01. KOSONG SATU

23 11 4
                                    

“VIRGI!” suara pria paruh baya yang terdengar sangat menggelegar membuat langkah Virgi terhenti sesaat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“VIRGI!” suara pria paruh baya yang terdengar sangat menggelegar membuat langkah Virgi terhenti sesaat.

“ROKOK BAPAK KENAPA TINGGAL SETENGAH, HAH?!” emosi Pak Putra makin membara ketika melihat rokoknya sudah berkurang. Pak Putra adalah ayah kandung Virgi. Virgi sudah terbiasa mendapatkan amarah dari ayahnya. Hidup Virgi selalu diatur oleh ayahnya, maka tak heran jika Virgi menjadi seorang yang pendiam dan penakut, sebab, ia telah mengalami gangguan mental dan tekanan batin.

“A-anu pak, tadi di warung ada temen-temen Virgi, terus mereka minta rokoknya.” Jelas Virgi meyakinkan sang ayah.

“Oh begitu, kenapa mereka nggak mampir kemari?” tanya Pak Putra.

“Katanya lagi ada janji,” kata Virgi yang mencoba untuk berbohong.

Pak Putra dengan begitu mudah mempercayai penjelasan dari Virgi.

***

Pagi hari suasana di lorong sekolah sudah begitu cukup ramai dengan siswa-siswi yang tengah bercanda tawa bersama. Di sana nampak Virgi yang masih menggendong ranselnya tengah berjalan menuju kelasnya. Meski suasana cukup terbilang ramai, namun Geng Rasio tak mempedulikannya, mereka melangkah begitu cepat untuk menghampiri Virgi. Zero mengalungkan tangan kanannya ke bahu Virgi. Begitu pula dengan Gilang yang menepuk punggung Virgi dari sebelah kanan.

“Semalam gimana?” Tanya Zero sembari mengacak-ngacak rambut Virgi yang berwarna hitam agak gondrong.

“E-ehm menyenangkan,” jawab Virgi yang merasa ketakutan hingga membuat dirinya merasa begitu gagap dan menunduk ketika berbicara dengan mereka.

Mereka berlima langsung tertawa, karena menganggap jawaban dari Virgi begitu aneh. Dengan jawaban begitu, mereka justru berniatan menindas Virgi secara leluasa. Dicky, dan Gilang mengelus kasar rambut Virgi sembari tertawa jahat, begitu pula dengan Zero, Frans, serta Riko yang juga masih tertawa jahat. Kemudian Zero menghentikan tawanya lalu ia beralih ke senyum sinis, seakan memiliki niat buruk. Semua pun ikut berhenti tertawa, dan Frans bertanya “Kenapa, Bos?”.

“Menyenangkan ya?” Zero mengulangi jawaban Virgi sambil terkikik.

“Bagaimana kalau besok kita beri hadiah yang lebih menyenangkan?” tanya Riko kepada yang lain.

“Gak sia-sia gua merekrut lo buat jadi sahabat gua, emang si , lo itu gua akui sebagai anggota yang terpintar.” Kata Zero sambil menepuk bahu Riko dengan bangga. Yah, meski pintar tetap saja Riko adalah anak nakal.

“Yom,” ajak Zero yang mengode untuk pergi.

Dicky pun langsung mendorong Virgi sampai tersungkur ke lantai, kemudian Gilang dan Frans menendang kaki Virgi, sedangkan Riko mentoel kepala Virgi. Virgi hanya bisa pasrah dan menahan tangis. Meski ia sudah menahannya, tetap saja ekspresinya nampak begitu jelas jika Virgi sedang  menangis batin. Tak ada  satu pun yang peduli dengan dengan Virgi sekarang. Faktor utama ia selalu ditindas oleh teman-temanya karena ia jelek dan lemah. Andaikan Virgi tampan pasti akan banyak yang menolonngnya.

Skizofrenia (Hiatus)Where stories live. Discover now