10. IAH - Romantis Ala Rasulullah

Start from the beginning
                                    

Alisha menoleh. Di mana ia langsung mengangguk semangat dengan terkekeh. "Iya, dong. Hebat, kan?"

Imam menganggukkan kepalanya. Di mana ia telah memeluk istrinya dar belakang, lalu berbisik. "Iya. Ibu dari anak-anak saya, memang sangat hebat."

Blush.

Wajah perempuan itu seketika langsung memerah menahan senyuman. Suaminya benar-benar membuatnya salah tingkah saat ini juga. Malu, itulah yang ia rasakan.

"Afizh, nih." Alisha melepas pelukan Imam itu, dan memilih menyembunyikan wajah merah meronanya dengan menunduk.

"Kenapa dengan saya?"

Alisha terdiam sejenak. Tak lama pun ia menggeleng dengan mengintip ke arah suaminya. "Laper, ya?"

"Tidak."

Alisha manggut-manggut. Yang tak lama, ia mulai mengambil tangan kanan Imam untuk menciumnya. Lelaki itu pun sama, ia juga terikut mengecup kening istrinya.

"Boleh saya meminta sesuatu?"

Alisha mendongak. "Apa?"

"Bagaimana jika besok, saya saja yang akan memasak?" pinta Imam.

Alisha terdiam sejenak ketika mendengar pertanyaan dari suaminya itu. Tak lama pun, ia menggelengkan kepala. "Nana, Aja. Kan Nana istri Afizh?"

"Tapi saya juga mau bantu."

"Ini tugas istri." Kata Alisha menolak.

Imam tersenyum. "Tidak, Na. Ini bukan tugasmu, atau pun kewajibanmu...."

"Ih. Terus tugas Nana, apa?"

"Melayani suami."

Deg!

Sungguh, betapa gampangnya suaminya mengatakan? Apakah suaminya itu sedang mengkodenya?

'Dikasih isyarat, tidak mau mengerti.' Pikir Alisha dengan bernada, yang di mana ia merasa, itulah batin suaminya.

Alisha berdeham. "Tap-tapi, Nana senang kok, kalau Nana saja yang masak," kata Alisha ketika sedari tadi terdiam beberapa detik. "Kan masakin suami, sama aja melayani, iyakan?"

Imam tersenyum dengan mengangguk membenarkan. Di mana ia kini mulai menyentuh kedua pundak istrinya. "Dengarkan saya."

Alisha menatap suaminya lekat. Menunggu suaminya itu melanjutkan jeda ucapannya.

"Saya, sebagai suami kamu, ingin memberitahu kepada kamu, bahwa.... Tugas rumah tangga, seperti menyapu, mencuci, memasak dan yang lain-lain. Itu adalah tugas kita bersama, itu bukan kewajiban kamu."

Alisha tersenyum. Di mana ia langsung mengeluarkan kekehan kecil. Hal itu pun membuat Imam bingung. "Ada apa denganmu?" tanya Imam.

Alisha menggeleng. "Nggak apa-apa. Es batunya ternyata udah cair." Kata Alisha tersadar. Ya, dari semenjak akad, suaminya itu tiba-tiba saja menjadi begitu banyak bicara.

"Semenjak tidur sama kamu."

"Kok bisa?"

"Kamu hangat. Saya melebur."

IMAMA AL-HAFIDZHWhere stories live. Discover now