Transit

12 2 0
                                    

Aku tidak pernah benar-benar membenci dunia ini, sekecil apapun kemungkinannya. Akupun tidak benar-benar menyukai dunia ini, sebesar apapun kemungkinannya. Aku hanya menganggapnya sesederhana seruputan kopi di pagi hari. Sederhana, tapi menghangatkan. Bahkan jus buah yang katanya menyegarkan kala telak dengan kopi yang mampu menyempurnakan larutan gula. Tidak selalu seperti apa yang dilihat, yang diucap, yang didengar. Semua hanya soal waktu yang sempat memporak-porandakan sebuah kala ke masa. Sebuah masa ke zaman. Hanya saja, langit yang semula cerah, tumpah begitu saja. Dengan rintik yang siap menjatuhkan dirinya kapanpun. Sejak hanya soal durasi, detik, dan detak. Semuanya menggempur seisi perut dengan hebat. Membuat guncangan ngeri tiada kira. Pada dimensi yang sama pula, hanya tersisa ujung jurang yang siap memakan korban, kapanpun ia mau. Sesarkastis itu dunia menjalankan tugasnya. Tanpa berpikir, apa dan siapa. Semuanya berotasi layaknya laksana meteor menghantam wajah. Terasa, tapi tidak terbalas. Sejatinya sembuh pun bisa sakit kembali. Sejatinya bangkit pun bisa drop kembali. Seegois itu malam merenggut cahaya. Tanpa mau tahu alasan di balik celotehan mata menganak air. Dan ketika aku hanya parasit kecil mengganggu kini terperangkap dalam debu, meronta-ronta meminta tolong. Transit terakhir, gagal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Setapak RinduWhere stories live. Discover now