Lee Minho's POV
Gue melempar tas selempang menimpuk kepala lelaki yang kini sedang merapihkan rambutnya melalui spion motor yang sudah terlepas dari tempat asalnya itu.
"Anjing lo!"
Hwang Hyunjin, idola sekaligus kebanggaan eskul Futsal kesayangan SMA Levanter.
Biasa di panggil pangeran, huek, yang tentunya selalu gue cibiri setiap kali para siswa-siswi atau bahkan karyawan sekolah memanggil lelaki penakut itu panggilan yang menurut gue berlebihan.
"Lo tumben kesini, Jin?" tanya gue lalu duduk bersila di hadapannya.
Gue mengecek jam digital di ponsel gue yang menunjukkan pukul 5 sore. Saat ini gue dan Hyunjin sedang berada di pekarangan rumah gue.
Rumah gue ini memang udah ibaratkan tongkrongan bagi kita berempat -Gue, Changbin, Hyunjin, Seungmin, jadi jangan kaget lagi kalau Hyunjin tiba lebih dulu di sini dibandingkan gue, si pemilik rumah.
Kedua orang tua gue pun sudah mengenali mereka dan menganggap mereka sebagai anak mereka sendiri, jadi yah memang akses mereka ke rumah gue bisa dibilang super gampang.
Rumah gue memiliki pekarangan yang cukup lebar. Ibu atau Ayah sering kali mengadakan park party di sini dengan para koleganya, jadi memang cukup lebar dan cocok untuk dijadikan tempat tongkrongan.
Rumput-rumput pendek yang menjadi lantai mempernyaman lokasi tongkrongan kami. Cukup melebarkan karpet atau tikar lebar, voila! Tempat kumpul 4 laki-laki puber sudah siap!
"Numpang bentar aja Ho bentar lagi gue juga balik," jawabnya masih sibuk dengan kacanya.
Gue mengangguk lalu merebahkan tubuh gue di tikar, menatap langit sore yang sudah mulai menggelap.
"Lo nggak les?" tanya Hyunjin lagi.
Tanpa mengalihkan pandangan, gue menjawab, "Nggak dulu."
Hyunjin hanya terkekeh mendengar jawaban gue. "Kalau sampai Felix tau, bisa mampus lo."
"Yah jangan sampai tau kalau gitu," jawab gue cuek.
Melalui sudut mata gue, terlihat Hyunjin yang menghentikan kegiatannya lalu meletakkan kacanya dan menatap gue dengan aneh.
Wah, salah tangkap nih orang.
"Bukan gitu maksud gue," ucap gue langsung.
Ia menepuk dada gue pelan. "Gue kira."
"Nggak lah lo 'kan tau gimana perjuangan gue dapetin Felix, Jin."
Hyunjin kemudian terkekeh, ia lalu ikut merebahkan tubuhnya. Kini kepalanya bersejajar dengan kepala gue, tetapi dengan posisi terbalik.
"Gue sampai sekarang masih nggak ngerti kenapa Felix nerima lo, Ho."
"Anjing lo."
Tawa Hyunjin mereda dan seketika keheningan memenuhi sore itu.
"Minho..."
Gue menggumam membalasnya.
"... gue putus."
Mata gue membelak terkejut diikuti dengan tubuh gue yang otomatis terbangun. Gue menatap bingung lelaki di samping gue.
Hubungan Hyunjin dan kekasihnya memang dibilang tidak semulus hubungan gue dengan Felix sih, tapi gue nggak nyangka Hyunjin bakalan nyerah gitu aja.
Ini pasti salah pacarnya, batin gue mengingat betapa ularnya kekasih Hyunjin itu.
Gue sejak awal memang nggak suka sama dia. Tipikal orang yang sadar pesona, jadi suka bersikap acuh dan main-main dengan orang-orang yang notabenenya "menyukai"nya.
YOU ARE READING
END GAME | minsung
FanfictionLee Minho adalah lelaki tinggi kelahiran bulan Oktober yang memiliki tingkah laku ajaib, iseng, dan nakal, yang menjadi musuh para pengajar SMA Levanter sekaligus teman favorit bagi teman seangkatannya. Suatu hari memutuskan untuk menikmati tahun-t...
