3: StockholM (Ika. Zordick)

3.1K 261 65
                                    

Ini murni karya Ika Zordick
fanfiction

Yibo-Xiao Zhan(YiZhan)
.


Awalnya Xiao Zhan ingin mengakiri hidupnya, namun pertemuannya dengan pria itu membuatnya ingin bertahan hidup
.

Stockholm

Malam yang sepi, melangkahkan kaki menyusuri deretan rak di salah satu tempat perbelanjaan. Dia melirik jam tangan, sudah pukul satu lewat seperempat menit. Seorang pemuda berusia enam belas tak seharusnya berada di luar rumah pada waktu selarut ini. Xiao Zhan bukan sejenis nocturnal, sebenarnya dia juga mengantuk.

Ingin pulang. Hanya saja perlakuan di rumah lebih cocok disebut siksaan neraka. Ada sebuah perkataan, entah siapa, "Kaki boleh jauh melangkah, tapi hati tetap rindu, itulah yang disebut rumah." Omong kosong. Dia ingin pergi, hati berteriak agar menjauh.

Xiao Zhan menghembuskan napas berkali-kali, keras, tak teratur. Batinnya sedang bergejolak dalam konflik, dia sudah membulatkan tekad untuk mengakhiri hidup ketika matahari terbit nanti. Sebotol obat pembasmi serangga terasa pas di tangan. Dia siap untuk mati. Merasa terlalu lelah untuk menjalani hidup.

"Berapa?" Xiao Zhan meletakkan racun serangga di meja kasir. Melihat ke sisi lain toko untuk menghindari kontak mata penasaran si penjaga mesin kasir. "Rumahku banyak serangga, ibuku sedang sakit."

Selanjutnya, pemuda yang belum berusia legal itu merasa bodoh karena menjelaskan tujuannya membeli racun serangga. Lain kali, dia jelaskan juga bagaimana tata cara penggunaannya, jika si kasir bertanya-seandainya dia punya kesempatan. Hidupnya akan segera berakhir tak sampai siang ini.

"Hitung saja!" Xiao Zhan jadi gelagapan saat ditatapi lebih intens oleh si kasir berkacamata itu. Dia cepat memberikan uang, setelah terdengar suara dari scanner barcode di kasir. Merebut kasar botol racun serangga dari tangan si kasir dan melangkah pergi. "Ambil saja kembaliannya!" serunya ketika keluar dari pintu otomatis. Dia menaiki sepeda dan mengayuh bergerak menjauh.

Jalanan tampak sepi, hanya sesekali terlihat mobil melaju. Xiao Zhan mengayuh sepeda di atas trotoar, lagipula takkan ada yang akan marah saat ini. Sesekali dia menggumamkan melodi asal dari bibir yang terkatup.

Malam semakin dingin, intensitas kayuhan semakin dipercepat demi menghalau angin malam. Dia tak ingin mati karena masuk angin.

Hingga, suara klakson membuat si pemuda dengan karamel kecoklatan menghentikan kayuhan dan menggenggam tuas rem. Heran juga ada yang membunyikan klakson ketika dia melaju di atas trotoar. Jika diteriaki oleh pejalan kaki, dia bisa mengerti. Lagipula mobil itu tepat bersisian dengannya, menyipitkan mata mencoba mengintip ke balik kaca mobil, berharap indera akan bisa menembus kaca berlapis film itu.

Ah, bodohlah!

Bukan urusannya juga. Xiao Zhan melihat ke samping, mobil ini mungkin tamu Tuhan. Bangunan gereja kecil terlihat berdiri kokoh. Ketika Xiao Zhan fokus pada gereja dan pemikirannya-sebentar, di saat itulah sebuah tangan besar menyekap mulutnya, menariknya ke dalam mobil.

Suaranya teredam, dia masih mencoba berteriak. Oksigen bahkan menjadi sesuatu yang susah ia raup. Sekeliling menjadi remang, sesuatu menggesek permukaan kulit tangannya-mungkin tali atau sejenis bahan polimer kuat dari belakang.

Indera penglihatan ditutup paksa dengan kain hitam. Mencoba meronta namun tak berdaya tepat ketika sesuatu yang dingin seperti logam berlubang terasa di permukaan kulit leher. Dia terdiam, pasrah ketika bibir ditutup oleh kain lain. Xiao Zhan hanya bisa mengandalkan rungu dan raba. Tiada petunjuk.

DECALCOMANIEWhere stories live. Discover now