"Oke, aku ganti baju," jawab Mariska, sambil berusaha melepas dekapan Ares dari tubuhnya, sementara Pippo mengeong protes karena tak lagi mendapat perhatian.

"Bentar Pippo, Papa-Mama mau bikin adik dulu," goda Ares.

Rara yang baru saja memasuki rumah terkikik melihat sejoli tersebut. Tak mau mengganggu, dia segera berlalu ke lantai 3.

"Ares!" bentak Mariska.

"Kamu yang mulai," balas Ares.

Mariska berjinjit untuk mengecup bibir Ares. Ares yang kaget otomatis melepas pelukannya dan Mariska kabur ke kamarnya. Kali ini dia mengganti overall pendeknya dengan overall hitam panjang berbahan denim.

Saat ia turun, Ares sudah mengenakan kaus katun fitted berlengan panjang V-neck berwarna olive yang melekat sempurna di tubuhnya dan tak menutupi massa ototnya. Mariska menelah ludah. 'Bikin ngiler emang mas-mas satu ini,' batinnya.

"Mau ke mana?" tanya Mariska.

"Aku anter, tapi aku gak bisa tunggu karena harus balik ke rumah Dominic," jawab Ares sambil menggendong Pippo.

"Aku bisa pergi sendiri, Ares. Aku bukan anak kecil," sungut Mariska.

"Keamanan dan kenyamanan calon istriku jadi prioritasku, gak usah protes," jawab Ares, lalu berkata, "Ikut anter Mama kerja yuk, Pippo."

Mariska hanya melongo dibuatnya, walau di dalam hatinya dia bahagia mengetahui Ares begitu menyayanginya.

🌼🌼🌼

Mariska melirik jam dinding yang tergantung di dinding dapur kafe tempatnya bekerja. Ini sudah jam 9 lebih, kafe sudah sepi dari pengunjung dan shiftnya akan berakhir pukul 10 malam. Diletakkannya tumpukan peralatan makan di bak cuci piring.

"Riska, Mbak balik dulu, ya? Lagi ada cucu di rumah," kata Mbak Lia yang sudah melepas apron seragam miliknya dan bersiap-siap untuk pulang.

Mariska menoleh ke arahnya. "Monggo, Mbak. Salam untuk keluarga. Biar aku yang cuci ini semua."

"Makasih ya, Cantik," ucap si Mbak yang dibalas dengan senyuman oleh Mariska.

Mariska meregangkan tubuhnya sebelum memutar keran dan mulai mencuci. Selama mencuci, pikirannya kembali ke sore tadi saat Ares mengantarnya kemari.

Pippo duduk di dashboard dengan matanya yang penasaran melihat ke luar jendela. Dia benar-benar menikmati jalan-jalan sore ini. Tangan Mariska tak hentinya mengelus kepalanya, sementara Ares fokus menyetir di jalanan Surabaya yang selalu padat pada sore hari.

"Sudah dipikirin, jadi resign apa ngga?" tanya Ares tanpa menoleh.

"Udah," jawab Mariska.

"Lalu?" anya Ares lagi.

"Aku buka online shop aja deh, lebih fleksibel kerja dari mana aja," kata Mariska.

"Mau jualan apa?" tanya Ares.

"Paling barang-barang import yang lucu-lucu gitu, sama baju, asal lebih murah dari lainnyal bakal laku kayaknya," jawab Mariska sambil berpikir. Ares mengangguk-angguk.

"Itu opsi pertama, opsi ke-dua, ada beberapa orang tawarin aku job jadi model," lanjutnya.

'Waduh,' batin Ares. Tak rela dia, wanitanya dilihati banyak laki-laki. "Gimana kalau kamu jualan baju online, terus posting di sosmed, modelnya kamu sendiri. Gitu kan lebih enak," usul Ares, yang tentunya memiliki maksud tersembunyi.

"Bener juga," timpal Mariska.

"Buka toko aja sekalian, jadi kamu bisa Jualan online dan offline," usul Ares lagi.

Mariska tertawa, lalu menjawab, "Tabunganku belum cukup buat sewa tempat, kali."

"Aku ada ruko nganggur di Jalan Sumatra," kata Ares.

"Mana kuat aku bayar sewa toko di situ, Areees," omel Mariska.

Pippo yang mulai mengantuk, lompat ke pangkuan Mariska, lalu tidur.

"Gak usah bayar, bagi hasil aja," kata Ares.

"Serius?" tanya Mariska tak percaya.

"Iya, aku tambahin modal sekalian," kata Ares.

"Pembagian 50-50?" tanya Mariska sambil berpikir.

"Kebanyakan. Buat aku 25% aja," jawab Ares. Sudah jelas dia hanya ingin menyenangkan dan membantu Mariska. "1M cukup?"

"Ares jangan bercanda, deh," omel Mariska.

"Sayang, aku serius. Lagian uang bukan masalah buat aku," jawabnya tanpa bermaksud sombong. "Tapi jangan dibikin main-main, ya?"

"Nggak main-main kok. Makasih, Ares," gumam Mariska.

"Sama-sama," balas Ares sambil meliriknya.

Tanpa terasa, Mariska sudah menyelesaikan pekerjaannya. Tak menyadari jika sedari tadi, Dimas yang bersandar di pintu dapur memperhatikannya.

Om KosWhere stories live. Discover now