Chapter 2

1.2K 199 6
                                    

Sesampainya Kim Dokja ke kantor, dia langsung dipanggil menghadap atasan. Segala firasat buruk menghantuinya. Kim Dokja bukanlah orang yang benar-benar bekerja keras, tapi setidaknya dia benar-benar berusaha untuk menyelesaikan tugasnya.

“Senin depan kau akan pergi untuk menemui kolega baru kita ke kota XX. Mereka adalah orang penting untuk kita, jangan sampai kau mengacaukannya. Kau akan pergi bersama Jung Hyun selama dua hari satu malam. Jika ada yang kau tidak mengerti, tanyakan pada Jung Hyun.”

“Baik.” jawab Kim Dokja.

Saat Kim Dokja sudah berbalik untuk pergi, atasannya memanggil lagi, “Oh ya, ada apa dengan matamu itu? Jangan sampai kau menunjukkan penampilan yang buruk itu pada kolega baru kita.”

Tubuh Kim Dokja sedikit tersentak karena kaget, matanya memang sedikit parah karena menangis semalam, tapi dia tidak menyangka atasannya akan menanyakan hal itu. “Ah, tidak, ini baik-baik saja. Saya jamin akan kembali normal Senin depan. Saya permisi.”

Itu sudah cukup lama sejak Kim Dokja diterima bekerja di perusahaan ini, tapi dia masih tidak terbiasa dengan banyak hal.

Selain  informasi tentang perjalanan kantornya Senin depan, semua hal masihlah normal. Dan sekarang Kim Dokja duduk di kereta bawah tanah setelah menyelesaikan semua pekerjaannya.

Tepat ketika hendak membuka aplikasi membaca novel di handphonenya, Kim Dokja mengingat sesuatu. Matanya mengarah pada nomor gerbong kereta yang dinaikinya. Kali ini itu bukan gerbong 3807 atau bahkan gerbong 3707.

Kim Dokja berpikir, akankah dia bisa bertemu dengan laki-laki itu lagi?

Hari-hari Kim Dokja kembali seperti biasa sampai tiba hari Senin dimana dia harus pergi keluar kota untuk menemui kolega baru perusahaannya.

“Mohon bantuannya, Kim Dokja-ssi.” kata Jung Hyun ketika mereka bertemu di stasiun kereta cepat.

“Mohon bantuannya juga, Jung Hyun-ssi.” sahut Kim Dokja.

Perjalanan itu berlangsung dengan cukup sepi dengan hanya sedikit interaksi di antara mereka. Lagi pula sejak awal Kim Dokja bukanlah orang yang benar-benar terbuka.

Sesampainya mereka di kota tujuan setelah check in dan makan siang. Mereka segera mempersiapkan ulang semua proposal yang dibutuhkan. Pertemuan dengan kolega baru dimulai pukul 7 malam di sebuah restoran mewah.

Tepat saat Kim Dokja membuka pintu ruangan yang mereka gunakan, hatinya langsung terasa sakit. Yang menunggu mereka di sana adalah seorang perempuan beserta sekretarisnya.

Perempuan cantik dengan tinggi kurang dari 160 cm, rambutnya dipotong pendek sebahu dengan tahi lalat tepat di bawah mata kirinya. Matanya terlihat tajam, tipe orang yang selalu waspada.

Ketika pandangan mereka bertemu, Kim Dokja lagi-lagi merasa akan kehilangan kendali. Hatinya berdegup kencang dan matanya terasa panas. Itu adalah pertama kalinya mereka bertemu, namun Kim Dokja merasa sangat mengenalnya.

Bahkan sebelum mendengar namanya, Kim Dokja sudah mengetahuinya lebih dahulu.

Han Sooyoung.

“Dokja-ssi, ada apa? Fokus, mereka kolega penting, jangan sampai menunjukkan sesuatu yang buruk.” 

Setelah mengatakan itu Jung Hyun langsung menuju tempat Han Sooyoung. Kim Dokja yang sudah mendapatkan kesadarannya kembali mengikuti Jung Hyun.

“Saya Jung Hyun dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan Anda. Mohon bantuannya.”

“Han Sooyoung, mohon bantuannya juga.”

Setelah perkenalan singkat, Jung Hyun dan Han Sooyoung mulai membahas proyek yang akan dilakukan. Selama waktu itu Kim Dokja terus melihat ke arah Han Sooyoung dan ketika tatapan mereka bertemu, Kim Dokja langsung mengalihkan pandangannya.

This is Just A Dream, But...Where stories live. Discover now