🚀Kode dan Blokade Barikade

Comenzar desde el principio
                                        

"Iya. Lebih tepatnya, tangan, pinggang, dan lututnya yang diperban."

Gamma melotot. "Apa? Kenapa?"

Menghadapi rentetan pertanyaan Gamma malah membuat Juno keki setengah mati. "Aku bukan informan yang dibayar untuk buka mulut, terima kasih."

"Oi, jawaban kurang ajar macam apa, itu?" Gamma terkekeh sinis begitu mendapati adik kelasnya itu malah berbalik memunggungi, bersiap kembali ke kelasnya. Namun, Gamma lebih dulu mencengkeram bahu Juno kuat-kuat. "Aku cuma tanya. Kamu meledek aku sebagai pacarnya Iris?"

"Iya." Tanpa ragu sedikit pun, Juno kembali membalikkan badan untuk menghadap Gamma. Kepala Juno terangkat untuk membalas tatapan Gamma dengan netra hitam legamnya yang tajam, menguarkan aura ancaman. "Sejak awal, aku memang jauh lebih mengenal Iris, 'kan? Kenapa? Enggak terima?"

Refleks, Gamma menarik kerah Juno. Kesabarannya sudah benar-benar terkuras habis. "Sialan!"

"Apa? Mau melampiaskan amarah sekaligus merasa dipecundangi karena tidak tahu apa-apa, hm?"

"Tutup mulutmu!" Gamma meninju rahang Juno dengan telak. Lelaki itu tak peduli lagi dengan citranya yang turun dengan menyerang seorang adik kelas, lebih-lebih lagi di koridor kelas sepuluh. Beberapa siswa yang berlalu-lalang hanya bisa melirik takut, lalu berlalu cepat-cepat, tak mau berurusan dengan masalah orang lain, apalagi ini kakak kelas macam Gamma. "Jangan sembarangan."

Meski langkahnya terempas sedikit ke belakang, Juno kembali mengarahkan tatapan penuh intimidasi pada Gamma yang sudah tampak kalap. "Sembarangan apanya? Itu fakta. Iris nunggu kamu jemput pulang sampai hampir malam. Karena kamu enggak datang, Iris naik angkot, ada om-om cabul, dan Iris terpaksa loncat dari angkot yang lagi jalan, sampai akhirnya diperban kayak sekarang. Karena apa? Kamu. Kamu bahkan enggak tahu soal Iris dilabrak mantan sahabatmu itu, 'kan?"

"Selena?" gumam Gamma, pelan, tersentak begitu ditampar serentetan kenyataan dari Juno yang baru diketahuinya.

Bel berbunyi. Jam istirahat pertama sudah habis. Kemudian, Juno langsung kembali ke kelasnya, meninggalkan Gamma yang masih bergeming membisu.

•   🦁   🐧   🐻   •

Iris Jelek Kayak Penguin Penyek

Junooo! Susu stroberi Iris udah Juno beli?
Ini Iris udah istirahat, ke kelas Juno, jangan?

Juno mengangkat sebelah alisnya. Spontan, sudut mata Juno melirik bingkai pntu kelas, memastikan situasi.

Sini aja. Belum ada guru, kok.

Tak perlu menunggu waktu lama, gadis berkacamata bulat itu tahu-tahu sudah menyembulkan kepala di balik daun pintu. "Psst, Juno!"

Ow, cepat sekali. Diam-diam, Juno keluar kelas, menghampiri Iris. Syukurlah Alfa sedang tidak ada di sekitarnya, sehingga Juno tidak perlu kerepotan dua kali. Anak itu pasti masih di food court. Beberapa saat lalu juga sudah mengirimi pesan pada Juno, untuk memberitahunya kalau Bu Rika datang. "Nih."

"Asyik! Makasih, Juno!" Iris langsung menyambar susu kotak yang disodorkan Juno. Sebelum berbalik untuk kembali ke kelas, sudut mata Iris telanjur mendapati memar di rahang Juno lebih dahulu. Keningnya mengernyit dalam. "Juno habis pakai blush-on? Eh, kok, di rahang?"

Tanpa permisi, anak itu dengan santainya menepuk memar Juno. Juno sontak mendesis perih. Lelaki itu sigap menahan pergerakan tangan Iris yang penasarannya belum tertuntaskan. "Hei!"

"Juno berantem?" Kedua mata Iris membulat, menyedot Juno sepenuhnya ke dalam manik cokelat terang tersebut.

Lekas-lekas Juno mengalihkan tatapannya. Cukup. Jangan salah fokus, Juno. Huft. "Luka lecetnya Iris enggak apa-apa?"

Oke. Topik perbincangan berhasil dialihkan. Iris refleks menunduk untuk mengamati kedua telapak tangannya yang masih berbalut perban. "Entah. Enggak begitu sakit, sih, sekarang. Tapi kalau lutut ... buat naik-turun tangga masih susah. Apalagi waktu hari Jumat! Bunda sampai suruh Iris tidur di lantai bawah. Iris baru ke kamar atas lagi pas semalam aja, sekalian latihan buat naik-turun tangga ke kelas, 'kan ...."

Juno mengangguk-angguk paham. Bukannya kembali masuk kelas, meskipun belum ada guru, lelaki itu malah sibuk mengamati Iris yang sedang menyedot susu stroberi di tangannya. Juno menelan ludah susah payah. Apa coba aja, ya ....

Menyadari bahwa sosok di hadapannya terus memperhatikan, Iris langsung mendongak untuk menatap Juno. Kepalanya sedikit dimiringkan. Jangan lupakan kedua alis Iris yang terangkat, seolah bermaksud mempertanyakan maksud Juno, tanpa merasa perlu untuk berhenti meminum susu favoritnya.

"Ris, kamu cinta dirimu sendiri, enggak?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Juno malah membuat Iris tambah kebingungan. Kenapa topiknya jadi ke sana? Meski begitu, Iris rela merentangkan jarak antara sedotan dengan bibirnya untuk sejenak. Tanpa merasa perlu berpikir apalagi menuliskan perhitungan-perhitungan rumus, Iris langsung menjawabnya dengan mantap. "Iya, dong!"

"Aku ... juga." Semesta Juno seolah dihentikan tangan jahil tak kasat mata. Sesaat, jantung Juno berhenti berdetak, lantas kembali berdegup dengan menggila. Keringat dingin bercucuran deras di pelipis. Juno panik. Ini ... tidak apa-apa, 'kan?

Namun, timpalan Iris sungguh di luar ekspektasi lelaki itu. Iris memandangi Juno dengan binar yang biasa hidup di kedua bola matanya. "Aaah, bagus! Self-love itu emang penting."

Self-love? Hei ... maksud Juno bukan itu!

Tanpa beban sama sekali, Iris justru melambaikan tangan begitu mendapati Bu Rika sudah muncul dari tangga. Iris pergi, dan Juno harus kembali masuk ke dalam kelas. Oh, jangan lupa juga untuk mengabari Alfa.

Juno balik badan. Kalau tidak ingat ada Bu Rika yang hendak masuk kelas di belakang, rasanya Juno ingin menghantamkan kepalanya pada daun pintu saja.

Apa-apaan coba, reaksi anak itu? Padahal Juno sudah memberanikan diri! Kepada Terdakwa, Saudari Iris Larasati, Anda tidak bisa menghargai usaha dari Saudara Juno Kenandra yang sudah menyusun kata-kata itu semalaman penuh, ya? Dasar, Penguin Penyek!

Kalau ini akun berbagi konspirasi, ada suatu misteri yang selalu Juno pertanyakan selama ini. Anak itu punya barikade sekuat apa, sih? Heran. Selalu saja berhasil memblokade kode dari Juno.

Sehabis ini, sepertinya Juno harus join populasi LPM, tetapi bukan Lembaga Pers Mahasiwa, melainkan Lembaga Pasrah dan Menyerah. Entah sampai kapan semuanya akan terasa anu begini.

•   🦁   🐧   🐻   •

Ini salah satu part fav-ku juga, xixi. Aku lupa deh. Waktu selasa sempet apdet, 'kan?😭

 Waktu selasa sempet apdet, 'kan?😭

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Binary AsteroidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora