenuhnya salah Sona. Tapi salah kawan kelincinya yang pelupa akut. Datang dari mana, pulang ke mana.. heran.

"Gak usah khawatir, ini bukan salah lo kok.." ucap Ale mencoba menghibur.

"Ini salah aku, aku gak temenin afi tadi..hiks.." isak Shofia.

"Ya bagus deh kalo lo nyadar.."

"Huweeeee tok dalang maaahh...."

Ale hanya bergidik acuh. Dia memang tidak bisa menenangkan orang menangis, kecuali orangnya Afira.

"Hiks.."

"Udahlah pii. Nangisin apa sih lo?!"

"Hiks... hiks..." Macam yn.

"Yaelah! Jan bikin gue makin kesel deh, Shofia Raquella!"

"Hiks..."

"ASU LO.──

──a-aku takut, afi panik.."

Ale bungkam.

Ia baru ingat. Ia baru ingat kata-kata bunda Lisa.

"Jangan sampai afi panik,"

"Kenapa bun?"

"panic attack.."

"Afi..."

✧✦✧✧

"WOY ANAK BABI!"

Segerombolan cowok dengan paras tampan datang menghampiri Ale dan Shofia yang termenung.

"Lang, afi gimana?" Tanya Jovan khawatir.

Ale menatap Jovan datar.

𝙲𝚁𝚄𝚂𝙷; ᴀғɪʙᴀʀᴀ [ END ]Where stories live. Discover now