11

23 12 0
                                    

.
.
.

[POV 3 : Alara, Red ]

Apakah takdir bisa diubah?

Mungkin sebagian bisa, dan itulah harapan Alara dan Red saat ini. Sudah sekitar dua jam berlalu, sejak mereka sama-sama sadar kalau kini Alara tidak lagi berwujud roh, melainkan manusia utuh yang dapat terluka atau mati kapan saja. Mereka berdua benar-benar berharap kalau isi ramalan kartu tarot yang mereka dapatkan itu bisa dilalui dengan baik, bahkan diubah sedikit--pada bagian akhirnya.

"Jadi...kita harus mencari Lavender ke mana?" tanya Alara. 

Red hanya manpu mengendikkan bahunya. Jujur, ia sendiri bingung. Bahkan sebagai saudara kembar Lavender saja ia merasa tidak ada koneksi di antara mereka saat ini.

Kini mereka sedang duduk di salah satu kedai makanan yang menyajikan aneka macam makanan dan minuman ringan. Mereka menghabiskan minuman mereka dalam diam, sambil melihat satu persatu stan dan pedagang di sana mulai berberes dan menutup tokonya. Para pengunjung juga sudah mulai berkurang, membuat gemerlap festival barang antik itu kini kian memudar. Sementara itu, Alara dan Red sama-sama belum memiliki rencana untuk melanjutkan perjalanan atau rencana untuk bermalam di mana. Harapannya, mereka sudah bisa bertemu Lavender dan berkumpul seperti semula, sebelum hari berganti. 

Tak lama berselang, kedai toko makanan ringan itu hanya menyisakan mereka dan beberapa pelayan saja.

"Mohon maaf, tetapi kedai kami akan ditutup sekitar lima menit lagi. Terima kasih atas kunjungannya," ucap salah satu pelayan yang kini membungkuk hormat pada mereka.

Alara dan Red jadi ikut merasa tidak enak. Akhirnya, Red memberi tip lebih pada pelayan tersebut dan membawa Alara pergi mencari penginapan di sekitar sana.

"Memangnya uang curian itu cukup untuk menyewa dua kamar?" bisik Alara tidak yakin.

Sementara Red menaikkan sebelah alisnya. Dalam batinnya ia hendak protes karena Alara masih saja menyinggung perihal sekantong uang yang ia temukan tadi. Alih-alih menggubris Alara, Red malah ikut melirik isi kantong uang yang kini ada di genggamannya. Sisa sekitar lima buah koin dan selembar uang kertas saja. Ia menghela napas. Benar juga, belum tentu sisa uang itu cukup. Ia bahkan tidak tahu berapa nominal totalnya. Tapi Red sungguh berharap uang itu masih cukup untuk menyewa setidaknya satu kamar untuk mereka beristirahat.

"Aku juga tidak yakin ini cukup atau tidak, tapi kita coba saja," jawab Red pada akhirnya, sebelum berbelok ke arah sebuah penginapan.

Alara hanya mengekor. Dalam hati ia juga ikut berharap kalau uang curian itu cukup untuk menyewa kamar penginapan. Sama sekali tidak masalah kalau hanya mendapat satu kamar yang termurah sekalipun. Ketika Red mendapatkan satu kunci kamar, mereka berdua akhirnya bisa menghela napas penuh kelegaan. Meskipun kini isi kantong uang tersebut hanya tersisa satu koin saja.

"Kau saja yang tidur, aku belum mengantuk."

Sebelum Red berhasil memprotes, Alara buru-buru menambahkan, "aku tidak terbiasa tidur malam, kau sendiri tahu 'kan?"

Red kembali menutup mulutnya dan mengangguk-anggukan kepalanya. "Baiklah kalau begitu. Nanti pukul empat pagi kau bisa membangunkanku dan bergantian tidur. Pukul delapan pagi kita akan melanjutkan perjalanan, bagaimana?"

Alara mengangkat jempol tangan kanannya. "Setuju."

***

Sekitar pukul dua dini hari, Alara yang berdiam diri di balkon kamar sambil memperhatikan sekitarnya dan menikmati angin malam, tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu. Tubuhnya menegang sesaat, sedikit terkejut karena baru pertama kali melihat peristiwa semacam itu.

Dan Alara yakin seratus persen kalau ia tidak salah lihat. Sedetik lalu, langit malam itu menampakkan kilatan merah menyambar dalam sekejap. Benar-benar hanya sekilas, karena setelahnya langit tampak normal-normal saja, seperti sebelumnya. Alara tampak cemas. Entah itu pertanda baik atau buruk, Alara tidak tahu. 

Ia hanya bisa berdoa. Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi pada mereka dalam waktu dekat ini. Setidaknya, sampai mereka berhasil berkumpul kembali bersama Lavender dan Ocean, kawan sekaligus saudara mereka yang terpisah dan tak terlihat wujudnya sampai detik ini.

.
.
.

Tbc

************************************

Published : 12 Februari 2022

Tema : [ Buat cerita dengan kalimat pembuka, "Apakah takdir bisa diubah?" ]

A/N :

Yhaa... akhirnya di chapter ini bisa bawain mereka lagi. btw karna ini slow pace banget, kayaknya konflik mereka buat dwc kali ini ya berkutat pada nyari satu sama lain wkwk. Dahlah

btw aku nulis ini tengah malem, tapi belom selesai wkwk ngantuk soalnya, trus besok ada kelas pengganti jam 8 pagi//slap

Ya... semoga bisa mempertahankan updet dan engga bolong di sisa 16 hari ini.

sampai jumpa di chapter selanjutnya~♡

Fraternity: the Adventure of the Main Characters [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora