7

74 23 0
                                    

Alana celingukan begitu kepalanya menyembul pada pintu restoran yang letaknya cukup jauh dari rumahnya. Matanya bergerak, memindai seluruh ruangan mencari meja yang kosong diantara banyaknya pengunjung.

Dirinya kembali ke luar begitu ia gagal menemukan tempat untuk didudukinya nanti. Dengan gerakan yang sedikit terburu-buru tangannya bergerak mengambil ponsel dan mengetikkan pesan.

Sekejap setelah pesannya dibaca, benda persegi panjang itu bergetar membuat Alana kelabakan. Diangkatnya panggilan tersebut dan kemudian meletakkan benda itu pada telinga kanannya sambil mengerutkan kening.

"Halo, kak! Maaf banget aku ternyata telat nyampenya, jadi gak kebagian tempat deh," ucap Alana sambil menggaruk tengkuknya merasa bersalah.

Balasan dari seberang teleponnya membuat Alana menaikkan alisnya dan dengan cepat masuk. Dilihatnya pria dengan kemeja kotak-kotak sibuk melambai ke arahnya.

"Sini!"

Seruan itu terdengar menggema pada telepon mereka yang masih menyambung. Alana tersenyum dan dengan langkah cepat berjalan ke arah pria tadi.

"Udah lama ya kak nunggunya?" Tanya Alana sibuk meletakkan tasnya pada meja.

"Gak kok."

Jawaban Jinara membuat Alana merasa lega. Dirinya merasa sangat bersalah karena tidak memprediksi kemacetan pada akhir pekan.

Sebelumnya ia berencana mem-booking meja untuk janji keduanya siang ini. Tapi perkiraannya meleset karena ternyata restoran itu tidak melayani reservasi pada akhir pekan.

Mata Alana sibuk memindai menu yang dipegangnya saat ini. Berbeda dengan Jinara yang asik dengan ponselnya.

"Kakak pesen apa?"

"Samain aja."

"Hah?" Tanya Alana membuat Jinara mengganti fokusnya pada si gadis.

Handphone-nya ia letakkan dan matanya mulai membaca tulisan-tulisan pada buku menu. Berulang kali netranya melirik sekilas Alana membuat perempuan itu mengangkat alisnya.

"Aku baru pernah ke sini, ada saran gak?" Tanya Jinara membiarkan Alana menyebutkan beberapa menu dengan sedikit tambahan deskripsi rasa yang menurutnya patut dicicipi.

"Kamu hafal banget."

Setelah pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi, barulah Jinara bersuara. Ungkapan yang juga terdengar seperti pertanyaan itu membuat Alana cengar-cengir.

Restoran ini sudah sudah sering ia datangi bersama keluarganya. Tentu saja, ketika mereka datang berkunjung.

Tak ada yang bersuara ketika makanan sudah tersaji di hadapan keduanya. Mereka dengan khidmat menikmati makan siang yang telah dijanjikan. Sayup-sayup dentingan logam yang beradu dengan porselen terdengar memenuhi keheningan kedua insan itu.

"Habis ini kemana?"

Alana yang sibuk mengembalikan dompet pada tas hitamnya menoleh mendengar pertanyaan Jinara. Dirinya mengerjap singkat diikuti dengan bibir yang mengerucut membuktikan dirinya sedang berpikir keras.

Gelengan Alana tunjukkan ketika ia tidak berhasil menemukan tujuannya setelah ini. Jinara yang sejak tadi memperhatikan hanya tersenyum, merasa sedikit geli atau malah gemas melihat tingkah Alana.

"Oh! Aku mau nyari bahan kue!" Seru Alana kencang mengakibatkan Jinara sedikit terkejut.

"Oke deh, Kak. Aku duluan ya," lanjutnya sebum Jinara merespons ucapannya.

Senyuman Alana tunjukkan tepat sebelum ia memutar badannya. Dan sebelum ia merasakan tarikan pada lengannya.

Alis Alana terangkat sebelah, mempertanyakan maksud dari tindakan Jinara. Si pria yang tadi tidak bersuara dnegan cepat melepaskan dengan si gadis dan mengucapkan permintaan maaf.

"Ini, jatuh."

Alana memandang benda yang diulurkan Jinara padanya. Dirinya tersenyum dan sedikit tertawa setelahnya.

Sama dengan dirinya, Jinara juga tidak bisa menahan senyumnya. Kejadian yang terjadi mirip seperti pertemuan awal mereka.

"Udah tiga kali ya? Ya ampun aku teledor banget emang anaknya. Makasih, Kak!"

Ucapan Alana diangguki Jinara sambil tersenyum hangat. Terlalu serupa, hingga Alana mengira mereka sedang mengulang kejadian yang sama.

"Aku tau toko bahan kue yang bagus. Mau aku anter gak?"

Tawaran Jinara membuat Alana membolakan matanya. Nyatanya mereka tidak lagi berada di titik yang sama.

••• (✿◕ᴗ◕) •••

AlanaraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora