Ch 10 [IND]

Depuis le début
                                    

"Oh hei—kau baik-baik saja?"

Afton itu terkesiap, nyaris melompat kaget ketika pertanyaan itu tiba-tiba terlontar tanpa dia menyadari ada seseorang mendekati. Michael harap pria tersebut tak menyaksikan kejadian memalukan tadi.

"Tidak—ya, ya aku baik-baik saja" Michael mengangguk cepat dan mematri senyum lebar, tidak mengindahkan pusing yang masih melanda. "Aku hanya ingin pergi ke kafe di daerah sini," dia melanjutkan sembari cengengesan.

Pria tersebut mengangguk. "Kau baru saja menabraknya, Tuan."

Michael mengerjap, lantas melangkah memutar untuk mendapatkan pemandangan yang lebih jelas daripada dinding kosong setelah gang jelek menakutkan tersebut; benar saja, ini adalah kafenya. Michael merasakan wajahnya terbakar, dia menoleh lagi ke arah pria tersebut.

"Apa kau ingin melamar pekerjaan di sini atau hanya sekedar pelanggan?" Pria itu melipat tangan di depan dadanya dan bertanya.

Michael tersenyum kikuk. "Ya, aku ingin bekerja di sini," dia menjawab gugup.

"Lebih tepatnya menjadi babu."

"Shut it!"

"Great! Karena aku masih kekurangan satu pegawai!" Senyum Michael makin melebar ke arah penuh canggung mendengar itu, menanti sang pria melanjutkan ucapannya. "Kau tak masalah jika aku harus mewawancaraimu lebih dahulu sebagai formalitas?"

"Beri pertanyaan yang susah."

"Shh!"

Michael menggeleng. "Tentu tidak sama sekali!" jawabnya penuh antusias.

"Baguslah. Yang pertama adalah, apakah kau pernah bekerja di kafe sebelumnya?"

"Ya. Pernah diusir beberapa kali karena ceroboh."

"Itu salahmu, bajingan."

Anggukan adalah jawaban Michael, masih mematri senyuman supaya terlihat profesional walau dalam benak dia merutuki Ennard habis-habisan. "Pernah, dan aku jamin mereka semua puas dengan pelayananku."

"Sebelum memecatmu."

Bodo amat dengan Ennard.

"Oke, yang selanjutnya adalah apakah kau siap untuk ditempatkan di bagian mana saja? Seperti mengurus kasir, melayani pelanggan, atau memasak."

"Dia bahkan berteriak ketika cipratan minyak panas."

"Tidak bisakah kau diam?"

"Ya," Michael membalas, sedikit menganggukkan kepala. "Tapi aku lebih ahli dalam mengurus pelanggan dan kasir, namun jika itu penting aku dapat ambil andil di bagian dapur juga."

"Berbohong itu tidak baik."

"Demi uang."

Pria itu mengangguk mendengar balasan Michael, nampak puas. "Kalau begitu, jika ada pelanggan yang merasa kecewa, apa yang akan kau lakukan?"

"Menyiram wajah mereka dengan air. Dasar tak tahu berterimakasih."

"Menyiram—maksudku menawarkan mereka sebuah hidangan atau melakukan refund jika mereka tak puas dan bertanya apa yang membuat mereka merasa seperti itu." Michael berdehem ketika dia akan salah bicara, sahutan-sahutan Ennard sangat mengganggu konsentrasinya.

"Tapi memang tak tahu berterimakasih."

"Kan?"

"Apa kau bersedia, jika kafe ini ramai kau harus pulang larut untuk membersihkan kafe setelah tutup?"

"Jangan mau diperbudak, Benedict."

"Oh—uhm," Michael berujar tak jelas, matanya menghindar dari tatapan pria di depannya. Tentu itu akan menjadi konsekuensi yang harus dia hadapi dalam bekerja, apalagi mendapat shift malam.

"Jangan katakan kau mau? Bukankah kau ada urusan sendiri di rumah, merakit mainan tak bergunamu itu?"

"Oh diamlah, aku juga butuh uang."

"Kau bisa bertahan selama bertahun-tahun tanpa makanan. Tempat ini menjijikkan, Benedict."

"Hidup sebagai gelandangan tak kalah memuakkan, tolol."

"Daripada bekerja di sini, lebih baik kau kerja serabutan. Tempat ini jelek."

"Tidak ada yang menanyakan pendapatmu, lagipula—bisa-bisanya kau men-judge begitu saja? Aku pikir kau lebih dari ini, Ennard. Itu hal yang memalukan."

"I do what I want."

"Pft."

"Tempat ini memuakkan."

"Oh diamlah! Aku tidak peduli tempat ini menjijikkan atau memuakkan!" Michael berseru kesal, menggertakkan giginya dan mengepalkan tangan.

Sebelum menyadari dengan siapa dia berhadapan sekarang.

Michael meneguk ludah, memandang ngeri ke arah pria yang berdiri di depannya sekarang, dan wajah pria itu telah menampakkan raut terkejut yang perlahan menggelap. Michael merutuk dalam hati. Dia, dengan bodoh dan canggung, membuat sebuah senyuman kikuk dan secara perlahan melangkah mundur.

Lalu kabur.

Hari ini berakhir dengan buruk. Terima kasih pada Ennard.

The BondOù les histoires vivent. Découvrez maintenant