[1] Dia Siapa?

55 15 29
                                    

~H a p p y R e a d i n g~

“Gak puas liat itu orang terus?” tanya seorang gadis dengan rambut pendek yang mengaduk-aduk minumannya.

Sedangkan orang yang ditanya menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang tak luntur di wajahnya. “Ahh aku makin cinta.”

Gadis itu menoleh kearah sahabatnya, “Kamu sih belum ngerasain kalau lagi jatuh cinta,” lanjutnya dengan tersenyum lebar.

“Serah serahmu, Aya,” jawabnya dengan malas.

Dia Lea sahabat karib Aya, dia sudah lama mengetahui bahwa Aya menyukai guru agama yang mengajar di SMA mereka.

Aya pun mengerucutkan bibirnya, lalu meniup atas hijabnya agar rapi. “Lele aku bosyaann,”

Lea menatap kesal kepada sahabatnya, dasar Aya suka sekali merubah nama orang. “Nama aku Lea, bukan ikan lele. Udah berapa kali aku ingatin sih, Aya. Jangan asal merubah nama aku!”

Aya tersenyum lebar, “Lele cuantikk bangetz pake z!”

“Astaghfirullah. Ya Allah kenapa engkau kirimkan kepada hambamu ini, makhluk seperti dia,” ujarnya mengusap dada.

“Lea, Aya. Jangan panggil lele iihh nyebelin!”

“Lele itu panggilan kesayangan aku, kamu kan kesayangan aku,” balasnya dengan mengedipkan mata berkali-kali.

Lea bangkit dari kursinya, “eh mau kemana?” tanya Aya bingung.

“Balik ke kelas, emangnya mau sampe kapan disini terus?”

Aya menautkan kedua jari telunjuknya, “Tapi kan dia masih di sini,” Ucapnya sambil melihat ke arah lurus, ya disana terdapat seorang lelaki idamannya.

“Aya sebentar lagi masuk kelas,” Lea melihat jam dipergelangan tangannya. “Ayok Aya kan pulang nanti bisa tengok pak Ayub lagi,” bujuknya.

Lea meninggalkan temannya yang sibuk dengan pikirannya. “Leleku kok kamu ninggalin aku,” teriaknya saat melihat punggung sahabatnya menjauh.

“Sampai jumpa calon imamku.”

***

Lea sedang berbisik-bisik kepada teman sebangkunya, Aya. Aya pun kegelian atas sikap temannya lalu menggeser sedikit, “Lele jangan bisik-bisik Aya geli tau!”

“Sana fokus tengok depan, bapak lagi jelasin contoh materi!” lanjut Aya.

Lea pun menggerutu, “Aya dari mana menariknya sih belajar fisika?”

“Malahan fisika itu bikin kepala tremor.” lanjutnya sambil bertopang dagu.

Aya menoleh ke arah temannya dan menghembuskan nafasnya, “Lele belajar fisika itu menyenangkan lho, bagaimana kamu mau tau betapa menyenangkan fisika kalo kamu udah duluan gak suka!”

“Yang lele tau fisika itu belajar tentang apa aja?” tanya Aya, tetapi tetap fokus ke depan.

“Banyak, semuanya dihitung. Buah kelapa jatuh ke bawah dihitung, pergeseran meja dari titik ini ke titik itu dihitung, bunyi sirene ambulan aja dihitung. Semuanya serba dihitung kan bikin ribet,” gerutu Lea panjang lebar.

“Nah disana menariknya Lea, fisika itu pelajarannya berbeda dengan yang lain dan memiliki ciri khas sendiri. Suatu saat nanti Lea bakal tau betapa banyak manfaatnya belajar fisika dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Aya panjang lebar.

Lea menatap heran melihat Aya tersenyum tiba-tiba, “kamu kenapa? Kesambet?” tanyanya.

“Enak aja, Aya itu lagi mikir rumus apa yang cocok untuk membuktikan betapa besarnya cinta Aya sama emm,” Aya langsung tersenyum merona membayangkan seseorang.

Reinata Ayana [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang