Bab 2

8.2K 1K 4
                                    

Dikarenakan istana kekaisaran yang sangat luas. Jarak dari Istana Ruby milikku ke Istana Ophium sangatlah jauh. Aku lebih memilih naik tandu yang baru saja dibuat beberapa jam oleh para pengerajin daripada harus berjalan kaki. Tentu saja para bangsawan yang bekerja di istana kekaisaran melihat hal tersebut takjub. Ini pertama kalinya mereka melihat hal tersebut.

Aku bersandar menyilangkan kakiku  dan menggunakan tangan kananku untuk menyangga kepalaku. Aku memperbaiki riasanku dan gaunku.

Beberapa bangsawan langsung menunduk hormat ketika melihatku. Ini bukan karena mereka mengenaliku. Tapi para Ksatria yang mengangkatku dan pelayan yang berbaris di belakang membuat mereka mengenaliku.

"Bukankah itu Yang Mulia Putri Annalise?"

"Beliau sangat cantik, tidak seperti yang dirumorkan."

"Yang Mulia memang cantik, tapi kan dia Putri Pembawa Kematian."

Sampai di istana Ophium, aku langsung mencari Jaciel. Aku tau Jaciel pasti bersembunyi dariku. Dan pasti saat ini ia ada atas salah satu pohon yang ada.

Aku langsung meminta kotak yang telah aku persiapkan dan menyuruh Namira meyajikan makan siang serta camilan untukku dan Jaciel.

***❤***

Sementara itu, Leander yang bersiap rapat melihat beberapa pelayan yang berlari terburu-buru membawa makanan. Ia menghentikan salah seorang pelayan itu lalu bertanya. Hendak kemana pelayan yang terburu-buru itu.

"Maaf atas ketidak sopanan kami Yang mulia Pangeran. Putri meminta kami menyiapkan sarapannya di istana Ophium." kata seorang pelayan.

"Apa yang dilakukannya dengan makan disana?"

"Katanya tuan putri bosan makan sendirian dan ingin makan dengan Pangeran Jaciel. Mohon maaf atas kelancangan saya Yang Mulia. Saya harus segera pergi agar tuan putri tidak menunggu terlalu lama."

Leander melepaskannya. Ia membiarkan pelayan itu pergi dengan terburu-buru. Makan bersama dengan anak haram itu? Tidak mungkin. Annalise kan sangat membenci dan suka menyiksa anak haram itu.

***❤***

Aku langsung berteriak memanggil adik tiri. Hal yang tak pernah aku lakukan dikehidupanku sebelumnya. Dulu, aku selalu memanggilnya anak haram. Aku ingin sekali memanggilnya dengan namanya. Tapi jika aku melakukannya dia akan curiga padaku.

"Adik tiri, kamu dimana?" teriakku.

"Jika kamu tidak keluar aku akan memenggal pelayanmu loh," ujarku dengan nada senang.

Brak..

Aku menoleh kebelakang ketika mendengar suara jatuh. Itu dia Jaciel. Jaciel sangat mirip denganku. Dia memiliki rambut pirang Keemasan dan mata merah sepertiku.

Jaciel langsung menunduk.

"Ja- jangan dia." katanya takut.

Aku tertawa kecil. Dia langsung menatapku. "Aku bercanda." kataku.

Dia bingung. Tentu saja, orang yang selama ini menyiksanya tiba-tiba seperti ini.

"Kesini." suruhku.

Dia langsung mendekatiku perlahan. Aku melihat wajahnya yang memiliki memar di ujung bibirnya. Tak hanya itu, luka dibadannya pasti lebih parah dari ini.

Aku menyuruhnya duduk dan dia pun menurut. Setelah itu aku ikut duduk. Dia melihatku penasaran bercampur bingung, tapi aku mengabaikannya lalu membuka kotak yang aku pegang. Dan mulai mengibati luka di wajah Jaciel. Jaciel terkejut tapi ia diam saja.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang