19. Tertangkap

2.2K 152 67
                                    

[ I M M O D E R A T E🍷]

Komen yang banyak ya, please... Seneng banget baca komenan kalian..

Jangan bosen, hampir 2000 kata chapter ini.

***
Arthur tidak mengingkari ucapannya. Ya, lelaki itu sudah sedikit banyak mengubah sikapnya. Perkataannya untuk memperbaiki pernikahan kami bukanlah bualan semata.

Sebab, rutinitasnya setiap pagi telah berubah. Dia melakukan sesuatu yang sudah lama tak ku dapatkan darinya. Memberikan perhatian kecil seperti bangun sepagi mungkin demi mempersiapkan sepiring sarapan untukku sebelum bekerja.

Seperti sekarang ini, sepiring nasi goreng dengan toping sosis dan sayur telah tersaji di meja makan. Akan tetapi sang pembuat tidak ada. Digantikan oleh sepuncuk kertas kecil yang ditempel disebelahnya.

"Jangan telat makan, Zee. Rasanya mungkin sedikit aneh, tapi ku harap tidak seburuk itu. Maaf aku pergi lebih dulu. Aku mencintaimu."

Begitulah isi pesan yang dia tinggalkan. Aku pun hanya melirik sepiring nasi goreng buatannya. Dan seperti biasa, yang ku lakukan adalah meninggalkan tanpa menyentuhnya.

Entahlah, mungkin terlihat begitu kejam. Tapi aku tak peduli. Sakit hatiku masih belum mampu kebaikan yang diberikannya.

Karena setiap kebaikan yang dia tujukan padaku, rasanya seperti sebuah belati yang menyayatku dengan sangat pedih.

"Sikapmu perhatianmu ini sangat terlambat, Arthur."

***

Suasana masih cukup ramai sore ini, beberapa mahasiswa tampak lalu lalang sebab dalam waktu dekat akan ada acara untuk memperingati pendirian universitas.

Aku berjalan melewati lorong yang terhubung langsung dengan tempat parkir.

Beberapa kali aku menundukkan kepala sebagai cara untuk membalas mahasiswa yang menyapa.

"Bisa saya bantu, Miss Graisy?" Tawar seorang mahasiswi.

Aku pun berhenti melangkah. Menoleh ke arah perempuan itu dengan senyum tulus. "Tidak perlu, saya bisa membawanya sendiri." Pungkasku sembari memperlihatkan bagaimana mudahnya aku membawa tumpukan kertas ujian.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi Miss Graisy."

Kepalaku mengangguk. "Terimakasih sudah menawarkan bantuan." Balasku sebelum kembali melanjutkan langkah.

Setelah beberapa waktu, akhirnya aku telah sampai ke parkiran. Hanya saja ketika hendak menuju mobil milikku, kehadira seseorang yang tak pernah ku sangka sebelumnya cukup membuat kakiku terpaku.

Lelaki itu mengembangkan senyum ketika berjalan mendekat. Berbeda denganku yang masih membatu ditempat bahkan ketika dia sudah berada tepat didepanku.

"Aku tiba-tiba ingin menjemputmu hari ini." Sapa Arthur dengan mengambil tumpukan kertas yang ada dilengan sang istri.

Aku masih terdiam. Sungguh bahkan tak pernah dalam bayanganku jika dia akan berada disini untuk menjemputku.

Apa dia benar-benar berubah? Apa sebegitu besar keinginannya untuk memperbaiki rumah tangga kami? Apa--aku mulai berharap lagi dengannya?

Tanpa ku sadari, Arthur telah memegang pergelanganku. Mengajakku untuk mengikuti dirinya.

"Ayo,"

Kelopak mataku berkedip beberapa kali. Memahami situasi yang membuat pikiranku lumpuh telah lumpuh sesaat.

Ku tahan lenganku ketika Arthur berniat menariknya. Membuat lelaki itu menoleh padaku dengan tatapan bertanya.

"Aku tidak bisa."

IMMODERATE (COMPLETED)Where stories live. Discover now