bagian 02.

343 61 2
                                    

taman. disini karina sekarang, dia memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah karena masalahnya tadi pagi dengan keluarganya.

karina menangis tanpa suara disana, walaupun ini taman tapi sepi jarang sekali ada orang yang mengunjungi taman ini.

setelah cukup lama menangis karina langsung mengecek hpnya, dia berniat untuk menghubungi sang kakak namun pergerakannya terhenti oleh seseorang.

“kok ga sekolah?”. karina menoleh dan mendapati seseorang yang sangat ia sayangi dan rindukan, yaitu kakaknya.

disana ada rissa yang tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya kearah karina, meminta sang adik untuk masuk ke pelukannya.

tanpa pikir panjang karina berlari dan memeluk kakaknya, kali ini dia berubah pikiran tentang sekolahnya.

“kak pindahnya boleh dipercepat ga?”

****

rissa menghela nafas, dirinya memang sejak tadi sudah sampai dirumahnya bahkan saat pertengkaran keluarganya dia sudah ada disana. tapi rissa memilih diam ditempat dan hanya melihat dari jarak jauh, dan ketika karina keluar dari rumah rissa buru buru bersembunyi, takut keberadaannya diketahui sang adik.

rissa mengiyakan permintaan karina untuk pindah lebih awal, rissa sedang mengurus semuanya dari sekolah karina, rumah untuk mereka tinggali, barang barangnya yang dijakarta, dan juga kendaraan yang akan mereka pakai.

setelah acara pelukan tadi rissa membawa karina ke tempat temannya untuk beristirahat, rissa enggan membawa karina pulang kerumah dia takut orang rumah akan memarahi karina lagi seperti tadi.

“karina kamu disini dulu, kakak mau ambil barang barang kamu dirumah”. karina mengangguk bertanda dia memperbolehkan kakaknya untuk pergi, sedangkan dia menunggu dirumah teman kakaknya yang juga karina anggap seperti kakak laki-lakinya.

“kakak hati hati. kalo ada apa apa kabarin aku atau bang jo”. rissa mengangguk dan segera pergi dari sana dan tidak lupa juga arahan yang karina berikan pada dia kalo orang tuanya macam macam. ‘kakak pura pura budek aja terus pergi dari rumah yang kayak neraka itu’

dan tidak lupa juga karina memberi tahu kalau baju bajunya sudah ia rapihkan didalam koper dekat kasur, jadi kakaknya hanya perlu membawanya tidak perlu repot-repot memasukan baju dan segala macamnya.

sampainya rissa dihalaman rumah dia sedang mengontrol dirinya agar terlihat kuat didepan keluarganya, setelah meresa baik rissa langsung masuk kedalam rumah dan tidak lupa untuk mengetuk pintu terlebih dahulu.

“aku pulang”. satu kata yang keluar dari mulut rissa.

dia menatap seisi rumah itu sepi sekali pikirnya, kemana yang lain?

tidak mau berlama lama rissa langsung menaiki tangga menuju kamar karina dan kamar dirinya, rissa ingin mengambil barang berharganya yang tertinggal disini.

setelah masuk ke kamar karina rissa hanya mengambil koper dan juga beberapa tas tas kecil yang mungkin isinya keperluan kecantikan karina dan juga boneka panda pemberiannya dulu, karena karina menyuruhnya untuk membawanya.

lalu rissa beralih ke kamarnya untuk membawa barang berharganya, foto papanya yang dia simpan dilaci meja rias.

setelah merasa tidak ada yang ketinggalan rissa langsung turun. dan oh ya! rissa juga tidak lupa menaruh uang serta barang yang dia beli ke kamar arisha adik bungsunya.

untuk orang tuanya mungkin akan dia transfer.

baru akan keluar dari rumah tiba tiba suara bariton menghentikan langkahnya. “masih punya malu kamu datang kesini?”

“buat apa kamu bawa bawa koper? mau kabur? dasar ga tau diri. harusnya kamu beruntung dan berterimakasih kepada saya kalo bukan karena saya kamu ga bakal bisa makan enak.”. ya, itu ayah tirinya rissa, papa arif.

rissa mencoba setenang mungkin dan tidak terpancing omongan ayah tirinya tapi ucapan selanjutnya membuat rissa naik darah. “kamu ga ada apa apanya, sama kayak papa kamu yang pengecut itu. saya kasian sekali melihat kamu makanya saya mengurus kamu dari kecil kalo saya ga kasian sama kamu mungkin sekarang kamu gelandangan oh atau bisa juga udah sekarat.”. mata rissa memanas tangannya terkepal kuat dia menoleh menatap ayah tirinya yang sedang melipatkan tangan didada dan jangan lupa senyuman yang meremehkannya.

tak lama setelah itu datang ibunya, cih disaat seperti ini dia hanya diam saja dan membiarkan anaknya dicaci maki oleh suaminya. setega itukah? rissa kecewa.

“anda boleh saja menghina saya tapi jangan berani menghina ayah saya! karena mau bagaimanapun dia lebih saya hormati dari pada anda, yang hanya mencintai istrinya sedangkan anaknya diacuhkan bahkan anak kandungnya sendiri.

saya selama ini diam bukan berarti saya takut. saya diam karena saya menghargai anda sebagai suami dari mama dan papa dari adik adik saya tidak lebih dari itu. dan juga karina tidak akan saya biarkan tinggal disini untuk dicaci maki oleh anda, karina akan tinggal dengan saya mulai sekarang tidak ada penolakan dan juga saya pamit terimakasih telah membesarkan saya bapak arif mahendra yang terhormat!”. final, selamat rissa kamu berhasil.

rissa berlalu dari kediaman keluarga nya dan dia samar samar mendengar teriakan tak terima dari dalam rumah.

rissa tersenyum lebar “terimakasih rissa sudah tegar selama ini”.

****

mahes berlari kerumah karina. dia tidak menemukan karina disekolah maka dia berinisiatif untuk datang kerumahnya, karena perasaannya tidak enak.

mahes mengetuk pintu rumah yang tidak bisa terbilang sederhana itu, lalu tak lama seseorang membuka pintu dan tersenyum ramah.

“karina ada?”. tanya dia kepada seseorang didepan nya.

senyuman yang semulanya cerah tiba-tiba luntur seketika saat mendengar pertanyaan itu. arisha, orang yang membukakan pintu untuk mahes.

pintu rumah langsung arisha tutup tapi pergerakannya tertahan saat mahes tiba tiba menahan pintu dengan tatapan bertanya.

“ga ada kabur kali sama si rissa”. ucap arisha seadanya.

mahes menatap arisha dengan terkejut, bisa bisanya dia berucap seperti itu “maksud lo?”. tanya mahes tak mengerti.

arisha menghela nafas “dia pindah ngikut kak rissa tapi gatau juga pindah kemana, dan kalo kak mahes kesini cuma buat nanya itu mending balik deh aku ga suka cowok yang aku suka nanyain orang lain didepan aku”. arisha membanting pintu cukup keras, ketara sekali bahwa dia sedang kesal.

mahes berdecak, kenapa bisa? dan juga kenapa karina tidak memberi tahunya? apa dia sengaja untuk menghindar karena tau bahwa dia menyukainya dari lama? pertanyaan pertanyaan itu muncul dipikiran mahes, dia takut. takut cintanya tak kembali.

.

cerita ini ga bakal fokus ke percintaan seperti judulnya 'the best sister' jadi cerita ini bakal aku fokusin ke masalah keluarganya dan mungkin baka ada selipan kisah cinta karina dan juga rissa

the best sisterWhere stories live. Discover now