2. Kegundahan

109 13 2
                                    

Saat berbagai pikiran buruk tengah menghantui Juvia, tiba-tiba...

Bruk!!

Dia menabrak seseorang.

Tubuhnya limbung ke belakang. Untungnya keseimbangan gadis itu cukup bagus sehingga ia tidak perlu mencium lantai.

"Ittaiii," rintih Juvia, tangan kirinya kini sibuk mengelus kepalanya yang terbentur.

Satu detik kemudian, dia mendongak, terkejut dengan sosok yang ada di depannya saat ini.

"Eh? Kau?!"

"Juvia? Apa yang kau lakukan disini? Dan kenapa kau... menangis?" terdengar sebuah suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya.

"L-Lyon-sama?!" panggil Juvia pada pria berambut putih yang kini sedang bertanya padanya.

"Ju-Juvia tidak-" kata Juvia. Ia tidak tahu harus menjawab apa pada Lyon.

Apakah ia harus menceritakan tentang perasaannya saat ini pada Lyon? Tapi bukankah Lyon bukan siapa-siapanya?

"Katakan Juvia! Kau kenapa?" paksa Lyon dengan nada khawatir sambil memegang kedua pipi Juvia.

"Juvia ti-tidak apa-apa, Lyon-sama," ujar Juvia sambil melepas kedua tangan Lyon.

Gadis itu segera menyeka air mata yang mengalir di kedua pipinya. Ia tidak ingin terlihat kacau di hadapan Lyon.

"Lalu, apa yang sedang Lyon-sama lakukan disini?" tanya Juvia mengalihkan pembicaraan.

"Ah... aku hanya ingin berjalan-jalan saja sebelum kembali ke guild, lagipula sudah lama aku tidak merasa sedamai ini" ujar Lyon sambil menatap bintang, sesekali ia melirik ke arah Juvia.

Sebenarnya, ia masih penasaran, kenapa Juvia terlihat begitu sedih?

Ia benar-benar tidak bisa melihat Juvia bersedih apalagi menangis. Rasanya, ia merasakan rasa sakit yang begitu besar ketika melihat air mata Juvia jatuh, ia tidak ingin gadis itu terluka.

"Dan... kenapa kau bisa disini? Kenapa kau menangis, Juvia?" tanya Lyon lagi, nada suaranya kini berubah seperti menuntut jawaban dari Juvia.

"Ju-Juvia juga ingin berjalan-jalan saja, Juvia tidak apa-apa," balas Juvia sambil memalingkan muka ke arah lain, rasanya ia begitu risih dengan tatapan Lyon.

"Benarkah?" tanya Lyon sambil mendekatkan wajahnya ke Juvia, berusaha menemukan kejujuran dari sepasang mata biru milik gadis berambut biru tersebut.

"Benar!" jawab Juvia sambil menunduk untuk menyembunyikan semburat merah yang muncul pada wajahnya.

Dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa Lyon bersikap seperti ini padanya? Ah, rasanya ia seperti sedang berselingkuh di belakang Gray.

Hei, tunggu dulu, ia bahkan belum menyatakan perasaannya pada Gray.

"Hmm baiklah, apa kau ingin menemaniku jalan-jalan?" ajak Lyon sambil mengulurkan tangannya, ia ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama Juvia.

Juvia berpikir sejenak.

'Mungkin saja jika aku menghabiskan waktu dengan Lyon-sama, aku dapat melupakan kesedihanku untuk sementara,' batinnya berusaha menimbang-nimbang tawaran lelaki tersebut.

"Ba-baik, Lyon-sama."

Juvia menyambut uluran tangan Lyon dan mereka mulai menyusuri jalan sembari menikmati indahnya malam di Fiore.

.
.
.

Sementara itu di Fairy Tail guild.

"Gray, apa yang kau lakukan sih? Ayo kejar Juvia! Jangan sampai dia jadi salah paham hanya karena hal sepele begini!" bentak Lucy. Ia sangat kesal dengan kelakuan Gray yang begitu acuh dengan Juvia.

Who is My Love? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang