16: Permintaan maaf dan kucing (Ika Zordick)

1K 97 42
                                    

Cerita ini masih dan akan selalu menjadi miliknya Ka, IkaZordick

Sorry for typos

Budayakan vote dan komen





"Selamat siang!" Xiao Zhan berteriak kencang. Dia melangkahkan kaki mungilnya, berjalan setengah berlari dan di sambut dengan senyuman para rekan kerja ibunya dan para pasien di rumah sakit Parker Smith—rumah sakit ternama di ibu kota. Dia membungkukkan tubuhnya, masih dengan tas bergambar kartun favoritnya dan baju kaos yang sama dengan milik kembarannya yang membalut tubuh mungilnya, si bungsu Wang tengah menunjukkan sopan santunnya.

"Manisnya~~" semua orang akan berpendapat untuk yang satu ini. Si bungsu Wang selalu memenangkan hati semua orang. Senyum cerahnya, tawa renyahnya, wajah imutnya dan tubuh mungilnya selalu mendapat sponsor dari berbagai gender dan usia. Xiao Zhan mendapatkan banyak hadiah—dia sepertinya bisa membuka toko permen.

Yibo mengikuti langkah Xiao Zhan, sesekali menabrak tiang pondasi rumah sakit. Xuanlu hanya menepuk kepalanya—tak percaya Yibo akan selalu setia menabrak tiang pondasi yang sama setiap berkunjung ke rumah sakit tempatnya bekerja. Yibo memajukan mulutnya, setelah dia membuka matanya untuk sesuatu yang ditabraknya baru saja. Seperti merutuk, tapi tak ada suara yang keluar dari sana. Xuanlu terkekeh.

Yibo kemudian melihat sekelilingnya. Matanya seperti mata robot yang waspada dan mencoba mencari targetnya. Ke kiri, ke kanan, ke atas kemudian ke bawah. Tak lama kemudian, Yibo sepertinya mendapati targetnya—tentu saja Xuanlu tahu itu Xiao Zhan. Yibo tidak berlari seperti yang di lakukan Xiao Zhan atau anak aktif umumnya. Dia akan kembali menyeret langkahnya setelah meyakinkan Xiao Zhan-nya baik-baik saja.


Xuanlu rasa ia sangat mengerti tentang sang anak. Yibo itu memiliki kelemahan daya kantuk, kelesuan dan kemalasan tingkat tinggi. Tapi system kerja otaknya akan secara otomatis menjadi bergairah jika ada yang mengganggu sang adik. Mungkin Yibo terlahir di dunia ini untuk mengawal Xiao Zhan.

Yibo adalah pengawal Xiao Zhan.

Tapi bagi Xuanlu, Yibo itu seperti paket komplit yang diberikan oleh Tuhan untuk membuat keluarga kecilnya menjadi berwarna. Xiao Zhan memang penuh warna tapi Xiao Zhan tak punya warna abu-abu, putih dan hitam yang dihasilkan oleh Yibo.

"Yibo beri salam pada yang lebih tua, tirulah Xiao Zhan!" Apakah pantas menyuruh seorang kakak untuk meniru sang adik? Entahlah, tapi Xuanlu jelas tahu, ketika Yibo telah memastikan Xiao Zhan baik-baik saja, dia akan mencari tempat terbaik untuk mulai kegiatan rutinnya—tidur. Yibo yang sudah hendak membelokkan kakinya ke barisan kursi yang terletak tak jauh dari mereka, terpaksa kembali meluruskan langkahnya.

Membungkuk Sembilan puluh derajat. "Selamat siang!" ucap Yibo. Dia menegakkan tubuhnya, menghadap sang ibu dan membuat Xuanlu mau tak mau harus tersenyum. Yibo sedang meminta izin pada ibunya agar dia diperbolehkan mendapatkan tempat yang baik untuk tidur.

"Tampannya~" dan ini komentar untuk Yibo meski dengan segala tindak tanduk kemalasannya.

"Ke ruang mama saja, bawa Xiao Zhan bersamamu!" Xuanlu tak ingin kegiatan bekerjanya dan para rekannya harus terganggu karena keberadaan dua anaknya. Lebih dari itu, ia juga takut Yibo dan Xiao Zhan terkena penyakit dari pasien yang tidak sehat. Mengingat, keduanya sudah seperti asupan vitamin yang selalu di gemari di rumah sakit ini.

DECALCOMANIEWhere stories live. Discover now