Duka

0 1 0
                                    

   Matanya bengkak,badannya lemah,terus dalam pelukan sang papa. Airin hanya terdiam bersama tangisnya,Tatapannya kosong. Tak kuasa ia menahan semua penyesalan dalam dirinya. Suasana duka hari itu menyelimuti pemakaman. Proses pemakaman berlangsung selesai tapi Airin tak kunjung beranjak dari kuburan sang Mama. Sesekali papanya membujuk untuk pulang. Tak juga ia hiraukan.

"Sayang,papa tunggu di mobil ya?" (sambil menahan tangisnya)

Airin hanya terdiam dan terus menangis.

"Ma,kenapa mama harus pergi di saat Airin gak ada di samping mama?"

"Kenapa mama begitu cepat ninggalin Airin dan papa"?

Berbagai pertanyaan ia lontarkan. Namun tak ada satupun jawaban.
Airin terus menangis,menjerit. Ia seolah tak bisa memaafkan dirinya. Tiba-tiba seorang lelaki datang di menghampirinya. Ialah Okan,kekasih Airin yang sudah mendengar kabar itu dari aldy.

"Airin"? Aku turut berduka cita".

Tak lama Airin menoleh dan dilihatnya Okan sudah ada di sampingnya. Namun ia hanya menatap dengan tangis yang memendung di matanya.

"Sudah yuk pulang,justru kalau kamu terus seperti ini mama akan jauh lebih sedih,sekarang hanya doa yang dapat kita hantarkan untuk mama"

"Tapi gara-gara aku mama gini okan"

"No,no, tidak ada yang salah di sini,ini semua sudah garis tuhan. Kamu ga boleh nyalahin diri kamu,kamu mau mama kamu sedih kalau tau kamu menyalahkan diri kamu atas semua yang sudah terjadi?" (Okan menggenggam tangan Airin,dan terus menguatkan)

Airin hanya menatap Okan dan terus menangis,Okan langsung mendekapnya meredakan tangisnya. Akhirnya Okan berhasil membujuk Airin untuk pulang.

    Waktu berlalu hari demi hari,Airin tak bisa mengelak lagi. Ia harus bisa menerima semua kenyataan yang padahal sama sekali tak sanggup untuk di terima. Hidup harus terus berjalan. Mulai sekarang Papa akan menjadi sosok ayah sekaligus ibu untuk Airin. Pagi itu Airin sarapan bersama papa,terasa asing meja makan kala itu,hanya tersisa mereka berdua. Sesekali ia menahan air matanya. Tak ingin terlihat sedih di depan papa. Karena ia juga yakin justru papanya jauh lebih sakit menerima semua ini.

"Pa,Airin mau ngomong sesuatu"

"Ngomong apa nak,kamu mau apa? InsyAllah papa beliin"

"Eee bukan pa,Airin mau bilang kalau Airin siap nerima lamaran Ammar"

"Sudah lah sayang,papa gakmau membebankan kamu lagi,papa gak mau memaksa kamu untuk harus menikah dengan siapa. Tidak perlu di bahas lagi"

"Engga pa,Airin sudah siap"

"Aii? Kamu yakin? ini bukan soal percintaan yang hanya sesaat. Kamu bakal lamaran,lalu menuju pernikahan nak"

"Iya pa,Airin tau"

"Pernikahan itu bukan hal yang semata-mata gampang. Kelihatannya saja manis,namun tidak ada yang tau kapal yang terombang ambing di dalamnya. Dan kamu harus kuat akan hal itu,apa Airin sudah benar-benar siap?"

"InsyAllah Airin siap pa"

"Papa jadi sedih" (tiba-tiba papa Airin menangis).

"Pa,loh papa kenapa nangis?"

"Sebentar lagi peri kecil papa akan menikah,papa jadi kesepian"

"Papaa... Eeeemmmm gak ada yang berubah pa,Airin janji akan selalu menjadi peri kecil papa"

    Airin akhirnya siap untuk menuju jenjang serius bersama Ammar. Ia akan membayar apa yang telah terjadi selama ini. Ungkap saja sebagai rasw penyesalannya terhadap kepergian mamanya. Belum sempat ia melihat mamanya tersenyum,belum sempat ia bahagiakan. namun Tuhan begitu cepat membawanya pergi. Kali ini hanya dengan cara ini ia akan memberikan kebahagian kepada mamanya yang telah tiada. Pesan yang belum sempat ia laksanakan. Ia berharap ia mampu menjalani semua ini. Walau ia tau akan ada hati yang terluka. Ialah Okan, Kekasih yang teramat ia sayangi,yang belum tau akan berita menyakitkan ini. Namun Airin sadar kebahagiaan itu bukan semata-mata hanya untuk dirinya saja,namun juga untuk orang di sekitarnya.

     Waktu terus berjalan,Airin belum memberanikan diri menyampaikan kepada Okan. Ia belum siap pergi dari kekasihnya itu. Begitu banyak cerita yang telah mereka rangkai. Begitu manis namun akan begitu sakit di akhir. Ia tau ini sungguh tidak adil. Ia merasa menjadi wanita paling jahat. Namun ia juga punya alasan mengapa harus seperti ini. Airin di ambang kebimbangan.

     Sudah lama sekali rasanya Airin tak menemui Okan,ia selalu menghindar dengan berbagai alasan. Ia terus menjauh,ia terus berfikir kapan waktu terbaik untuk mengatakan kepada Okan. Ia masih belum sanggup untuk menyampaikan ini,masih tak terbayang olehnya reaksi Okan akan seperti apa. Terlebih hati Airin masih di penuhi duka yang masih membekas.

    Kapanpun waktu itu tiba,Airin hanya berharap Okan akan menerima semua keputusannya.

   Ma,semoga dengan cara ini dapat membalas semua kebaikan dan pengorbanan mama kepada Airin. Airin sadar,mungkin mama hanya ingin yang terbaik untuk hidup Airin. Andai saja waktu bisa di putar kembali, Airin akan siap untuk menerima semua keputusan mama,dan andai hari itu Airin tidak pergi. Mungkin mama masih bakal liat Airin bahagia.

   Tapi semua sudah terlambat,nasi sudah menjadi bubur. Yang tersisa kini hanyalah penyesalan. Dan kekecewaan terhadap diri sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sekali ini sajaWhere stories live. Discover now