"Tuangkan untuk ku." Richelle mengangkat rendah gelas kosong.
"Baik, Nyonya." Dylora menuangkannya ke dalam gelas itu dan bersikap seolah ia adalah pelayan. Richelle tertawa geli karenanya
"Nona, kami sudah mengatur arang pada barbecue grill di sana, proses pemanggangan daging sudah bisa dilakukan." Ucap salah satu koki dari tiga wanita dengan sopan.
"Thank you. Kalian boleh pulang, pagi nanti tolong kembali dan siapkan sarapan untuk kami."
"Baik, Nona. Kalau begitu kami permisi. Jika membutuhkan sesuatu tolong hubungi lagi dengan begitu kami akan kembali dan siap membantu."
"Okey, itu mudah." Mengibaskan tangannya dengan pelan seraya tersenyum ramah begitu pun Dylora mengangguk singkat.
Ketiga pelayan sebagai koki itu segera meninggalkan halaman.
Richelle melepas satu-satunya kancing pada cardigan-nya yang berbahan rajut tebal berwarna broken white. Di baliknya ia mengenakan dress katun berwarna hijau sebatas paha tanpa lengan dengan motif bunga. Bagian leher sampai batas dadanya terbuka memperlihatkan kulitnya yang putih dan halus tanpa jejak cacat apa pun. Payudaranya yang penuh dan sekal tercetak jelas karena memang gaun yang dipakainya cukup ketat sampai batas pinggang.
"Dimana Marcella? Apa dia belum selesai mandi?" Dirinya celingukan mencari seseorang yang dimaksud.
"Sudah, bahkan dia lebih dulu selesai sebelum aku." Sedikit menengok ke arah kolam renang, "tadi dia hendak menjawab telepon dan lari ke area kolam, tapi lihat lah dia sudah tidak ada di sana."
"Cella tidak tiba-tiba pulang, kan?"
"Mana mungkin. Setidaknya dia pamit padaku jika memang tidak sempat bertemu kalian."
"Hei!"
Sapaan disertai tepukan kencang namun tidak kasar mendarat di bahu kiri Dylora dan bahu kanan Richelle. Keduanya menoleh cepat pada sosok yang sedari tadi menjadi tokoh dalam obrolan.
"Darimana kau? Lama sekali." Ucap Dylora, sedikit bergeser untuk memberi ruang padanya sehingga kini Marcella berada di tengah mereka.
Wanita dengan rambut dicepol atas itu mendengkus seraya mengambil satu gelas dari beberapa yang sudah terisi minuman. "Tidak ada lima belas menit kau anggap lama."
"Omong-omong, kenapa kalian menyajikan minuman sampai bergelas-gelas ini? Kita tidak sedang kedatangan tamu, kan?" Keningnya mengernyit halus saat cairan yang tidak ia cium dulu aromanya-- mengenai tenggorokan hingga tertelan tidak sampai setengahnya.
"Tidak ada. Tapi aku memang sengaja mengisi belasan gelas agar kita tidak harus menuang ulang. Tinggal ambil saja yang baru." Kata Dylora, mengganti gelas yang kosong dan mengambil minuman lagi.
"Tidak seru. Setidaknya ada sampanye di sini." Dengkusnya.
"Cel, kau tidak mengenakan bra?" Richelle mengernyit dan dengan kurang ajarnya menarik kerah gaun Marcella yang memiliki potongan rendah.
YOU ARE READING
𝙾𝚞𝚛 𝙳𝚎𝚜𝚝𝚒𝚗𝚢 (#𝟸 𝙴𝙳𝙼𝙾𝙽𝙳 𝚂𝙴𝚁𝙸𝙴𝚂)✓
Romance#Book-2# BIJAKLAH DALAM MEMBACA! 18++ . . . 𝑹𝒊𝒄𝒉𝒆𝒍𝒍𝒆 𝑪𝒓𝒆𝒔𝒆𝒏𝒄𝒊𝒂 𝑬𝒅𝒎𝒐𝒏𝒅 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒊𝒎𝒑𝒖𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒆𝒅𝒂𝒓 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑱𝒂𝒚 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂. 𝑨𝒍𝒂𝒓�...
Chapter 44
Start from the beginning