01

16 4 0
                                    

Mobil Hantam Pembatas Jalan, Dua Orang Tewas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil Hantam Pembatas Jalan, Dua Orang Tewas.

Remaja lelaki itu melipat kembali koran satu tahun lalu yang berisi kecelakaan orang tuanya dan juga dirinya. Ia melirik ke arah kaki kirinya yang seperti mati rasa, lalu dilemparkannya koran yang berada di tangannya ke kakinya itu.

"Ayo, Ma, bujuk papa supaya kita bisa pergi ke festival dad and son."

Ajakan itu keluar dari mulutnya, Kalau saja ia tak mengajak kedua orang tuanya pergi di malam itu, mungkin semuanya tidak akan terjadi.

"Kamu udah gede, Molan."

Kalau saja ia mendengar penolakan ibunya, ia tak akan kehilangan wanita itu.

"Ma, masih 15 tahun, baru lulus SMP juga. Kapan lagi ada festival kaya gini."

Dan kalau saja ia tak menyangkal, mungkin mereka masih bisa duduk di ruang keluarga sambil bercengkrama dan menonton sinetron kesukaan ibunya.

Sayangnya, duka telah berkabung, kebahagiaannya berhenti saat itu pula. Hari ini, di tanggal yang sama dengan kecelakaan itu, Molan masih menyalahkan dirinya, kekecewaan dan penyesalan masih setia menghantui. Semangat hidupnya turut terkubur bersama raga sang ayah ibu.

-

"Kak, jangan lupa ke sekolah Molan jam 8."

Kalimat itu yang ia ucapkan kepada kakaknya pagi tadi sebelum berangkat sekolah.

Sekarang berpura-pura tuli adalah jalan Molan untuk menghadapi kakaknya yang tengah berapi dan berusaha tak menatap netra matanya. Jemarinya saling memainkan satu sama lain.

"Mau jadi apa dengan nilai segini? Peringkat kedua dari bawah, lucu? Bangga?"

Itu bukan kalimat pertama yang Tika ucapkan setelah mengetahui nilai raportnya jauh di bawah rata-rata. Molan masih setia duduk di sofa dengan pandangan mata yang terkunci pada buku raport itu sendiri. Bukan tak berani menatap Tika yang tengah bertolak pinggang, ia hanya malas mendengarkan ocehan seperti ini.

"Lo lupa? Mama papa selalu marah kalo nilai lo ancur kaya gini!" Terdapat penegasan kata di akhir, dibarengi dengan buku raport itu yang terlempar ke samping tubuhnya. Terlihat amarah yang memanas tetapi sedikit tertahan.

Wanita pemegang nama Nirmaula Antika itu beralih duduk di hadapan Molan dengan meja di tengah-tengah mereka. "Mau kecewain mama papa? IYA?! DASAR PENGECUT."

Menganggap kalimat-kalimat Tika hanyalah angin lalu yang tak seharusnya ia masukkan ke hati. Molan bahkan tak terlihat takut melihat Tika marah padanya. Justru, penyesalan perihal kepergian ibunya yang saat ini mengurung dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Delayed HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang