Who? | I

688 108 7
                                    

Kicauan burung merpati, aroma obat-obatan, jendela yang dibiarkan terbuka agar cahaya sang mentari dapat masuk, dinding putih juga tiang infus disebelah ranjang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kicauan burung merpati, aroma obat-obatan, jendela yang dibiarkan terbuka agar cahaya sang mentari dapat masuk, dinding putih juga tiang infus disebelah ranjang.

Tempat seperti ini pasti familier, bukan?

Ya, tempat ini adalah ruangan sebuah rumah sakit. Dirimu yang sudah menua kini terbaring di ranjang, tubuhmu yang rapuh kini tinggal menunggu ajalnya.

"Kau masih mengingat diriku ini ya, Solomon."

Solomon, teman lamamu yang kau ajak mengobrol, kau masih ingat bahwa sorcerer itu dulunya juga datang bersamamu sebagai siswa pertukaran pelajar di sebuah tempat bernama 'Devildom'.

Ah, sudah berapa tahun sejak saat-saat itu?

"Tentu aku masih ingat." "Andai saja, kau juga seorang manusia abadi seperti diriku, (MC)." Sebuah kesedihan terdengar jelas dari ucapannya.

Kau menoleh untuk menatap wajahnya, masih sama seperti dulu, seorang pemuda yang tak tampak tua padahal umurnya sudah jauh lebih tua dari umurmu.

"Tak perlu bersedih seperti itu Solomon, semua orang juga pasti akan mati, hanya menunggu waktu saja."

"Masa mudaku lebih menyenangkan dari yang kukira, aku yakin kita akan bertemu kembali."

Setetes air mata lolos dari kelopak mata pemuda itu, dikala kau menutup mata sembari tersenyum. Saat terakhirmu berbincang dengan Solomon.

Pihak rumah sakit dan keluargamu mengambil alih jasadmu untuk kemudian dikuburkan.

Kini Solomon duduk di atas bangku taman rumah sakit memandang semak berbunga, mengingat memorimu dengannya.

"Ya, kita pasti bertemu lagi. Selamat tinggal, (MC)."

Kicauan burung, cahaya mentari juga hembusan angin yang hangat membuatmu mengedipkan mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kicauan burung, cahaya mentari juga hembusan angin yang hangat membuatmu mengedipkan mata.

Langit-langit terbuat dari porcelain, lampu chandelier emas dengan ukuran putih.

Kau menengok ke kanan juga kiri, menganalisa dimana dirimu saat ini.

Mendudukkan diri di atas ranjang putih, ruangan ini terasa tidak familier. Bangkit dari ranjang kakimu bersentuhan langsung dengan dinginnya lantai keramik, pakaianmu juga sudah berganti. Berjalan kearah jendela, mengamati bagian luar bangunan ini.

Therapist! | Obey me! Shall we date? Where stories live. Discover now