5

31 15 2
                                    

Semua itu saling melengkapi
.
.
.

[POV 3 : Ryn, Jack, Ace ]

Makhluk raksasa berkaki delapan yang kini sedang mengejar, membuat mereka bertiga langsung kabur beriringan. Jack yang paling depan, diikuti oleh Ryn, dan Ace di urutan yang paling belakang.

Deru napas, lengkingan monster, derasnya hujan, serta suara langkah kaki mereka yang sedang berlari secepat yang mereka bisa terdengar bersahutan dengan tidak berirama.

Monster tersebut sangat cepat, sampai hampir melukai Ace. Beruntung, laki-laki itu dengan ketangkasannya dapat menangkis serangan laba-laba dengan sihir tanahnya. Melihat itu, Jack langsung berubah pikiran. Kini, mereka bahkan melakukan combo kekuatan sihir mereka, saling melengkapi satu sama lain. Ryn dan Ace fokus memberi serangan yang melumpuhkan, sementara Jack  membentuk sihir pelindung untuk mereka bertiga.

"Belok kiri dan buat dia tertahan di pepohonan sana!"

Ace mengangguk paham. Ia rasa, cowok yang tadinya tidak tahu diri dan asal mengancamnya itu tidak buruk juga. Dengan sekuat tenaga, Ace berusaha mengeluarkan kekuatan sihirnya hingga tanah di sekitar mereka bergetar hebat. Selanjutnya, tanah tersebut bergerak naik dan berhasil menghalangi jalan monster laba-laba. Namun tak bertahan lama, karena monster tersebut dengan mudahnya memanjat lalu melompat, nyaris saja menggores lengan Jack.

Jack mendecih. Mereka tidak akan bisa bertahan lagi, kalau monster ini terus mengejar. Apalagi laba-laba raksasa berwarna ungu tua itu begerak cepat dan bolak-balik nyaris melukai mereka. Ace dan Ryn juga sudah berulang kali membuat pertahanan untuk mereka, sementara ia memimpin jalan sambil membakar jalan yang telah dilewati mereka guna menghentikan kejaran monster tersebut. Sayangnya sihir apinya sia-sia karena derasnya hujan saat itu menghilangkan jejak apinya dalam sekejap.

Sial...

Kalau terus seperti itu, lama-lama kekuatan mereka akan habis dan tamatlah sudah.

"Aku ada ide!" teriak Ace dari belakang sana.

"Katakan!"

"Ryn, selain ledakan salju, apa kau bisa membekukan kakinya? Tolong coba sekali saja. Seharusnya bisa berhasil memperlambat gerakannya."

Ryn yang mendengar namanya disebut langsung memfokuskan kekuatan sihirnya. Masalahnya, tubuhnya sudah tidak kuat. Tapi perkataan cowok itu benar. Maka, dalam sekali tarikan napas panjang, Ryn mencoba untuk mengumpulkan kekuatan sihirnya yang tersisa.

"Ryn, kau bisa?" tanya Jack memastikan.

"Akan kucoba," gumam Ryn hampir tak terdengar, akibat tertelan hujan.

Ia memejamkan matanya dan berbalik dengan cepat. Dalam satu kedipan, kekuatan esnya berhasil mengenai salah satu kaki monster tersebut dan kini merembet cepat ke bagian lainnya.

Ryn jatuh ke tanah setelahnya. Jack dan Ace langsung membantu dan memapah Ryn. Mereka berusaha untuk berjalan berjalan menjauh dari monster yang kini meraung marah,  akibat kedelapan kakinya yang lini berubah menjadi es sepenuhnya.

"Bertahanlah Ryn," bisik Jack.

Ryn mengangguk dan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap mempertahankan kesadarannya.

Dan rupanya keberuntungan sedang ada di pihak mereka. Tak jauh dari sana, tampak sebuah pohon dengan portal sihir di tengahnya.

"Kita masuk saja ke portal itu," ucap Ace yang langsung disetujui oleh mereka.

Ryn, Jack, dan Ace segera masuk ke dalam portal tersebut secara bergantian, tanpa peduli ke mana portal itu akan membawa mereka bertiga.

Entah itu di padang pasir, tengah laut, atau di puncak gunung sekalipun, mereka tidak peduli. Yang mereka pikirkan saat itu hanyalah kabur sejauh mungkin dari monster laba-laba berkaki delapan, yang nyaris membuat nyawa mereka melayang tak kembali.

Fraternity: the Adventure of the Main Characters [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora