Makanan Sesaji

Beginne am Anfang
                                    

Mendengar nada keputusasaan dari kalimat yang Dylan lontarkan, Sekar buru-buru menghampiri. Duduk berlutut di kaki Dylan. "Aku mohon, tolong jangan katakan itu. Tolong bantu kami semampu kalian bisa. Aku ndak mau kehilangan teman-temanku. Jika ada yang harus dikorbanin, biar aku saja. Karena semua kejadian ini adalah gara-gara aku. Teman-temanku yang ndak suka aku diputusin Sultan di depan umum berusaha buat ngebalas rasa sakit hati aku. Mereka ndak salah. Aku yang salah. Jadi, aku juga yang harus nanggung risikonya. Jangan Galih atau siapapun." pinta Sekar memohon dengan menangkupkan kedua telapak tangannya.

Sultan yang mendengar pengakuan gadis ayu dengan surai hitam yang dikepang dua itu bangkit berdiri. "Apa?! Jadi ..., semua kerusuhan iki gara-gara hal sepele itu? Kamu ngebahayain setengah siswa SMK N 9 cuma demi muasin ego kamu buat bales dendam ke aku, Sekar?!"

"Tunggu-tunggu ..., hal sepele kowe bilang? Sekar sampe diledekin sama seluruh siswa di Sekolah kita berhari-hari gara-gara kejadian itu, kowe sebut itu hal sepele? Cih! Kowe bener-bener songong, Tan!" Laras menatap Sultan geram. Jika tangannya tidak sedang sibuk menghentikan kucuran darah yang merembas keluar dari tangan Galih yang terluka, ingin sekali rasanya ia menghajar pemuda itu. 

"Apa wajar, seorang pacar malah ngebela cewek lain dibanding pacarnya sendiri saat itu cewek selingkuhan, kowe sering ajak mulih bareng? Kowe cowok apa banci, Tan?!" umpat Galih ; siswa berkulit sawo matang itu menambahi.

Alih-alih menanggapi ucapan kasar Galih, Sultan lebih memilih untuk berbicara tegas dengan mantan pacarnya. "Apa kamu lupa, Sekar? Apa alasan utama aku mutusin kamu? Iku gara-gara awakmu dewek. Kamu seng ora bisa berpikir positif. Selalu mikir aku ngehianati kamu nang guri. Kamu seng selalu nuduh bahkan berbuat anarkis dengan ngejambak bahkan maki-maki Rasti di depan umum, padahal Rasti ora salah. Rasti cuma ngelakuin tugase sebagai sekertarise aku. Dan asal kowe weruh. Rasti iku sepupu aku! Dan Almarhum Ibune Rasti wis nitipno Rasti buat aku jaga sadurunge meninggal. Jadi wajar, aku sering nganter jemput Rasti nang umahe!"

Sekar membulatkan matanya lebar setelah mendengar pengakuan Sultan. Kini, rasa bersalah kian menumpuk di dada juga punggung gadis itu. Sultan benar, selama ini ..., Sekar memang tak pernah mau mendengarkan penjelasan Sultan setiap kali ia berusaha memberitahu alasannya, kenapa Sultan selalu dekat dengan Rasti dan berperilaku lembut terhadap gadis itu. Kecemburuan tak mendasar telah membuat Sekar buta. Bahkan, prasangka buruknya-lah yang telah menjerumuskan dirinya hingga setengah penghuni Sekolah SMK N 9 menjadi korban. Kini, setelah semua ini terjadi, apa yang dapat Sekar perbuat untuk memperbaikinya? Apakah semuanya benar-benar sudah terlambat?"

"Tidak ada kata terlambat untuk mencobanya." suara seorang perempuan yang muncul seiring dengan pintu ruang Aula yang terbuka itu, mengubah atensi semua orang di dalam ruangan tersebut untuk melempar pandangan mereka ke arahnya.

"Hira?!"

Dylan, Helga dan semua murid SHS tampak terkejut begitu mengetahui sosok yang muncul dari balik daun pintu itu merupakan salah satu teman seangkatan mereka. Helga CS memang sudah diberitahu oleh guru Chester bahwa mereka akan dibantu oleh seseorang jika mengalami kesulitan. Namun baik Dylan ataupun yang lainnya tak pernah menyangka bahwa orang yang akan guru mereka kirim adalah Hira; Si Tukang kesurupan di SHS.

Melihat semua temannya memasang wajah terkejut yang terbalut rasa kebingungan, Hira berangsur menghampiri Cakra yang kini telah kembali terikat tangan dan kakinya dan didudukkan di sebuah kursi.

"Waktu kita sempit. Cuaca di luar mulai terlihat aneh. Jika tidak cepat-cepat bertindak, maka semuanya akan benar-benar terlambat." Hira mengatakan itu dengan tangannya yang mulai sibuk mengeluarkan beberapa lilin dari dalam tasnya.

Supranatural High School [ End ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt