"Ya syukur-syukur sih ya sampai lo nggak jadi nikahin gue. Nikahin siapa ke, sorboah atau Tukiyem," gumam Nafisah di dalam batinnya.

Habibi berpikir sejenak.

Sepertinya, apa yang di sampaikan Nafisah ada benarnya juga.

Bisa saja ia insecure dengan dirinya.

Merasa ia belum pantas jika bersanding dengannya.

Padahal jika Nafisah tahu Habibi juga tidak sebaik yang ia pikirkan.

Ia tetaplah manusia yang berkelimpahan salah dan dosa. Yang harus terus belajar dalam hal apapun.

"Oke-"

Nafisah begitu bahagia saat mendengar kata Oke, hingga akhirnya ia segera memotong ucapan Habibi.
"Thanks ya. Lo udah mau ngertiin gue."

"Gue semakin yakin kalau lo memang pilihan yang tepat buat gue," ucap Nafisah tak henti-hentinya tersenyum. Ia merasa bahwa usahanya kali ini berhasil.

Nafisah tersenyum senang.
Ia segera mengepalkan tangannya berkali-kali.
"Yes, nggak sia-sia gue ikutan kelas drama," gumam Nafisah di dalam batinnya.

Akhirnya ia terbebas juga dari belenggu dan perjodohannya meski untuk beberapa waktu.

Nggak apa-apa, pikirnya.

Untuk ke depannya, dia akan atur strategi agar perjodohan ini benar-benar batal dan tak akan ada yang mengganggu hubungannya dengan Reno.

Habibi segera melanjutkan ucapannya yang sempat terpotong Karena sedari tadi Nafisah nyeroscos tanpa henti.
"Oke, gue boleh lanjutin omongan gue?" tanya Habibi membuat Nafisah membulatkan matanya bingung.

"Maksud lo?"

Habibi menghembuskan napasnya perlahan-lahan. Berharap Nafisah mendengarkan baik-baik ucapannya kali ini dan tidak memotongnya lagi.
"Bagi gue nggak masalah. Kalau lo emang ngerasa belum pantes. Ya udah, kita bisa perbaiki bareng-bareng," ucap Habibi sembari tersenyum simpul.

Nafisah tersentak kaget.
"Maksud lo?" tanya Nafisah sedikit terbata-bata.

"Iya, kita jalani sama-sama ya."

"Tujuan rumah tangga itu kan memang buat melengkapi kekurangan masing-masing, saling memperbaiki kekurangan masing-masing, iya kan?" tanya Habibi terdengar begitu bijak.

Namun, tidak dengan Nafisah yang tidak terima dengan yang dibicarakan Habibi kepadanya.

"What's!!" gumam Nafisah di dalam batinnya.

"Iya udah, bentar lagi akad nikahnya mau dimulai kan? Gue mesti siap-siap dulu. Gue tutup ya."

"Eh, tunggu," ucap Nafisah tak terima dengan keputusan ini.

"Maksudnya, jadi lo nggak bakalan batalin acara akad nikah ini? Nggak mau nunggu gue sampai lulus kuliah dulu?" tanya Nafisah dengan keadaan jantung yang semakin berdenyut kencang.

"Nggak Nafisah," ucap Habibi terdengar begitu lembut.

"Dan thanks, lo udah nggak keras kepala dan mau ngakuin semua kekurangan. Gue salut," ucap Habibi tak henti-hentinya tersenyum simpul. Kembali berhasil menggagalkan Nafisah untuk membatalkan perjodohan ini.

Nafisah membuang napas kasarnya, sebelum ia kembali mengumpat dan menyumpah serapahi Habibi.
"Dasar Lelaki sinting! Nggak tahu malu!" maki Nafisah merasa usahanya hanya sebuah sia-sia.

Tut ...

Nafisah memutuskan telponnya sepihak.

Ia baru sadar, bahwa ia terjebak dalam permainan kata-kata Habibi yang sudah mengetahui maksud dan tujuan dia menelponnya.

Nafisah terduduk lemas dan kembali membanting telponnya.

Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya keluar dari tekanan ini.

Sementara Habibi tersenyum simpul.

Ia cukup bahagia bisa memberikan sedikit cubitan halus untuk Nafisah melalui permainan kata-katanya.

•••

Instagram/TikTok : @setiawantuz

Dear Habibi [END]Where stories live. Discover now