"Di mataku, kita itu satu. Layaknya sebuah planetoid yang bergenggaman. Namun, akhirnya kusadari, angular resolution-ku yang kelewat besar dari batas maksimum diameter sudut antara kita. Karena pada kenyataannya, kita hanyalah binary asteroid, tak l...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Jadi, tadi itu, kamu belum janjian sama Kak Gamma buat pulang bareng sebelumnya, Ris? Terus kenapa enggak iya-in ajakan aku aja, kalau gitu?"
Pertanyaan retoris Juno yang bermaksud mengklarifikasi ceritanya, malam itu, terus menghantui benak Iris, bahkan di saat Iris sudah bersiap untuk sekolah di hari Senin ini. Iya! Pada malam kejadian, Iris terpaksa bicara soal kenyataan tersebut. Gara-gara Juno, sih! Anak itu malah mempertanyakan muka keruh Iris ketika membaca pesan dari Gamma.
Jadinya keceplosan, 'kan! Eh, tetapi Iris juga masih bisa berbohong, sih. Bilang saja kalau ada nomor salah sambung yang meresahkan, atau tumbalkan salah satu teman sekelasnya sebagai oknum menyebalkan yang rusuh memintai lembar jawaban untuk tugas Kimia ....
Eh, bohong itu tidak baik! Iris memejamkan mata erat-erat, berusaha menghilangkan rasa penyesalan karena telah berkata apa adanya. Ya sudahlah. Apa boleh buat.
Nasib baik, kejadian di angkot tersebut terjadi pada Jumat sore, sehingga Iris punya dua hari libur untuk beristirahat. Meski begitu, sudah hari Senin pun, luka Iris belum sepenuhnya sembuh. Dalam rangka menghindari kontak langsung dan infeksi dari debu di luaran sana, Ana membebat lecet Iris dengan perban, terutama yang masih parah, seperti di bagian pinggang, lutut, dan kedua telapak tangannya.
"Iris!"
Seruan familiar yang tidak pernah berubah sejak belasan tahun lalu itu sukses mengalihkan perhatian Iris. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang sibuk pecicilan lari-lari mengitari rumah, kini Iris hanya guling-guling di atas kasur sembari menunggu Juno datang ke rumah. Untunglah Ana masih sibuk di dapur, kalau tidak, bisa diomeli habis-habisan Iris, karena rok seragam sekolahnya jadi tidak rapi lagi. "Iya!"
Detik berikutnya, Iris langsung berdiri dan menggendong ransel berkarakter penguin miliknya. Iris berlarian menuruni anak tangga, berpamitan rusuh pada bundanya, lalu menghampiri Juno yang sudah bersiap dengan Akashi di halaman depan rumah. Ya. Pada akhirnya, Iris kembali pada rutinitas biasa, berangkat sekolah bersama Juno. Cengiran lebar melintang di kurva bibir Iris, seolah kejadian kemarin tak lebih dari cerita fiksi yang tak usah dipikirkan ... setidaknya begitulah yang tampak dari luar.
"Ayo!"
• 🦁 🐧 🐻 •
Iris Jelek Kayak Penguin Penyek
Kok, belum keluar juga, sih?
Katanya, istirahat kelas Iris hari ini digeser dulu ke jam pelajaran selanjutnya. Bu Yanti lagi ngasih tugas tambahan buat yang remed di ulangan harian kemarin, soalnya.
Iris enggak?
Enggaklah! Hihi. Iris, kan, enggak pernah remed, kecuali bahasa sama prakarya.