Aduh, apa, sih?
Tak mau tenggelam lebih lama lagi dalam pikirannya, Iris pun lekas berlarian menuju tempat parkir. Di sana, Juno dan Akashi sudah menunggu.
• 🦁 🐧 🐻 •
Hari berikutnya, tak seperti biasa, Iris mendatangi rumah Juno lebih dahulu untuk berangkat bersama. Akan tetapi, yang mengusik pikiran Juno bukanlah itu, melainkan kenyataan bahwa waktu baru menunjukkan pukul setengah enam pagi. Juno yang memang sudah siap dan sedang sarapan pun pada akhirnya langsung berangkat karena ditunggui Iris. Entah apa yang sedang merasuki anak itu ....
Meski begitu, Juno pribadi tidak bermasalah dengan berangkat sekolah lebih awal. Kalaupun masih mengantuk, Juno masih bisa terlelap sejenak di kelas, sebelum banyak orang atau bel masuk berbunyi.
Benar saja. Sekolah masihlah teramat sepi. Tampak Mang Muh yang sedang menyapu di pinggir lapangan. Anak OSIS yang jadwal jaga gerbang saja baru tiba dua orang. Juno menguap selama melalui koridor di lantai dua dan melambaikan tangan pada Iris. Mari kita teruskan perjalanan mimpi di dalam kelas.
Juno melangkah gontai ke dalam ruangan kelas X MIPA-4. Di luar dugaan, salah satu bangku di sana sudah terisi. Seorang anak perempuan tampak asyik memainkan ponsel, lalu menoleh ketika daun pintu dibuka Juno.
"Luisa? Kamu tidur di sekolah, semalam?" Juno mendekat, menyimpan tasnya di bangku yang persis di belakang kursi Luisa. Lelaki itu menggeleng-geleng tak percaya. "Heran. Rajin amat."
Seagai anak yang memang senang berangkat pagi buta tanpa alasan, Luisa hanya terkekeh pelan. "Biasalah."
Tak ada lagi percakapan. Juno sudah membenamkan kepalanya ke dalam lipatan tangan di atas meja. Namun, semua rencana penjelajahan mimpinya seketika terhenti karena suara dari bingkai pintu kelas. "Juno ...."
Suara pelan yang cempreng itu. Lekas-lekas Juno mengangkat kepala, menatap Iris yang mendadak muncul dengan sesuatu di tangan. "Kenapa?"
"Eh, udah ada Lui. Iris izin masuk kelas ini dulu, ya." Iris yang tengah menyembulkan kepala pun langsung melangkah masuk dan menggeret kursi untuk duduk di sebelah bangku Juno. Iris menyimpan tas jinjing krem miliknya yang kecil di atas bangku. "Di kelas Iris belum ada siapa-siapa ... ngeri!"
Iris mengerut takut sambil menaikkan kaki ke atas kursi. Lucu. Iris jadi tampak lebih kecil dari aslinya. Meski begitu, ada hal yang jauh lebih menarik perhatian Juno. Lelaki itu memicingkan matanya untuk meneliti tas jinjing yang dibawa Iris, seolah itu adalah patogen berbahaya yang mesti ia berantas hingga tuntas. "Ini apa?"
"Totebag."
"Buat apa?"
"Buat ... yaaa, menyimpan barang."
Juno menatap Iris dengan tampang serius. Dia tidak ingin diajak bercanda saat ini. "Isinya apa?"
"Bekal makan." Iris bergerak membukakan kotak makan yang berada di dalam tas jinjing berwarna krem tersebut. Tampaklah nasi goreng dengan sosis yang dibentuk seperti bunga. Iris sengaja menyiapkan ini sejak pagi buta. "Buat Gammy. Sebagai tanda permintaan maaf."
Di depannya, Luisa menoleh ke belakang demi memenuhi rasa penasarannya. "Kamu berantem sama Kak Gamma, Ris?"
"Iya. Kemarin, Gammy marah banget sama Iris. Katanya ... gara-gara Iris cerita soal Juno terus." Setelah menghela napas panjang, Iris menatap Luisa dengan memelas. Jangan lupakan kedua sudut bibirnya yang menekuk ke bawah. "Iris harus gimana, Lui?"
Kini, gadis berambut panjang itu menggeser kursinya untuk menghadap Iris. Luisa menjentikkan jari dengan penuh semangat. Walau terbilang tidak berpengalaman karena nyatanya ia tidak pernah berpacaran, Luisa memiliki pengetahuan romanstisme yang cukup dari fanfiction yang sering dibacanya di platform Wattpad. "Begini, lho, Ris. Kak Gamma itu pasti cemburu! Ingat quotes Dilan? Cemburu hanya untuk orang-orang yang tidak percaya diri, dan Kak Gamma sedang merasakannya!"
YOU ARE READING
Binary Asteroid
Teen Fiction"Di mataku, kita itu satu. Layaknya sebuah planetoid yang bergenggaman. Namun, akhirnya kusadari, angular resolution-ku yang kelewat besar dari batas maksimum diameter sudut antara kita. Karena pada kenyataannya, kita hanyalah binary asteroid, tak l...
🚀Cahaya yang Tak Sampai pada Langit Malamnya
Start from the beginning
