12. Sayap Merpati

48 8 2
                                    

PART 10

Sejuta merpati tak akan pernah terbang bila tidak mau belajar terbang, berjuta bintang tidak pernah bersinar jika setiap saat selalu siang. —Serunai.


°°°

Tidak terasa satu tahun berlalu dengan cepat. Tiap hari yang dilalui terasa mudah dan menyenangkan bersama Seruni. Tidak ada kata kecewa atau putus asa. Semua dilewati dengan kegembiraan dan kebahagiaan, baik itu saat latihan atau berada di atas panggung.

Mereka sudah melalui banyak hal setahun belakangan, melakukan fanmeet yang merupakan harapan dari Sean. Mengadakan konser yang merupakan impian Pasha. Bahkan sudah comeback satu kali, Arkan bahagia karena debut yang dilangsungkan berjalan baik bahkan responsnya selalu di luar dugaan, juga berlanjut dengan konser-konser lain yang luar biasa. Tidak pernah mengecewakan dan selalu memuaskan. Para penggemar—Seruni—sudah seperti keluarga, yang memberikan dukungan tanpa henti. Merupakan harapan dari Enzino, memiliki fandom luar biasa yang saat ini sudah tergapai. Semua impian mereka tercapai, termasuk Riki. Ya, nama mereka hampir terkenal secara internasional.

Mereka sungguh tidak menyangka kepopularitasan itu naik pesat dengan cepat. Masih satu tahun semenjak debut, semuanya terus mengarah ke hal-hal baik. Tentu mereka bersyukur, dalam sekejap ketenaran itu diakui banyak orang.

Sekarang mereka disibukkan oleh jadwal yang padat. Mengikuti acara show yang terus-menerus datang, melakukan performa sebagai pengisi acara, syuting, latihan, dan lainnya. Waktu istirahat hanya saat di fitting room, duduk memulihkan tenaga. Tidak ada banyak waktu untuk melakukan hal lain. Meski begitu setidaknya mereka masih memiliki waktu untuk mengobrol satu sama lain.

Rasa letih selalu ada. Pasha pernah mengalami cedera. Sean sakit parah akibat terlalu memaksa latihan saat cuaca dingin. Arkan demam di malam hari. Enzino flu. Atau Riki yang sering merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Meskipun harus melalui banyak kesulitan, tetapi mereka terus berusaha hingga detik ini. Benar, hasil tidak pernah mengkhianati perjuangan.

“Jadi, setelah ini kita punya jadwal lagi?” tanya Pasha ketika baru memasuki fitting room. Dia melepas jaket dari tubuhnya menyisakan kaos hitam bergambar Mickey Mouse.

Sean yang duduk di sofa sambil melahap roti mengangguk. “Masih ada dua lagi. Di acara televisi STC . Satu lagi di Question and Answer di studio Chart tangga musik.”

Arkan dan Enzino yang juga baru memasuki ruangan mendengar ucapan Sean. Mereka juga baru menerima jadwal dari Bagas. Sekarang sudah pukul enam sore dan mereka akan lembur lagi.

Riki baru keluar dari kamar mandi untuk membasuh wajah. Dia kegerahan. Setelah mengambil tisu, dia berjalan ke arah Sean dan duduk di sebelahnya. Pasha duduk di single sofa, sedangkan Arkan dan Enzino di sofa yang berhadapan dengan mereka.

Pasha mengambil snack, membuka dan melahapnya sambil bersandar. “Lo masih sering ngerasain sakit di tubuh lo, Rik?”

Yang lainnya menoleh pada Riki, ikut menanti jawaban. Yang ditanya juga menatap mereka. “Udah nggak lagi, sih. Cuma, masih rada kecapekan aja. Pengen tidur terus.” Dia menyengir kecil.

“Gue juga agak kecapekan, sih. Jadwal kita belakangan ini padat banget.” Sean merenggangkan otot-otot tubuhnya. Setelah itu menatap keempat temannya lagi. “Tapi, rasa capek kita dibayar lunas sama Seruni, kan. Bahkan dikasih bonus. Gue nggak masalah kalau harus lebih capek dari ini.” Sean merangkul Riki seraya tersenyum bangga. Senyumnya itu menular pada Riki.

“Bener, nggak ada abis pokoknya.” Arkan membuka iPad-nya. Membaca hal-hal terbaru yang diberikan para penggemar kepada mereka.

Selang dua menit, Riki teringat sesuatu. Belakangan ini dia sering menonton konten yang dibuat penggemar tentang mereka. Dengan senyum tertahan dia mengambil iPad-nya dan membuka konten-konten itu lagi.

“Mau liat yang lucu, nggak?”

Pertanyaan Riki menarik perhatian keempat anggota. Sean menaikkan satu alisnya, menyorot Riki sambil berkedip dua kali.

“Apa, tuh?”

Riki menahan senyumnya lalu menunjukkan apa yang dia maksud. Awalnya para anggota bertanya-tanya, mereka mendekat dan menonton apa yang Riki tunjukkan. Semenit kemudian, tawa menggelegar di fitting room. Sean sampai memukul pahanya saking terbahak. Pasha merebut alih iPad, menontonnya dari jarak dekat sambil terpingkal. Begitu juga Arkan yang tertawa lepas sambil memegang perutnya dan Enzino yang tertawa kecil.

“Gila! Ini buatan Seruni?” tanya Pasha di sisa napas yang tersengal akibat terpingkal.

“Iya, awal liat gue juga ngerasa lucu banget,” jawab Riki ikut tertawa bersama mereka.

“Gila, gila, gila, keren banget!” Sean terus tertawa. Dia merebut iPad itu dan menontonnya sekali lagi. Dan tawanya terus berlanjut.

Itu adalah video di mana mereka menjadi tokoh 2D yang digambar sendiri oleh fansite mereka, dijadikan sebuah film pendek yang sangat lucu. Dilihat dari gambar saja sudah menarik, apalagi alurnya.

“Seruni pada pinter semua. Kemarin editannya ngalahin photo konsep kita. Sekarang yang kayak gini.” Arkan tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepala.

“Tapi, gue jadi takut, deh.” Tiba-tiba Pasha mengatakan hal yang membuat keempat temannya menoleh heran.

“Takut apa?”

“Yah ...,” Sorot Pasha berubah serius, menatap mereka satu per satu. “Siapa tahu ... Seruni ngelakuin sesuatu yang secara nggak sadar bisa ngehancurin kita.”

Atmosfer mendadak berubah serius. Mereka memandang satu sama lain. Hingga tiba-tiba tawa Pasha meledak menyaksikan sorot teman-temannya yang begitu serius.

“Gue cuma bercanda!”

“Yeee …,” Sean menjitak kepala Pasha berulang kali. “Bikin suasana jadi nggak nyaman aja lo.”

Pasha masih tertawa. “Lagian, nggak mungkin dong Seruni kayak begitu. Mereka bakal dukung kita terus.”

“Bercandaan lo nggak lucu, Sha!” Arkan kembali duduk di sofa, melanjutkan kegiatan memainkan iPad. Riki juga meminta iPad-nya dari Sean dan kembali menonton film singkat itu.

Melihat teman-temannya tampak kesal, Pasha tersenyum lagi sambil mengedikkan bahu. “Baperan lo semua.”

Pintu fitting terbuka, Bagas muncul bersama staf lainnya. “Udah cukup istirahatnya. Yuk, pindah ke mobil!” ujarnya.

“Sekalian makan malam nggak, Kak?” tanya Pasha, berbinar.

“Iya, nanti kita mampir ke kafe, beli makanan terus kalian makan di mobil.”

“Oke!” Sean menjawab dengan semangat, merangkul Riki dan Pasha keluar dari fitting room. Diikuti Arkan dan Enzino dari belakang.

“Entar kita makan apa, ya?” Selagi di perjalanan Sean membahas menu makanan mereka. Dia masih merangkul bahu Riki dan Pasha.

“Makan apa aja, gue laper banget,” jawab Pasha.

Mereka keluar dari gedung, memasuki mobil menuju lokasi acara yang sudah ditentukan.

Malam itu, mereka kembali muncul di hadapan Seruni lewat penampilan di atas panggung, tersenyum lebar dan antusias sebagai seorang idol yang memberi pertunjukan menakjubkan.

°°°

SERUNAI✓Onde histórias criam vida. Descubra agora