"Kau juga mencintaiku, sayang?"

Nico pun melepas pelukannya.

Lalu menatap Aldrich dengan ragu.

"Aku tidak tahu."

Aldrich yang mendengar itu tidak marah ataupun kesal.

Justru dia tersenyum lembut.

Sambil berkata,

"Tidak apa. Aku akan berjuang untuk mendapatkan cintamu lagi."

Nico hanya mengangguk kecil.

Lalu dia membawa Aldrich agar kembali berbaring di ranjangnya.

Karna Nico tahu, Aldrich membutuhkan istirahat.

"Jangan tinggalkan aku, sayang. Aku mohon, tetaplah disini."

Nico mengangguk.

Lalu Aldrich menggenggam tangan Nico dengan erat.

Seolah-olah jika dia lepas, maka Nico akan menghilang dari hadapannya.

"Istirahatlah, aku akan menemanimu disini."

"Tidak. Aku takut saat aku menutup mata, kau akan meninggalkanku. Aku tidak sanggup jika harus kehilangan dirimu lagi, sayang."

"Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu, Aldrich. Sekarang tidurlah, kau pasti lelah bukan?"

Tapi Aldrich hanya diam dan malah menggeser tubuhnya.

Menyisahkan tempat disebelahnya.

Lalu Aldrich menatap Nico dengan tatapan memelas.

"Temani aku disini. Aku tidak bisa tidur jika kau tidak menemaniku, sayang."

Nico pun terkekeh kecil melihat tingkah Aldrich.

Manja sekali orang tua ini.

Tapi sudahlah, Nico akan menurutinya saja.

Lagipula dia merasa kasihan pada Aldrich.

"Baiklah, tapi kau harus tidur setelah ini."

Aldrich mengangguk.

Lalu Nico pun merebahkan tubuhnya disamping Aldrich.

Dan berniat untuk membelakangi Aldrich.

Tapi Pria itu sudah terlebih dahulu mendekapnya.

Membawanya kedalam pelukannya.

Nyaman dan hangat.

Itulah yang dirasakan Nico.

Sudah lama dia tidak merasakan kenyamanan seperti ini.

Nico pun memejamkan matanya dan tertidur.

Meninggalkan Aldrich yang masih enggan menutup matanya.

Dia masih sangat takut jika sampai dia menutup matanya, maka Nico akan menghilang.

Dia benar-benar tidak menginginkan hal itu terjadi.

Aldrich pun memilih untuk tetap memandangi wajah Nico dan tidak ikut tidur.

Dia sadar jika kekasihnya itu bertambah cantik seiring berjalannya waktu.

Lihatlah, wajah damai dihadapannya yang sedang tertidur ini.

Mata indah yang terpejam.

Pipi gembul yang sangat menggemaskan.

Dengan bibir tipis berwarna merah yang sedikit terbuka.

Perhatian Aldrich pun tertuju kepada bibir Nico.

Ah, sudah lama sekali Aldrich tidak mencicipi bibir itu.

Pasti rasanya bertambah manis.

Tapi tidak tidak.

Dia tidak boleh mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Karna dia sudah berjanji tidak akan melakukan hal yang tidak senonoh lagi kepada Nico.

"Kau sangat indah, sayang."

Lalu Aldrich pun mencium kening Nico dengan penuh kasih sayang.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
TBC.

MY PSYCHO {COMPLETED}.Onde histórias criam vida. Descubra agora